RAMBUT ikal mayangnya berwarna reddish blonde berparas dada di kuak ke atas dan di satukan menjadi tocang .Selesai membersihkan tubuh dia bergerak ke arah cermin besar yang tersedia di dalam tandas .
Anak mata merenung wajah dari pantulan cermin tersebut .
Keluhan terlepas dari belahan bibirnya apabila teringatkan kembali sikap suaminya yang berubah .
Jemarinya mengapai hairdryer lalu suis di tepi sinki di tekan dan mula mengeringkan rambutnya .
Gadis itu kemudian bergerak keluar dari tandas dan menuju ke arah almari pakaian .
Almari di buka perlahan , anak mata tertancap pada helaian baju bersama beberapa helai seluar slack dan sukan . Terdapat juga baju tidur yang tergantung kemas .
Tangannya menarik sehelai kain berwarna putih bersih yang bersaiz agak besar dan labuh dari baju yang lain .
Tidak semena senyuman halus terukir di saat mendapati kain tersebut adalah kain telekung .
Mungkin Ivan yang belikan buat dirinya yang beragama islam , kerana bilik yang luas tersebut di lengkapi dengan segala alatan keperluan wanita .
Jam di dinding di kerling sekejap . Pukul 6:15 pagi , telekung segera di sarungkan pada kepalanya sebelum dia mula menunaikan solat fardhu subuh .
Tepat pukul 6:45 dia selesai menunaikan solat subuh dan berdoa .
Tudung shawl di sarung pada kepala . Berniat mahu turun ke bawah untuk menghirup udara pagi yang segar .
Kejadian semalam buatkan ketakutan dan keraguannya terhadap Ivan kian menipis .
Entah mengapa hatinya berasa lelaki tua itu tidak kejam dan jahat seperti yang di jangkakan .
Pintu bilik di kuak perlahan dari dalam sebelum kepalanya di jengukkan sedikit keluar .
Suasana di kawasan biliknya sunyi sahaja pada waktu ini , dengan penuh berhemah dia menapak keluar dari bilik .
Seluruh pelosok rumah di amatinya , luas . Terdapat ruang rehat di bahagian kiri .
Tersedia piano hitam di hujung ruang rehat tersebut bersama
almari kaca berbentuk sphera di sisinya .Terlihat puluhan buah buku mengikut genre di susun kemas dan teratur .
Dia bergerak ke arah piano , memilih untuk bermain sebentar dengan piano tersebut walapun dia tidak mahir dalam seni musik ini .
Jemari halus bergerak satu persatu di atas piano tersebut .
Cuba menghasilkan sebuah irama yang kedengaran seakan musik di hawa pendengarannya . Senyuman kecil terbit pada belahan bibirnya .
Sebelum gadis itu tiba tiba menghentikan gerakan jarinya di saat terasa diri bagaikan di perhatikan dari sisi .
Toleh sahaja kepala ke kiri , sejurus itu sepasang iris berona coklat cairnya bertentangan dengan anak mata hijau milik Ivan .
Dia kemudian terdiam sesaat melihatkan senyuman lebar yang terhias pada belahan bibir berkedut itu .
" Morning my princess , pagi pagi dah main piano ? Pandai anak papa main piano "
YOU ARE READING
D E L L A N A
RomanceA I L Y D R E W " Game aint no fun without blood " - ANDREW RAYWENSIL " I fell in love with you , because your broken matched my broken " - AILYN DELLANA . - We are fate to be together - A I L Y D R E W