Part 05

68.1K 5.4K 689
                                    

Dahi Masha berkerut bingung saat melihat bangunan dihadapannya. Gereja.

"Hei! Kenapa kita kemari?! Aku tidak mempunyai urusan dengan gereja!" Seru Masha ingin berbalik pergi tapi tak bisa karena lengan kekar yang melingkari pinggang rampingnya.

Masha mengangkat kepalanya, menatap pria berambut hitam legam yang sedang memeluk pinggangnya posesif.

"Lepaskan aku pria bermulut pisau! Aku tidak sudi di sentuh oleh mu!" Tukas Masha kesal seraya berusaha melepaskan rangkulan pria rambut hitam itu.

Pria itu menoleh dengan tatapan tajam, "Diam saja kau jalang!"

Mata Masha membulat sempurna, dan tanpa aba-aba menampar pipi mulus pria tampan itu.

"Bajingan kau!! Aku membencimu!! Hiks!!" Bentak Masha seraya terisak keras. Masha sedang datang bulan, tentu saja dengan kejadian ini membuatnya semakin sensitif.

Sedangkan pria yang tadi ditampar Masha mengelus pipi nya yang memerah dengan mulut nya yang komat-kamit.

"Leon!! Apa lagi yang kau katakan?! Bisakah sehari saja mulutmu itu kau pasangkan rem?! Jujur, mulutmu itu benar-benar meresahkan!" Ujar pria bermanik biru dengan kesal sembari mendekat pada Masha yang sedang menangis itu.

"Masha maafkan Leon, mulutnya memang perlu diperbaiki." Masha mendongakkan kepalanya, menatap pria bermanik biru yang sedang menatapnya lembut.

"Peduli apa kau?!!" Pria itu tersentak kaget saat mendengar suara ketus itu.

"Aku peduli padamu karena kau calon istriku, Masha." Ujar pria itu lembut.

"Memang siapa yang mau menjadi istrimu?!!" Masha memberikan tatapan galak pada pria bermata biru itu.

Pria itu menggaruk kepalanya yang tak gatal, apakah perempuan memang segalak ini? Pikir pria itu.

"Astaga, payah sekali kau Liam. Ck, ck, ck! Coba lihat aku."

Masha dan pria bermata biru itu menoleh ke sumber suara, dan melihat seorang pria dengan rambut maroon berjalan mendekat kearah Masha dengan senyuman tampannya.

"Masha kema--,"

"Jangan bicara dengan ku! Semua pria memang menyebalkan!!" Ujar Masha memotong ucapan pria dengan rambut maroon itu.

"Eitts! Kau salah Masha, jika tidak ada pria, maka empat kecebong itu tidak akan pernah ada." Ucap pria rambut maroon itu dengan senyum pongah.

Masha menggertakkan giginya kesal, "Siapa yang kau maksud empat kecebong?!" Entah kenapa Masha tidak bisa tenang berhadapan dengan empat pria yang menculiknya ini. Ini memang sebuah penculikan bukan?

"Siapa lagi kalau bukan, empat boc--,"

"Bicara lagi, dan aku akan membuatmu bisu selamanya, Daniel!"

Masha membalikkan tubuhnya, dan mendapati pria berambut silver yang sepertinya baru saja keluar dari gereja besar dihadapan mereka.

"Ck, entah sihir apa yang dipakai Xavier hingga bisa membuatku terdiam menurut." Gerutu pria berambut maroon--Daniel.

Pria dengan rambut silver--Xavier, langsung merangkul pinggang Masha posesif, dan membawa Masha masuk kedalam gereja.

Masha pun hanya menurut, karena menurutnya hanya pria ini yang sedikit waras, ingat--sedikit!

Saat Masha melangkahkan kakinya memasuki gereja besar itu, mata Masha langsung membulat saat melihat banyaknya orang di dalam gereja besar itu.

Mata Masha kemudian teralihkan pada empat anaknya yang sudah berpakaian rapi dan mewah. Dan di masing-masing tangan mereka membawa sebuah keranjang berisi bunga.

Mommy? (tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang