Episode 4

187 24 0
                                    


"Wahhhh.....", Satu kata yang keluar dari mulut Soobin setelah menikmati cemilannya.

Saat ini Nayeon dan Soobin sudah berada di kediaman Nayeon. Sebelumnya, mereka mampir ke pedagang street food untuk membeli cemilan, salah satunya tteokbokki.

"Pelan-pelan makannya", kata Nayeon.

"Terima kasih. Berkat nyonya, aku bisa memakan tteokbokki yang enak ini", jawab Soobin antusias.

"Kau ini, seperti tak pernah memakannya saja", sambung Nayeon.

Soobin mengentikan langkahnya, ia melihat ke arah makanan yang sedang ia pegang. Soobin menghela nafas panjang . 

"Bukan tidak pernah. Hanya saja, aku tak ingat kapan terakhir kali aku memakan nya". 



"Oh ya nyonya, ngomong-ngomong kenapa kau membawaku ke tempat tinggalmu? Apa tidak bisa kita bicara di tempat lain?", Tanya Soobin.

Nayeon dengan cepat menggeleng. "Jika di tempat lain, kau akan berpotensi untuk kabur sebelum aku bertanya"

Soobin yang masih menyantap tteokbokki melihat kembali ke arah Nayeon.

"Jadi, apa alasanmu lari waktu itu?", Tanya Nayeon.

"Maaf, aku tidak mengerti apa yang nyonya bicarakan", jawab Soobin bingung.

"Waktu itu, yang di Sungai Han".

Soobin tampak berpikir, rasanya ini pertemuan pertama mereka. 

"Tapi kita tidak benar-benar bertemu disana", elak Soobin.

"Lalu siapa yang kutemui waktu itu? Jelas-jelas itu dirimu"

Soobin kembali memutar otaknya. Kalau bukan dia, mungkinkah orang ditemui adalah saudara kembarnya. Untuk memastikan, Soobin pun bertanya kepada Nayeon.

"Atau jangan-jangan, yang nyonya temui waktu itu adalah saudara kembarku?"

Nayeon semakin bingung.

"Maksudmu, kau memiliki saudara kembar begitu?"

Soobin pun menunjukkan fotonya dan Sanha dari ponselnya kepada Nayeon.

"Ahhh, aku mengerti sekarang. Jika diperhatikan, lelaki yang kutemui waktu itu lebih persis dengan yang berada di foto daripada kau. Iya, aku paham sekarang"

"Nyonya salah orang ya? Hahahaa....", ledek Soobin.

"Ne, nee... aku memang salah orang. Lagi pula, mana kutahu jika kalian kembar", malu Nayeon sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Hahahaa.. Gwaenchanh. Setiap orang yang baru kami temui juga berpikir jika aku dan Sanha adalah orang yang sama", kata Soobin menjelaskan.

"oh, jadi namanya Sanha...", kata Nayeon.


Setelah kesalahpahaman Nayeon, kecanggungan antara Soobin dan Nayeon perlahan menghilang. Mereka mulai bercerita satu sama lain. Nayeon pun bertanya apa alasan Sanha menangis begitu melihatnya. Entah mengapa, Soobin dengan mudahnya menjelaskan kondisi dirinya dan keluarganya kepada Nayeon. Meski Soobin baru pertama kali bertemu dengan wanita yang mirip dengan ibunya itu, tak membuat Soobin untuk tertutup pada Nayeon. 


Setelah mendengarkan semuanya, Nayeon pun akhirnya paham.

"Maafkan aku, aku tak tahu jika kondisi mu seperti itu. Pantas saja saudaramu bereaksi seperti itu", kata Nayeon.

"Maafkan Sanha juga. Jika saat itu aku yang menabrak nyonya, akupun juga pasti akan bereaksi yang sama seperti dia", sesal Soobin.

Nayeon menghampiri Soobin ke kursinya, ia duduk di samping Soobin. Perlahan mulai mengusap lembut kepala Soobin. Sentuhan Nayeon yang tiba-tiba itu membuat Soobin teringat akan ibunya.

"Eomma... eomma... Hiks"

Perlahan ia memeluk Soobin, mengusap-usap kepala belakangnya. Bukannya mereda, Soobin justru semakin menangis. Jika sebelumnya Nayeon keberatan dengan panggilan itu, kali ini ia membiarkan Soobin memanggilnya seperti itu dan membiarkan Soobin menangis dalam pelukannya.

"Untuk hari ini, akan kubiarkan kau memanggilku ibu", batin Nayeon.

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang