Episode 3

206 28 0
                                    


Sore ini, seperti biasa Soobin sedang bekerja paruh waktu sebagai kasir di sebuah toserba dekat rumahnya.

Tunggu, Soobin bekerja? 

Ya, benar. Meski Soobin dan Sanha tidak kekurangan secara finansial, ia melakukan hal ini untuk mengurangi rasa jenuhnya. Berbeda dengan Sanha yang bersekolah di sekolah umum, semenjak kejadian itu Soobin belajar dengan sistem 'home schooling' karena paksaan dari kakek dan neneknya. Alhasil, untuk mengurangi rasa bosannya,  ia bekerja paruh waktu sebanyak tiga kali dalam seminggu. Apakah Sanha mengetahui nya? Iya dia tahu dan mengijinkan saudara kembarnya itu bekerja setelah perdebatan selama berhari-hari. Jadi hanya kakek dan neneknya saja yang tak tahu.



"Selamat datang...", Sapa Soobin kepada seorang pelanggan yang baru tiba.

Pelanggan itu mengambil beberapa barang, dan menuju Soobin untuk membayar.

"Rasanya aku pernah bertemu denganmu, tapi dimana ya?", Kata pelanggan itu.

Soobin yang masih mengescan barang belanjaan, tak begitu memperhatikan pelanggan itu. 

"Ya, aku ingat sekarang. Kau yang memanggilku eomma waktu itu". 

Mendengar perkataan pelanggan itu, seketika Soobin mulai melihat. Ternyata, pelanggan itu adalah Nayeon yang ditabrak Sanha saat di Sungai Han. Sepertinya Nayeon salah mengira bahwa Soobin adalah Sanha. 

"Akhirnya kita bertemu disini. Aku ingin mendengar penjelasan mu atas kejadian kemarin", kata Nayeon pada Soobin.

Reaksi Soobin, sama seperti Sanha. Reflek Soobin keluar dari stan kasirnya, dan memeluk Nayeon sambil menangis.

"Eomma, eomma... Hiks...."

Nayeon yang melihat reaksi Soobin terkejut. Perlahan Nayeon melepas pelukan Soobin.

"Aku bukan ibumu, bahkan aku belum menikah. Lepaskan pelukanmu", katanya.

Soobin perlahan melepas pelukannya, dengan wajah sedih. Ia menghapus air matanya. Kembali ke posisinya, melanjutkan pekerjaanya.

"Semuanya tiga ribu won", kata Soobin yang langsung diberikan uang kepada Nayeon. Tanpa bicara, Nayeonpun pergi meninggalkan Soobin yang masih sedih.


Soobin tertunduk, ia kembali menangis.

"Eomma, eomma.. hiks...."

Tanpa disadari, Nayeon melihat Soobin yang menangis dari luar toserba.

"Apa yang terjadi dengannya? Mengapa aku merasa kasian padanya".

Akhirnya Nayeon kembali masuk ke toserba itu untuk menemui Soobin.

"Hei, kau anak muda. Jam berapa pekerjaanmu selesai?", Tanyanya.

Soobin yang mendengar seseorang memanggil nya, mengehentikan tangisannya. Ia dengan cepat menghapus air matanya. Ia kembali melihat Nayeon, masih membisu.

"Aku ingin menanyakan sesuatu padamu. Bisakah sepulang kerja, kita bicara berdua?", Tanya Nayeon lagi.

Soobin tersadar. Ia menampar dirinya sendiri agar ia tak dialihkan. Ia menatap Nayeon dari atas ke bawah. Benar-benar mirip ibunya.

"Ba-baiklah. Aku bisa. Satu jam lagi, jam kerjaku berakhir", kata Soobin tegang.

Nayeon yang melihatnya tertawa keras, sungguh imut pikirnya.

"Baiklah, satu jam lagi aku akan kembali. Jangan mencoba untuk kabur. Oh iya, satu hal lagi. Aku bukan ibumu, namaku Nayeon", katanya sambil mengulurkan tangan untuk berjabat dengan Soobin.

"Ba-baiklah. Maafkan aku nyonya. Hanya saja, kau sangat mirip dengan seseorang yang kukenal. Oh iya, namaku Soobin", jawab Soobin dan membalas jabatan tangan Nayeon.

Nayeonpun tersenyum, begitu juga Soobin.






Sanha yang baru pulang sekolah, sedang berjalan menuju rumahnya. Karena ia tak hati-hati, ia menabrak seorang pria yang lebih tua darinya. 

"Maafkan saya...", Katanya tanpa melihat pria itu.

Pria itu membantunya berdiri, dan kemudian pergi. Namun sebelum pergi, pria itu berkata yang membuat Sanha terkejut.

"Berhati-hatilah Sanha, paman pergi dulu"...

Sanha mengangkat kepalanya, melihat seorang pria yang telah berjalan membelakangi nya. Perawakan yang sangat mirip dengan seorang yang dikenalnya. Sanha dengan cepat berlari menyusul pria itu, dan memeluknya dari belakang.

"Appa.... Jangan pergi....", Lirih Sanha.

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang