Part 25

16.2K 1.1K 21
                                    

---

"Axel, mana ibumu?" Vera menanyai keberadaan bibinya seraya melepas mantel bulunya dan menaruhnya disofa ruang tengah.

Yang ditanyai Vera pun menunjuk dapur, "apa yang ingin kau bicarakan? Kutebak hal yang berhubungan dengan cinta." Axel menyenderkan tubuhnya dipembatas ruang tengah dan dapur dengan wajah yang meledek sepupunya itu.

Vera mendelik, "tahu apa kau bocah? Lebih baik kau fokus pada kuliahmu. Aku berharap kau tidak muntah darah disemester akhir." Wanita itu meledek diakhir kalimatnya kemudian berlalu pergi kedapur setelah menyenggol Axel sengaja saat melewati pemuda itu.

Axel yang mengetahui kesengajaan Vera membalikkan tubuhnya, "dasar perawan tua!" Pemuda itu mencibir kemudian Axel berjalan naik menuju kamarnya.

Sementara itu ditempat lain terlihat Vera yang sedang duduk memperhatikan bibinya yang sedang sibuk berkutat didapur.

"Bibi,"

"Oh, kau datang, sayang? Mengapa tidak memberitahuku?" Janeta menjawab tanpa membalikkan tubuhnya, terlihat sangat sibuk memasak makan malam.

"Aku lupa." Vera bangkit dari duduknya lalu menghampiri orang yang sangat dia sayangi itu setelah orangtuanya tiada.

"Mau aku bantu?" Wanita itu menatap tangan bibinya yang sudah berkerut karena pengaruh usia itu terlihat bergerak ke sana kemari dan tangan itulah yang pernah memberi makan Vera dan Axel, mencarikan nafkah untuk mereka berdua. Hal itu jugalah yang membuat Vera berusaha keras hingga mencapai posisinya yang sekarang. Tidak ada yang instan.

"Nanti kau bau bawang, sayang. Tidak usah, bibi hampir selesai."

"Tapi aku ingin membantu bibi."

Janeta terlihat menghela nafas, "baiklah, nanti kau bantu bibi untuk menata makanan saja. Kau juga belum berganti baju kan? Gantilah dulu."

Vera memang langsung menuju rumah bibinya selepas pulang kerja, jadi dia tidak sempat berganti baju.

"Baiklah, tunggu aku." Vera kemudian beranjak pergi dari dapur menuju lantai dua, dimana terdapat kamarnya yang dulu.

Sesampainya dikamar, wanita itu lantas melepas semua bajunya kecuali pakaian dalam. Lalu membuka lemari, terdapat beberapa baju yang memang dia bawa saat ingin menginap dirumah bibinya itu terlipat dengan rapi.

Tangannya pun mengambil satu gaun santai berwarna biru muda, walau setiap hari dia selalu memakai celana saat bekerja tapi jiwa feminim Vera tetaplah ada.

Setelah mengganti bajunya, Vera pun kembali turun ke lantai satu. Diruang makan yang memang bersebelahan langsung dengan dapur tepatnya dimeja makan terlihat Axel dengan kaus oblong-nya duduk dengan ponsel ditangannya.

"Bibi sudah menatanya? Padahal aku sudah buru-buru." Vera mencebikkan bibirnya melihat meja makan yang sudah tertata rapi dengan makanan.

"Sudahlah. Sini cepat makan." Janeta yang sedang mencuci tangannya itu terlihat menarik senyum.

Vera menurut, wanita itu pun duduk bersebrangan dengan Axel yang berada tepat di depannya.

"Heh bocah. Simpan dulu ponselmu," Vera menegur pemuda di hadapannya yang terlihat fokus pada smartphone-nya itu.

"Hm," Axel mendengus malas tapi tetap menaruh ponselnya disaku celana.

Mereka bertiga pun makan dengan tenang, etika ketika makan adalah tidak berbicara dan itu diterapkan oleh bibinya.

Setengah jam kemudian Vera menyelesaikan makannya, begitu juga dengan Axel dan bibinya kemudian Vera pun membantu bibinya membereskan meja makan lalu mencucinya sedangkan Axel sudah duduk santai diruang tengah.

Mommy? (tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang