Episode 12

126 19 0
                                    


Perlahan Nayeon menutup pintu kamarnya setelah Sanha dan Soobin terlelap. Setelah adu mulut yang panjang dan drama tangis menangis, akhirnya Soobin bersedia tidur di kamar Nayeon. Sanha yang sudah sedari awal tertidur di angkat oleh Minhyuk untuk dipindahkan ke dalam kamar.

Nayeon kembali ke ruang tengah membawakan selimut untuk Minhyuk.

"Kamsahamnida", kata Minhyuk yang menerima selimut itu.

Nayeon mengangguk. Saat ia akan pergi ke kamar, Minhyuk menahannya. 

"Bisakah kau menemaniku sebentar?".

Nayeon menepis. "Tidak. Aku mengantuk". Ia pun membalikkan badannya dan pergi. Namun belum sempat ia beranjak, Minhyuk lebih dulu mengatakan sesuatu.

"Terima kasih sudah tulus menyayangi mereka. Kau tahu mengapa Soobin menangis tadi? Karena kau menyebutnya 'anakku'. Hal itu pasti membuat Soobin merasakan bagaimana rasanya dicintai"

Nayeon berbalik. Ia menghampiri Minhyuk dan duduk di samping nya. Minhyuk yang sedikit terkejut karena saat ini mereka dalam selimut yang sama, berusaha untuk tenang.

"Saat usiaku 5 tahun, aku dibuang oleh orang tua kandungku ke sebuah panti asuhan. Selang tiga tahun, aku mulai diadopsi oleh seorang wanita lajang. Awalnya aku tak mengerti, wanita itu bahkan belum pernah menikah, namun bersedia mengasuhku. Karena hal itu, beliau menjadi bahan pembicaraan warga sekitar. Akupun sama, teman sekolahku dulu ada yang mengejekku karena tak memiliki ayah. Tapi aku tak sedih, justru hal itu membuatku semakin menyayangi ibuku karena ia berbesar hati mau mengadopsiku".

Nayeon menghela nafasnya, dan Minhyuk masih setia mendengarkan.

"Sampai aku lulus sekolah, ibuku terdiagnosa kanker. Karena kami tak memiliki cukup uang, aku hanya bisa mengobati seadanya. Meski aku berusaha, namun Tuhan berkata lain. Di saat terakhir nya, ibuku akhirnya mengatakan mengapa ia melakukannya.

Nayeon tampak menahan air mata, Minhyuk yang peka mulai menyenderkan kepala Nayeon ke bahunya. Dan tampaknya si wanita tak menolak.

"Ibuku berkata, sebelum memutuskan adopsi, ibu sudah bertunangan dengan seorang pria. Tepat sehari sebelum pernikahannya, si pria mengalami kecelakaan dan meninggal. Dan permintaan terakhir si pria adalah melihat ibuku bahagia. Entah mengapa terbesit bahwa memiliki anak adalah kebahagian yang ibuku inginkan. Ia ingin berbagi cinta dengan orang lain. Sesederhana itu."

Minhyuk mengelus rambut Nayeon yang sudah menangis. Ia berpikir bahwa dirinya masih beruntung memiliki orang tua yang sehat saat ini, walaupun hubungannya dengan kakek nenek si kembar kurang baik. Ada sedikit rasa bersalah pada diri Minhyuk karena tidak memperlakukan orang tua nya dengan baik.

"Mungkin karena itulah aku jadi menyayangi mereka. Aku merasa seperti melihat diriku dalam diri mereka. Kami sama-sama menginginkan kasih sayang orang tua.",kata Nayeon.

"Ya, mungkin saja", tutup Minhyuk.







Pagi harinya, Sanha membuka mata. Tersadar ia sudah berada di sebuah ruangan dengan aroma lavender. Disampingnya terlihat Soobin yang masih tertidur pulas.

"Soobin, bangunlah. Sudah pagi"

Soobin perlahan ikut membuka mata.

"Kita dimana?", Tanya Sanha.

Sambil mengucek matanya, Soobin menjawab dengan santai bahwa mereka tidur di kamar Nayeon. Sontak hal itu membuat Sanha terkejut.

"Kau gila? Bagaimana jika eomma tau? Pasti dia marah"

Soobin tertawa kecil, "Kau tertidur semalam jadi tak tahu. Eomma lah yang meminta kita untuk tidur di kamarnya"

Sanha bertanya sekali lagi untuk meyakinkan, Soobin pun mengangguk semangat. Sanha melihat sekeliling kamar Nayeon. Ia takjub karena pertama kalinya tidur di kamar wanita selain kamar orang tua dan neneknya. Suasananya hangat, menenangkan.

"Jadi ini wanginya eomma. Jika aku sudah menerima gaji dari kerjaku, aku akan membelikan eomma parfum lavender seperti wangi di kamarnya ini", kata Soobin berkhayal.

"Aku juga akan memeluk guling eomma agar wanginya menempel di tubuhku. Heheee", sambung Sanha semangat dan Soobin pun mengikuti nya.


MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang