Episode 15

136 14 0
                                    


Hari ini, kakek nenek dan Minhyuk menghabiskan sepanjang hari di rumah si kembar. Sang nenek yang memang merindukan putranya selama bertahun-tahun itupun mulai memanjakan putranya. Tentu saja hal itu membuat si kembar iri, tapi perlahan mereka memaklumi nya.


Waktu makan malam tiba. Mereka makan di meja yang sama. Tak ada rasa canggung satu sama lain. Sungguh terasa keluarga yang bahagia.

"Jadi, kapan kau akan memperkenalkan istrimu pada ibu?" 

Pertanyaan dari nenek si kembar sontak membuat Minhyuk tersedak. Sementara Sanha dan Soobin tak kuasa menahan tawa, begitupun juga si kakek.

"Hahahahaa... yeobo, yeobo... Putra kita yang satu ini belum menikah. Sudah terlihat jelas jika ia tak pandai dalam urusan wanita", Ledek si kakek.

"Benarkah? Aigoo maafkan eommani sayang.. ibu tidak tahu jika kau belum menikah. Atau kita kenalkan saja pada salah satu anak perempuan rekan bisnis ayahmu, bagaimana?"

Mendengar tawaran dari nenek, dengan cepat si kembar menolak. Minhyuk yang masih tersedak berusaha menenangkan diri.

"Tidak! Jangan! Paman sudah memiliki kekasih.." kata Soobin.

"Kakek dan nenek pasti akan menyukainya. Kami bahkan sudah bertemu dengannya", sambung Sanha.

"M-mwo?!", Minhyuk yang mendengar celotehan keponakannya itu tak kalah terkejutnya. Bagaimana bisa mereka mengatakan seperti itu sementara dirinya memang belum memiliki kekasih.

"Hahaha... Benarkah? Jika cucuku sudah berkata begitu, pasti kekasih pamanmu memang baik. Ayah dan ibu siap menyambutnya. Cepat kenalkan pada kami", kata kakek yang disambung anggukan dari nenek.

Minhyuk hanya menghela nafas sambil mengerutkan keningnya, sementara Soobin dan Sanha senang karena bisa menjahili pamannya itu.





"Kau benar tidak ingin tinggal dirumah?", Tanya si nenek kepada Minhyuk.

"Untuk saat ini tidak eommani, tapi aku berjanji mulai sekarang akan sering mengunjungi kalian", jawab Minhyuk setelah memeluk ibunya itu.

"Sesekali ajak lah kami ke tempat tinggal mu.", Sambung si kakek yang dibalas anggukan oleh Minhyuk.

"Soobin, Sanha, ini sudah malam. Kalian pergilah tidur setelah ini. Kakek dan nenek pulang dulu"

"Hati-hati dijalan", sapa Sanha.

"Kami menyayangi kalian", sambung Soobin.

Akhirnya si kakek dan nenekpun pulang ke rumahnya. 


"Baiklah, aku juga pamit pulang dulu. Kalian istirahat lah. Hubungi aku jika terjadi sesuatu", pamit Minhyuk kepada si kembar. 

"Baik paman, sampai jumpa", kata Sanha dan Soobin sambil melambaikan tangan mereka.





*Nayeon POV*

"Bagaimana aku bisa diet jika malam-malam begini aku masih membeli ramen instan", kataku sambil membawa kantong plastik berisikan ramen yang masih tersegel. 

Entah mengapa, malam ini terasa lebih sepi dari biasa. Awalnya aku ragu untuk pergi, tapi karena terlanjur lapar, akupun memutuskan untuk membeli sebungkus ramen di toserba yang tak jauh dari tempat tinggalku. 

Saat aku akan berjalan pulang, tak sengaja aku bertemu seorang gadis seumuran Soobin sedang diganggu oleh ketiga pemuda yang tampak sedang mabuk. Tanpa pikir panjang, akupun mulai menghampiri mereka.

"Hei apa yang kau lakukan! Jangan mengganggunya"

Saat aku mendekat, entah kenapa wajah perempuan itu berubah seketika.

"Seharusnya, anda tidak langsung menolongku nyonya", katanya yang langsung seketika tanganku di pegang oleh kedua pemuda itu.

Ternyata, si gadis dan ketiga pemuda itu satu kelompok. Mereka mulai menahan sehingga aku tak bisa bergerak. Si gadis mulai meraba tubuhku seakan mencari sesuatu yang berharga untuk di curi. Sementara si pemuda satu lagi mengambil ramenku.

"Bagaimana nyonya terlihat sangat miskin, kau hanya memiliki sebungkus ramen. Kasihan sekali", kata salah satu pemuda.

"Aku tak memiliki sesuatu yang berharga, sekarang lepaskan aku!", Kataku berontak.

Tampak si pemuda sedang berbicara dengan gadis tersebut, sesekali ia melihatku yang masih dipegang oleh dua pemuda lainnya. Dan tunggu, si pemuda tersenyum kearahku. Apa maksudnya?


Si gadis mendekat padaku, mengangkat daguku dan tersenyum licik. 

"Kuserahkan wanita ini pada kalian", katanya dan berlalu pergi meninggalkanku dengan pemuda itu.

"Tu-tunggu, apa maksudmu? Hei kembali! Ya! Jangan pergi!", Kataku teriak. 



Namun percuma, kedua pemuda ini semakin erat memegang tanganku. Mereka mulai menyeretku ke sebuah gang sempit tak jauh dari lokasi tadi. Bahkan aku saja yang tinggal disekitar sini tak tahu jika ada gang sempit ini.

"Apa yang kalian lakukan?", Tanyaku.

"Kau terlalu cantik untuk diabaikan", kata salah satu pemuda yang tangannya sudah memegang wajahku dengan kasar. Kedua pemuda itu mulai mendorongku hingga terjatuh. 

"Sial, aku terjebak", benakku.

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang