29. UKS

8.1K 452 33
                                    

Suasana tampak sangat hening, hanya terdengar bunyi dari detik detik jam. Semua mata mengarah kepada perempuan yang sedang terbaring di bankar UKS, wajah nya tampak pucat pasi.

"As, minta maap lo." Kata Renzo, ia menggelengkan kepalanya pelan melihat Alaska yang seperti orang tak merasa bersalah. Ingin heran namun dia Alaska, ketuanya sendiri.

Anja bersedekap dada, menatap Alaska datar. Seketika ia menghela nafasnya. "Dia cewek, As." Kata Anja, ia mengingat kan jika Alaska tak bisa berbuat seenaknya dengan seorang perempuan, mau bagaimana pun, kekuatan di antaranya berbeda, lebih besar laki laki. Sehebat apa pun perempuan, dia tetaplah perempuan yang mempunyai sisi lembut, berbeda dengan laki laki, selembut apa pun laki laki, dia tetaplah laki laki yang memiliki sisi keras dan mudah terpancing emosi. Walau masalahnya hanya sepele, hanya pasal rokok, namun itu bisa jadi fatal jika sang korban memiliki penyakit bawaan.

Alaska mengusap wajahnya kasar, menatap gusar ke arah Aurel yang masih setia menutup kedua matanya. Ia hanya iseng tadi, kenapa seperti ini jadinya? Jika ketahuan bunda, bisa bisa ia akan di amuk dan di beri ceramah, atau mungkin lebih parah dari itu, mengingat jika Aurel adalah menantu kesayangan bundanya.

"Dia sadar lo langsung minta maaf." Seru Berto. Cowok itu duduk manis di kursi plastik yang tersedia di UKS dengan tangannya yang sibuk memainkan rubik, tatapannya sangat fokus seperti orang tidak ingin di ganggu, sudah dalam posisi nyaman jika seperti ini.

Daniel mengangguk menyetujui ucapan Berto. "Iya. Dia keliatan lemes banget, mukanya pucet." Ucap Daniel, wajah yang biasanya tengil entah mengapa sekarang berganti menjadi wajah serius, bahkan ketika Daniel sedang tauran pun raut wajahnya masih bisa dibilang tengil, namun sekarang ketengilan itu seolah hilang entah kemana, begitu juga Berto yang sibuk dengan dunia rubik nya sendiri.

Alaska menghela nafas, teman temannya itu sedari tadi terus saja menghakimi nya, menyuruhnya untuk meminta maaf, tanpa mereka bilang pun Alaska pasti akan meminta maaf karena ia tau jika ia yang salah akan kejadian ini.

Alaska bergumam sebagai jawaban.

"Gue chat Luna dulu, biar dia kesini sama yang lain." Kata Daniel santai, merogoh saku nya dan mengeluarkan ponsel android yang ber- case hitam yang terdapat stiker burung rajawali di tengahnya, stiker Regaza.

Mendengar nama 'Luna' Berto langsung menoleh, menatap penuh intimidasi ke arah Daniel yang masih sibuk mengetikkan pesan ke orang seberang sana. Terdengarlah kekehan dari mulut Daniel saat melihat profil Luna. Ia menatap Renzo. "Ren, Luna lucu ya? Pake bando kuning gini." Daniel memperlihatkan layar ponselnya dimana terdapat foto Luna yang memakai bando kuning yang sekarang cewek itu pakai, benar benar menggemaskan.

Renzo melirik Berto, seketika ia mengangguk. "Iya." Kata Renzo.

Daniel menarik tangannya kembali, menaruh ponsel nya ke dalam saku Celana dan menatap santai ke langit langit UKS. Tapi, seketika ia merasakan jika suasana sebelah kanannya terasa sedikit panas, Daniel memutuskan untuk menoleh, dan seketika ia sadar. Daniel nyengir. "Yoi, vren? Ada masalah?" Daniel menggigit pipi bagian dalamnya, ayolah! Kekuatan nya di bandingkan Berto hanya setengah saja, masih kalah.

"Tadi lo ngomong apa?" Berto memancing Daniel, jari jari kekarnya mulai menyusun rubik itu, sampai warna merah menyatu menjadi satu. Berto menjilat bibir bawahnya, benar benar membuat Daniel bergidik.

"Oke oke, santai santai, jangan pake emosi apa lagi otot." Daniel mengibaskan tangannya di depan dada. "Napa si emang?"

Berto melemparkan rubik itu ke udara lalu menangkapnya, menoleh menatap santai ke arah Daniel. "Luna...,"

Afkar yang sibuk dengan ponselnya berdecak. "Niel. Temen lo kan gamon, lo malah muji muji Luna, panas dia." Celetuk Afkar menatap malas ke arah Berto, lalu memutuskan untuk lanjut memainkan ponselnya, jangan lupakan headset kabel yang sudah tersumpal di kedua telinga nya.

Alaska (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang