Sanha dan Soobin yang sudah puas bermain di kamar Nayeon, mulai keluar. Tak lupa ia membersihkan kamar ibu angkat mereka itu terlebih dulu. Saat mereka keluar kamar, dilihat Nayeon sedang memasak yang diganggu oleh Minhyuk. Bukannya melerai, si kembar justru menikmati pemandangan itu.
"Berhenti mencicipi semuanya! ", Teriak Nayeon.
"Aku tak mencoba semua, aku hanya mencicipi sedikit", protes Minhyuk.
"Tanganmu membuat masakanku tercemar. Bagaimana jika Soobin dan Sanha sakit perut nanti?"
"Ya Nayeon!"
"Hahahaaa... Maka dari itu jangan menggangguku dan bantu saja mengatur mejanya"
"Oke oke... Jangan mengomel terus. Kau seperti wanita tua"
"Ya Minhyuk!"
Perdebatan mereka tak sengaja membuat tangan Nayeon teriris pisau. Minhyuk dengan cepat meraih jari Nayeon dan memasukkan kedalam mulutnya. Sanha yang hendak menghampiri dicegah oleh Soobin.
"Jangan pergi Sanha. Jika kita kesana, kita akan merusak kemesraan mereka".
Sanha pun mengangguk.
Setelah dirasa darahnya berkurang, dengan cepat Minhyuk memberikan plester luka ke jari Nayeon yang entah dari mana pria itu dapatkan. Tanpa di sadari, muka Nayeon sedari tadi memerah seperti kepiting rebus. Baginya adegan ini seperti adegan romantis dalam drama yang ia pernah lihat.
"Apa masih sakit?", Tanya Minhyuk yang menghadap Nayeon.
"Wajahmu memerah, apakah sesakit itu?"
Kali ini, wajah Minhyuk berada sangat dekat dengan wajah Nayeon. Mata mereka beradu tatap yang membuat jantung Nayeon berdetak cepat. Tanpa diketahui, hal itu juga dirasakan oleh Minhyuk.
"Paman, eomma, sampai kapan kalian akan bermesraan begitu? Kami sudah lapar", suara Sanha memecahkan keheningan antar keduanya. Baik Minhyuk dan Nayeon menjadi salah tingkah. Soobin hanya tertawa melihat keduanya.
Saat ini, Minhyuk sudah diperjalanan mengantar Sanha dan Soobin menuju ke rumah mereka. Setelah sarapan bersama dirumah Nayeon, mereka pun berpamitan karena Nayeon harus pergi bekerja. Tak lupa mereka ikut membersihkan apartemen Nayeon tadi.
"Paman, boleh kami bertanya?", Tanya Soobin.
"Bagaimana menurutmu bibi Nayeon? Apa paman menyukainya?", Sambung Sanha.
"A-aniya! Bi-bicara apa kalian", elak Minhyuk dengan gugup.
Si kembar tertawa puas melihat pamannya gelagapan.
Sampailah mereka di depan rumah. Terlihat mobil putih sudah terparkir di depan rumah. Soobin pun menyadari mobil milik siapa itu.
"Itu mobil halaboeji dan halmeoni"
"Bagaimana ini? Jika mereka melihat paman, mereka pasti akan memarahinya", panik Sanha.
Minhyuk membuka seat belt mobilnya, dan mengajak Sanha serta Soobin turun.
"Ayo turun, aku akan menghadapinya".
Sanha berusaha menahan lengan Minhyuk karena hawatir.
"Tapi kan..."
Minhyuk memegang tangan Sanha, mengatakan bahwa ia akan baik-baik saja.
"Plaakkk!"
Ya, begitu mereka masuk ke rumah, kakek si kembar sekaligus orang tua Minhyuk langsung memberi tamparan keras kepada Minhyuk.
"Kakek, hentikan!", Bela Sanha yang diikuti Soobin.
Berbeda dengan kakek, nenek si kembar justru membantu Minhyuk berdiri. Ia langsung memeluk dan meraba wajah putranya itu.
"Kau dari mana saja selama ini? Tahukah kau bahwa ayah dan ibu mencarimu kemana-mana? Aku merindukanmu. Aigoo anakku .."
Minhyuk pun ikut memeluk ibunya itu.
"Maafkan aku eommani"
"Darimana saja kau? Apa kau tahu apa yang terjadi dengan saudaramu? Dan bagaimana bisa kau menemui cucuku dibelakang ku?!", Bentar kakek si kembar.
Sanha yang melihat situasi memanas, akhirnya turun tangan menenangkan kakeknya. Ia mengajak seluruh keluarga duduk di ruang tamu.
Duduklah mereka berempat di ruang tamu. Soobin dan nenek si kembar membantu mengobati wajah Minhyuk yang sudah memar. Sementara Sanha duduk di samping kakeknya untuk menenangkan. Sanha juga mulai menjelaskan kepada kakeknya bagaimana mereka bisa bertemu, sampai menjelaskan bahwa selama ini sang ayah dan pamannya tetap berkomunikasi satu sama lain. Ia juga membela pamannya dengan mengatakan bahwa sejak orang tua mereka meninggal, pamannya lah yang menjaga mereka selama ini. Wajah kakek yang tadinya menegang, seketika menjadi lebih tenang.
"Benar apa yang dikatakan Sanha?", Tanya kakek pada Minhyuk.
"Iya, benar", jawab Minhyuk singkat.
"Jadi, apa yang kau lakukan selama ini?"
"Aku memulai bisnisku sendiri. Dan untungnya bisnis yang kubangun bergerak pesat"
"Baguslah", tutup kakek si kembar.
Namun saat si nenek hendak bicara, kakek sudah bicara terlebih dulu.
"Jadi, apa saat ini kau sudah siap menjalankan perusahaan ayah?"
Sontak semua mata tertuju pada kakek.
"Yeobo! Kita baru saja bertemu putra kita kau sudah membicarakan itu", protes si nenek.
"Ayah tak akan mengganggu bisnismu. Kau cukup mengawasi saja. Yang mengerjakan adalah orang kepercayaan ku. Aku butuh kepastian. Kau tau kami sudah tua. Ditambah, hanya kau harapan kami saat ini"
"Kakek!", Bentak Sanha.
Minhyuk mendekati si kakek, ia duduk mensejajarkan posisinya didepan si kakek. Ia memegang tangan si kakek yang sudah tua.
"Abeoji, aku.................

KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
Fanfiction"Jika raga bisa pergi, bisakah sebuah kenangan itu tetap ada?" Cast: _Soobin TXT _Sanha ASTRO _Minhyuk BTOB _Nayeon Twice ------------------- Note: Cerita ini hanya karangan author saja. Tujuan dibuat cerita ini adalah author ingin melampiaskan keha...