Part 23

15K 1.2K 24
                                    

----

Di sebuah rumah yang berada tepat disamping rumah Vera, terlihat sekumpulan empat pria yang sedang duduk disofa.

Mereka hanya diam dengan pikiran masing-masing, hingga salah satu dari mereka membuka percakapan.

"Dia terlihat syok." Gumam pria yang sedang membaca majalah dewasa.

"Hm, dia bahkan pingsan saat melihat diriku." Balas pria lain yang sedang menutup matanya, bersandar disofa.

"Cih, dia melihatku seolah melihat hantu." Pria yang sedang memainkan ponselnya itu mencibir.

Sedangkan satu pria yang tersisa, terlihat menatap pewarna bibir ditangannya. Tidak ikut mengambil percakapan.

Menyadari hal itu, pria yang sedang membaca majalah dewasa itu, menutup majalahnya lalu mendekati pria yang sedang memegang pewarna bibir ditangannya.

"Coba aku lihat Xav,"

Pria yang dipanggil Xav itu tak bergeming, menganggap angin lalu.

Terdengar decakan dari pria yang sedang mengulurkan tangannya itu, hingga..

"Bukankah itu Vera?"

Ucapan itu membuat pria yang dipanggil Xav itu berdiri dari duduknya, mengalihkan perhatiannya dari benda ditangannya dan kesempatan itu digunakan oleh pria yang tadi meminta benda itu, meraih cepat pewarna bibir itu.

"Kau begitu merindukannya, huh?"

Kekehan geli terdengar dari pria yang berhasil mengelabui pria dengan panggilan Xav itu.

"Kembalikan." Nada itu terdengar dingin.

"Aku hanya melihatnya sebentar Xav, five minutes."

"Five second."

Pria yang tadi merebut benda itu melotot,

"Satu."

"Dua."

"Tiga."

"Empat."

"Lima."

"Kembalikan."

"Astaga Xav."

"Daniel."

"Baiklah-baiklah, ambil lah." Pria yang dipanggil Daniel itu mengembalikkan barang tersebut dengan senyum paksa.

Mereka semuapun kembali diam.

Hingga pria yang tadi sedang bersandar disofa itu membuka matanya, dan duduk dengan tegap.

"Aku ada ide." Ucapan itu membuat tiga pria lain menatapnya penuh selidik dan ingin tahu.

---

"Kepalaku sakit sekali." Vera memijit pelipisnya pelan, melihat layar laptop dalam waktu lama membuat matanya sakit dan kepalanya pusing.

Dua hari berlalu semenjak dirinya pingsan dipelukan tetangga-nya itu.

Mengingat kejadian itu, membuat rasa sakit dikepalanya semakin menjadi.

Vera pun akhirnya menyerah dengan kerjaannya, dan memilih bersandar pada kursinya seraya memejamkan matanya dengan raut lelah.

Waktu sudah menunjukan pukul 9 malam, sebenarnya dia bisa membawa kerjaannya ini pulang ke rumah, hanya saja akhir-akhir ini Vera menjadi enggan pulang kerumahnya semenjak tau tetangganya adalah orang yang-ah sudahlah.

Dia tidak sendiri, masih banyak karyawan lain yang menetap, lembur. Contohnya Holan.

Hingga tiba-tiba pintu ruangannya diketuk yang sontak membuat Vera membuka matanya.

Mommy? (tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang