Part 10

46.7K 4K 76
                                    

Masha menopang dagunya jenuh, sudah sebulan dia menjadi seorang istri dan semuanya berjalan dengan monoton.

Jujur dia tidak terbiasa, di kehidupan sebelumnya Masha terbiasa begadang hanya untuk berhadapan dengan laptop sepanjang malam, menandatangani berkas ataupun kesibukan lainnya.

Tapi di kehidupan ini, dia tidak tahu harus melakukan hal apa. Keuangan tidak perlu di khawatirkan, dulu di kehidupan pertamanya Masha terus bekerja keras karena memang awalnya dia hanyalah anak dari keluarga sederhana.

Dia merintis karir dari usia dua puluh tahun hingga umurnya akan mencapai kepala tiga. Tidak mudah memang, tapi berkat kerja kerasnya dia berhasil menjadi orang yang sukses.

Karena itu, terbiasa dengan sebuah kesibukan membuat Masha tidak bisa diam.

Seperti sekarang dirinya yang baru selesai membersihkan kamar Xavier memutuskan untuk berdiri sejenak di balkon kamar Xavier seraya menopang dagu.

Masha memang melarang para pelayan untuk membersihkan kamar para suaminya, karena itu akan menjadi tugasnya.

Memandangi lapangan kecil di samping mansion yang menjadi tempat ke empat anaknya bermain dengan senangnya.

Lucas dan Isabella yang sedang bermain kejar-kejaran, lalu Elanzo yang sibuk menganggu kakaknya, Javier yang sedang duduk di bawah pohon dengan kedua tangan pemuda kecil itu yang memegang sebuah buku.

Pemandangan ini membuat Masha terkadang tersenyum kecil. Melihat ke empat anaknya bahagia itu sudah cukup baginya.

"Apa yang kau lakukan di kamar ku?" Masha sontak menoleh ke belakang.

"Ah, maafkan aku. Aku baru saja membersihkan kamar mu, kalau begitu aku keluar dulu." ucap Masha seraya tersenyum canggung.

Menatap sosok pria berkaus hitam polos yang terlihat ketat di tubuh tegap pria itu yang sedang bersandar di samping pintu.

Xavier hanya diam lalu berjalan masuk ke dalam kamarnya tanpa kata.

Melihat itu Masha hanya bisa tersenyum kikuk walaupun dalam hatinya memaki pria itu.

Wanita itu pun berjalan melewati Xavier yang sedang duduk di sofa seraya memejamkan matanya. Berusaha untuk tidak perduli saat melihat lengan kiri Xavier yang terluka dengan darah yang sudah mengering.

Tetapi saat Masha sudah mencapai depan pintu, wanita itu sekali lagi menoleh pada Xavier, memperhatikan luka pria itu yang pasti butuh perawatan.

Juga setelah melihat ketidakpedulian Xavier pada luka itu membuat Masha ingin mengutuk pria itu karena membuat dirinya khawatir, eh khawatir?

Masha menggeleng kuat, dia tidak khawatir, ini hanyalah rasa kemanusiaan.

"Kau belum keluar?" suara Xavier membuat Masha tersadar.

Tetapi bukannya pergi, wanita itu malah berjalan ke arah laci meja di dalam kamar Xavier untuk mengambil kotak obat.

"Luka mu perlu di obati." ucap Masha singkat.

Masha mendudukkan dirinya di samping Xavier, dan mengambil tangan kiri Xavier dan berinisiatif untuk mengobatinya.

"Kau tahu, jika luka mu ini tidak segera di obati akan terjadi infeksi, jadi jangan terbiasa untuk mengabaikan hal seperti ini." celoteh Masha tanpa menatap Xavier karena sedang sibuk mengobati luka pria itu.

"Ngomong-ngomong kau terluka karena apa? Kau berkelahi?" tanya Masha seraya mengangkat kepalanya, menatap wajah Xavier yang hanya datar-datar saja.

Tak ada jawaban membuat Masha tersenyum canggung, Xavier pun hanya diam menatap Masha tanpa suara.

Mommy? (tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang