Episode 28

118 14 0
                                    


"Waaa... Ige mwoya?"

Betapa terkejutnya Nayeon begitu melihat pemandangan didepannya. Dekorasi bunga dengan nuansa putih. Sederhana, tapi memiliki kesan elegan dan indah. Benar-benar sesuai dengan selera dirinya.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Bagaimana? Kau suka?", Kata seorang pria yang sudah berada di belakangnya.

Seketika yang dipanggil berbalik badan. Dilihat pria yang merupakan kekasihnya itu datang membawa sebuket bunga dengan sebuah kotak kecil berwarna putih. 

"Nayeon, aku minta maaf jika ini tidak semewah yang kau bayangkan. Aku juga bukan pria romantis seperti drama yang sering kau lihat. Dan aku juga minta maaf, hanya ini yang bisa aku siapkan. Setidaknya, izinkan aku mengungkapkan perasaanku padamu"

Nayeon pun masih mendengar kan kekasihnya itu dengan kondisi yang masih terkejut.

"Nayeon, saranghamnida. Maukah kau menikah denganku?"

Minhyuk meraih tangan Nayeon dan memasangkan cincin di jari manis wanitanya itu. Nayeon melihat tangannya yang telah terpasang cincin, sungguh cantik baginya. Inilah lamaran yang sebenarnya. Ia terharu dengan perlakuan manis kekasihnya itu hingga menangis.

"Ke-kenapa kau menangis? Apa kau tak suka cincinnya? Atau dekorasi nya? ", Tanya Minhyuk panik yang direspon gelengan kepala oleh Nayeon.

"Aku... Aku hanya.... Hiks ... Sungguh aku sangat menyukai nya. Aku tak butuh sesuatu yang mewah. Hanya begini saja...aku...merasa... bahagia..."kata Nayeon sembari menghapus air matanya.

Minhyuk yang melihat kekasihnya itu membantu menghapus air mata Nayeon. Ia memegang wajah Nayeon dengan kedua tangannya. Nayeonpun menatap Minhyuk dengan penuh cinta. Sampai akhirnya merekapun berciuman. Bukan ciuman yang membara, hanya ciuman lembut seolah mewakili perasaan mereka saat ini. Hanya sebentar, namun berkesan.


"Andai Sanha dan Soobin, juga eommani dan appa ada disini. Pasti terasa lebih lengkap", celetuk Nayeon yang membuat seseorang dari dalam rumah berteriak.

"Kami ada di sini sejak tadi eomma..!", Orang itu adalah Soobin yang kemudian mendapat pukulan keras dari Sanha.

"Kau ini merusak suasana saja..!", Kata Sanha

Sejak awal, kakek nenek Sanha juga Soobin mengintip dari dalam rumah melalui jendela besar penghubung antara rumah mereka dengan halaman belakang. Mereka sengaja memberi waktu untuk sepasang kekasih itu berdua. Nayeon yang melihat mereka pun segera memintanya untuk bergabung.


"Chukkae paman, eomma .. Akhirnya kalian benar-benar akan menikah", Kata Soobin yang langsung memeluk Nayeon.

"Tak sia-sia paman membangunkan ku dini hari tadi", kata Sanha yang memberi ucapan selamat kepada Minhyuk.

"Kalian mempersiapkan semua ini sendiri?", Tanya Nayeon.

"Benar, aku dan Sanha yang mengatur semua pagi-pagi sekali. Untuk bunga dan dekorasinya, eommani dan appa ku yang membantu menyiapkan nya", jawab Minhyuk bangga.

"Aku bahkan tak membantu apapun. Aku hanya ikut menuntun eomma sampai kesini", sambung Soobin kesal yang membuat semua orang tertawa.

"Terima kasih kalian semua... Terima kasih appa, eommani...", Kata Nayeon yang langsung menghampiri ayah dan ibu Minhyuk.

"Sudah kukatakan bukan? Bahwa kali ini putraku akan melakukan nya dengan benar", bisik ibunya Minhyuk kepada Nayeon. Nayeon mengangguk tanda setuju dan mereka berdua tertawa kecil yang membuat para pria disana sedikit kebingungan.


"Tapi eomma ....", Kata Soobin yang menggantung membuat semua orang teralihkan.

"Ada apa Soobin?", Tanya Nayeon lembut yang segera menghampiri putranya.

"Jika eomma dan paman menikah, itu berarti kami tidak bisa memanggil mu ibu bukan?"

Sanha pun melanjutkan, "Benar juga. Apakah kami akan merubah panggilan itu menjadi bibi?"

Melihat si kembar yang menjadi sedih, membuat Nayeon dan Minhyuk tak tega. Nayeon melihat kearah Minhyuk seakan memberi isyarat untuk membujuk si kembar. Minhyuk pun mengerti yang kemudian merangkul dua ponakannya itu.

"Kenapa kalian harus merubah panggilan ke dirinya? Ubah saja panggilan itu kepadaku"

Sanha dan Soobin kompak melihat pamannya itu. Si kakek yang mengerti maksud putranya itu pun berusaha mencairkan suasana.

"Yeobo. Lihatlah. Selain mendapatkan istri yang cantik, sepertinya putra kita juga langsung mendapat dua putra sekaligus. Hahaaa..."

Si nenek yang mengerti arah pembicaraan suaminya itu ikut bicara.

"Benar juga ya.. Tak menutup kemungkinan juga kita akan mendapatkan cucu baru dari mereka. Hahahaa"


Si kembar yang sedikit bingung berusaha menanyakan maksud perkataan pamannya itu.

"Apa kalian tak mengerti juga? Mulai saat ini, mulailah membiasakan diri memanggil ku dengan sebutan appa. Itupun, jika kalian mau.", kata Minhyuk sembari mengusap kepala Sanha dan Soobin.

Sepertinya si kembar mulai mengerti. Soobin yang melihat Minhyuk dengan bahagia pun menangis dan memeluk pamannya itu. Sementara Sanha yang lebih tegar, melihat pamannya itu dengan tatapan lembut.

"App... Appa ... Appa... Hiks", kata Soobin.

"Baiklah. Terima kasih... Appa", sambung Sanha.


Kakek dan nenek si kembar serta Nayeon pun ikut bahagia melihat momen itu.

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang