Episode 10

163 20 0
                                    


"Eomma...", Reaksi yang diberikan Sanha sesuai ekspektasi Nayeon. Ya, pasti ia sangat terkejut melihat wanita yang disinyalir mirip dengan ibunya itu. Perlahan Nayeon mendekat pada Sanha, memberikan sebotol minuman padanya.

"Annyeong ! Kau Sanha bukan? Kenalkan, aku Nayeon. Wajahku memang mirip dengan ibumu, tapi maaf aku bukan beliau. Aku hanya wanita biasa yang belum menikah"

"Ppuuffftttt", Mendengar kata yang dianggap lucu, membuat Minhyuk menahan tawa yang kemudian mendapat tatapan tajam dari Nayeon. Pria yang ditatap seketika memalingkan wajahnya. Nayeon pun kembali melihat ke arah Sanha yang masih mematung.

"Aku mengerti, kau pasti terkejut dengan kedatanganku yang tiba-tiba ini. Ditambah lagi aku sudah mengetahui namamu. Jadi sebenarnya, aku sudah mengenal Soobin dan pria itu lebih dulu (kata Nayeon dengan menunjuk Minhyuk). Pertemuan kami juga tanpa disengaja. Yah mungkin kita ditakdirkan bertemu. Hehee"

Soobin pun meraih pundak Sanha. Yang di raih melihat kearah Soobin.

"Sanha, aku minta maaf. Bukannya aku tidak ingin memberitahu kan mu. Tapi aku hanya menunggu waktu yang tepat. Rencananya aku akan memberitahukan mu setelah ini, dan mengenalkan kalian pada ibu Nayeon. Tapi percayalah, aku juga tak tahu jika paman Minhyuk dan Ibu Nayeon sudah saling mengenal. Akupun sama terkejutnya denganmu. Aku ... Aku.... Aku minta maaf...."

Melihat ketulusan Soobin, membuat Sanha luluh. Ia juga meraih pundak Soobin, dan berkata bahwa ia tak apa-apa. Meski Sanha masih terkejut dengan pertemuan yang tiba-tiba ini, ia berusaha mengendalikan emosinya demi Soobin. Ia berusaha memaklumi semua yang terjadi. Senyum cerah terpancar dari wajah Soobin, itu sudah cukup bagi Sanha. Dan kemudian, ia mendekat pada Nayeon. Sanha merentangkan kedua tangannya, seolah ingin memeluk Nayeon.

"Bo-bolehkah aku?"

Nayeon yang mengerti pun membalas dengan pelukan hangat. Ia berbisik pada Sanha sembari mengelus-elus kepala Sanha.

"Terima kasih Sanha. Aku paham kau sangat terkejut, tapi kau berusaha mengendalikannya demi Soobin. Jika aku jadi kau, mungkin aku akan marah padanya.  Kau memang kakak yang baik. Beruntung Soobin memiliki mu disisinya"

Sanha yang mendengar hanya mengangguk pelan. 




Saat ini mereka sudah bersama. Nayeon dan Minhyuk pun memutuskan untuk tak ikut bermain dan hanya mengawasi Sanha dan Soobin yang asyik menaiki wahana. 

"Sepertinya ada yang bilang padaku jika pergi ke taman hiburan itu merepotkan", celetuk Nayeon pada Minhyuk.

"Hehehe... Aku yakin kau pasti akan kesini. Jadi aku membawa mereka"

Nayeon menghembus nafas panjang, "Jadi kau bermaksud mempertemukan mereka padaku begitu?"

Minhyuk pun mengangguk kencang sambil tersenyum lebar. Entah kenapa hal itu membuat Nayeon gemas, tapi ia berusaha tenang didepan Minhyuk.

"Jadi, bagaimana kau bisa mengenal Soobin? Itu membuatku penasaran", tanya Minhyuk.

"Aku mengenalnya saat dia bekerja paruh waktu di Toserba. Ia menangis saat pertama melihatku, entah kenapa aku tak bisa mengabaikan nya saat itu. Dan aku membawanya ke tempat tinggalku. Kami bertukar cerita. Sejak saat itu, kuputuskan untuk menemani Soobin. Bahkan kubiarkan dia memanggil ku ibu"

Minhyuk mendengar penjelasan Nayeon dengan kagum. Ia tak menyangka masih ada yang tulus sayang dengan orang lain seperti itu. Pandangannya tak lepas dari Nayeon. Entah kenapa hatinya merasa beruntung bertemu wanita itu. Nayeon yang dilihat seperti itu merasa canggung pada Minhyuk, meski dalam hatinya entah kenapa ia merasa senang diperhatikan seperti itu.

"Ke-kenapa kau melihatku seperti itu?!"

Minhyuk hanya tersenyum kecil. Ia mengacak-acak rambut Nayeon yang kemudian ditepis sembari mengeluarkan ekspresi cemberut. Minhyuk yang gemas mulai menjahili dengan mencubit pipi Nayeon.

"Yaa! Dasar pria mesum!"

"Berhentilah memanggil ku pria mesum!", Elak Minhyuk.

"Tapi memang kau seperti itu", kata Nayeon.

"Tidak! Aku pria tampan yang baik hati".

"Bermimpilah sendiri".

"Mwo?!"

Minhyuk dan Nayeon pun beradu mulut. Bukannya takut, justru pemandangan itu membuat orang sekitar gemas. Mungkin bagi mereka, Minhyuk dan Nayeon adalah sepasang kekasih yang saling bertengkar manja. Sedari tadi, Sanha dan Soobin juga ikut memperhatikan mereka.

"Rasanya seperti melihat appa dan eomma bertengkar", kata Sanha.

"Benarkah? Wah, pasti menyenangkan jika mengingat semuanya", tunduk lesu Soobin.

Sanha yang menyadari kesedihan Soobin pun merangkulnya.

"Tenanglah. Bukan berarti tidak mengingat semuanya terasa tak menyenangkan. Bagaimana jika kita ciptakan kenangan baru itu?"

"Apa maksudmu Sanha?"

Sanha mulai menunjuk Minhyuk dan Nayeon yang masih bertengkar. 

"Kita persatukan mereka. Dan ciptakan kenangan baru itu"

Awalnya Soobin tak mengerti. Namun setelah ia berpikir lama. Akhirnya ia paham.

"Tapi, apakah itu akan berhasil?"

Sanha tersenyum penuh arti.

"Tentu saja perasaan itu tak bisa dipaksakan. Namun apa salahnya kita mencoba, bagaimana akhirnya biar mereka sendiri yang menentukan"

Soobin pun mengangguk tanda mengerti. 

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang