Part 19

17.1K 1.2K 27
                                    

---

Masha menatap pintu besar dihadapannya, padahal menurutnya dia hanya tidur sebentar tapi kenapa malah bangun berbulan - bulan kemudian.

Walau tadi sempat dihadang oleh penjaga gerbang, tapi untungnya suaminya yang masih waras itu ikut bersamanya.

Dengan santai, Leon pun membuka pintu itu. Lalu menarik tangan Masha untuk ikut bersamanya. Padahal jauh - jauh hari dia sangat menggebu - gebu untuk melabrak wanita jadi - jadian itu. Tapi ternyata dalam dirinya masih ada rasa pesimis, khawatir semua tidak berakhir sesuai harapan.

Leon memperhatikan raut wajah Masha yang diliputi keraguan, melihat itu Leon menghela nafas panjang. "Kau ragu? Rela kecebong - kecebong itu melupakan dirimu yang sesungguhnya? Jika ya, yasudah mari kita kembali." Tegas Leon, dia tidak suka sifat plin - plan tapi jika dia yang plin-plan itu suka-suka dia.

Masha menggeleng, "Aku hanya sedikit ragu. Tapi sekarang sudah tidak lagi. Ayo masuk."

Sesampainya diruang tengah, Masha dapat melihat 9 manusia tengah berkumpul santai. Sederhana tapi sakit.

Melihat istrinya yang diam saja Leon pun berinisiatif, "Ehem!"

Dalam sepersekian detik, sekumpulan manusia itu menoleh. Tatapan pertama yang mereka layangkan adalah terkejut.

"Masha?! Tidak mungkin! Kau siapa?!" Liam lebih dulu bertanya dengan wajahnya penuh tanda tanya.

Masha akan berbicara tapi Leon segera berbicara lebih dahulu. "Dia arwah!" Sarkas Leon yang membuat Masha menepuk lengan pria itu.

"Jelas - jelas kau melihat wajahnya dengan jelas, masih bertanya pula." Lanjut Leon.

Jika tidak dalam waktu serius, Masha pasti sudah melakukan kdrt pada Leon.

"Aku Masha, ini aku. Anak - anak ini mommy." Masha menatap lurus pada anak-anaknya, wajah-wajah lucu yang dia rindukan.

Isabella mengernyit, lalu matanya menatap dua wanita dengan rupa bagai pinang dibelah dua itu. Dua wanita dengan wajah mommy-nya itu membuat Isabella sangat bingung begitu juga dengan saudaranya. Apa mommy-nya punya kembaran?

Melihat respon mereka membuat Masha merasakan nyeri dihatinya, dan semua itu karena ulah roh Masha yang sudah jadi setanpun tetap meresahkan. Memejamkan matanya sejenak, Masha pun mendekati wanita jadi - jadian itu kemudian menarik tangan wanita itu menjauh dari jangkauan keluarganya.

Setelah merasa cukup jauh, Masha ; Veranzha pun kembali mendekati wanita itu hingga setengah meter adalah jarak dimana kedua wanita dengan rupa sama itu saling menatap, Masha mengulas senyum tipis.

"Kau datang juga, huh?" Masha mendekatkan bibirnya pada telinga Masha ; Veranzha.

Vera melayangkan tatapan tajam pada wanita jadi - jadian itu. "Merebut kebahagian orang adalah kesenanganmu?" Vera menarik senyum miris.

Sedangkan manusia - manusia lain yang berada diruangan itu hanya menatap dua wanita serupa itu dari jarak jauh dengan sangat, saat akan menyusul pun Leon dengan cepat menghadang mereka dengan mengatakan bahwa itu adalah masalah pribadi dua wanita, suami Masha pun hanya terdiam, apa informan mereka yang salah? Setahu mereka, Masha tidak punya saudara dan hanya hidup sebatang kara.

Masha mengepalkan tangannya, "lalu dengan kembalinya dirimu, kau pikir mereka percaya dengan omong - kosongmu? Tidak! Dan ku ingatkan, tubuh yang kau pakai bertahun-tahun itu milikku." Masha itu pun tertawa remeh.

"Jadi yang merebut disini siapa sebenarnya?" Lanjut Masha itu tertawa kecil, tatapannya menunjukan ejekan.

Vera terdiam, itu fakta. Dia sebenarnya hanya arwah penasaran yang memasuki tubuh orang lain. Tapi kenapa tidak dari awal saja roh sialan ini mendatanginya, alih-alih bertahun-tahun kemudian, disaat dia sudah terbiasa. Lagipula, semua ini bukan keinginannya, dia hanya menerima. Apa dia harus rela?

Mommy? (tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang