Episode 22

108 14 0
                                    


"Annyeong eomma ! Aku datang..." , kata Sanha yang baru tiba di rumah Nayeon. 

Beberapa kali ia membunyikan bel, namun yang dikunjungi tak kunjung keluar.

"Eomma ... Apa eomma ada dirumah?"

Akhirnya Sanha mengambil ponselnya untuk menelepon Nayeon. Butuh waktu beberapa kali sampai akhirnya diangkat oleh Nayeon.

"Eomma, aku ada di depan pintu sekarang. Apakah eomma sedang mandi? Aku memencet bel beberapa kali tapi eomma tak membukakanku pintu"

"San...ha... Kodenya... 218xxx ... Aku... Tak kuat ... Berdiri...", Jawab wanita yang ditelpon Sanha dengan terbata-bata.

Sanha yang mulai panik mulai memencet kode yang diberikan. Dan ya pintunya terbuka. Dengan tergesa-gesa Sanha masuk ke rumah, mencari keberadaan ibu angkatnya berada. Sampai ia menemukan Nayeon tertidur di kamarnya. Tampak keadaannya yang tak begitu baik.

"Eomma !", Ia langsung memegang dahi wanita itu dengan tangannya. 

"Badan eomma panas sekali. Ayo ke dokter!"

Nayeon memegang tangan Sanha.

"Tidak usah.. aku.. hanya sakit biasa.. sebentar lagi juga sehat. Kau tenang saja.."

Sanha memegang wajah Nayeon dengan kedua tangannya. Jelas dilihatnya wanita itu sedang tak baik-baik saja.

"Tidak! Eomma harus diperiksa. Aku akan menggendongmu" 

Sanha berusaha membangunkan Nayeon. Tubuh Nayeon yang mungil tak membuat Sanha kesulitan menggendong ibu angkatnya itu menuju mobil. Dengan cepat ia melajukan mobil yang dibawa ke rumah sakit terdekat. Meski sempat mendapat beberapa kali penolakan, Sanha terus memaksa sampai akhirnya Nayeon menurut. 

"Sanha, sejak kapan... Kau membawa.. mobil sendiri? Aku... Jadi... Sedikit hawatir", tanya Nayeon lemas.

"Aku baru saja mendapatkan lisensi mengemudi. Aku sengaja datang menemui eomma untuk memamerkan nya. Hehee... Oh iya, eomma jangan banyak bergerak. Sebentar lagi kita sampai", jawab Sanha yang masih mengemudikan mobilnya.






"Ibumu mengalami demam tinggi. Beruntung kau cepat membawanya kesini, jadi demamnya dapat ditangani dengan cepat. Aku sudah meresepkan obatnya, kau bisa memberikan padanya nanti. Kalau begitu, aku permisi dulu", kata seorang dokter setelah selesai memeriksa Nayeon.

Sanha pun membungkuk dan mengucapkan terima kasih pada si dokter. Setelah itu dengan cepat ia menemani Nayeon disamping ranjangnya.


"Eomma, tenanglah. Dokter sudah memberikan kita obat. Sebentar lagi, kita bisa pulang".

Nayeon menatap Sanha dengan sendu. 

"Maaf sudah merepotkanmu"

"Tidak sama sekali eomma".






Saat ini Nayeon sudah berada di apartemen nya bersama Sanha. Sesaat kemudian Soobin datang menyusul sepulang kerja paruh waktunya. Mereka berdua sepakat untuk menginap di rumah Nayeon. Untuk kali ini, mereka juga sudah mendapat izin dari sang nenek. 

"Sanha, eomma sudah tidur. Apa kita beritahukan saja paman Minhyuk?", Tanya Soobin.

"Aku juga ingin, tapi eomma bilang kita tak boleh memberitahu paman. Bagaimana jika paman yang sedang berada di luar negeri panik mendengar eomma sakit? Bisa-bisa ia memutuskan untuk langsung terbang ke Seoul. Itu akan mengganggu pekerjaan nya disana"

"Ah, mian. Aku lupa jika paman sedang diluar negeri"


Ditengah pembicaraan si kembar, tetiba terdengar suara bel dari rumah Nayeon. Segera Sanha pergi untuk membukakan pintu.

"Ah, itu pasti kiriman dari halmeoni untuk eomma", katanya.

Alangkah terkejutnya ia bahwa yang datang adalah Minhyuk. Pamannya berdiri di depan pintu dengan melipat kedua tangan serta memberi tatapan tajam padanya yang membuat Sanha sedikit takut.

"Paman, apa yang kau lakukan di... sini?"

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang