Semicolon

226 28 1
                                    

Lngsng aja,baca + voment <3

***
[ Semicolon]

"Kakak itu mau nyerah?"

***

Dua orang perawat mendorong sebuah brankar yang berisi seorang gadis dengan setengah berlari.

Mendengar keributan yang terjadi. Lelaki berkemeja garis biru putih itu menoleh,ia sedang duduk santai menunggu gilirannya. Namun, netranya terpaku sejenak,sebelum akhirnya ia menyadari yang dua perawat muda itu bawa adalah Nana-nya.

Dibelakang,seorang lelaki paruh baya dan satu wanita berjalan tergesa-gesa.
"Om!" Panggil Langit.

Mereka refleks berhenti,
"Lho, Langit kamu?"

"Iya,om, ngomong-ngomong Nana—"

Raut gusar tampak dari wajah Alvano dan istrinya. "Tadi,dia pingsan disekolah..."

"Bukannya hari ini bisa ijin?"

Amanda menghela napas berat
"Udah Tante bilangin Langit,tapi Rana maksa buat sekolah—"

"Keadaannya gimana sekarang?" Sergap Langit cepat.

"Nggak tau,tapi saya tau Nana kuat,dia cuma telat minum obat."

Akhirnya,Langit memutuskan ikut terlebih dahulu ke depan ruangan Derana diperiksa.

Sekitar 10 menit kemudian,pintu berdecit terbuka,seorang dokter muda berumur 27 tahun berdiri dengan jas putih bername tag Dr. Jeffrey Aditya .

Kompak,mereka bangkit dan meminta kejelasan kondisi Derana saat ini.
"Jadi,gimana anak saya dokter? Dia nggak papa kan? Lakukan yang terbaik,apapun itu,tolong...saya takut dia hilang..."

Dokter Jefrey mengerti,ia mengganguk dan tersenyum tipis,menampilkan dimple dikedua pipinya.
"Jangan khawatir,Derana cuman drop,kayaknya dia makan sembarangan, ditambah belum ada obat yang masuk dari kemarin."

Dokter Jeffrey berlalu pergi bersama satu perawat dibalakangnya. Disisi lain, Langit bersandar pada tembok ruangan menatap kosong lantai putih rumah sakit. Ia mengepal erat, ketakutan terbesarnya adalah kehilangan gadis yang tiga tahun ini menjadi kekuatannya untuk terus bertahan.

"Jangan lepas tangan gue Na,jangan pernah ,gue mohon,gue takut,lo cuma satu-satunya yang gue punya,yang gue sayang,jangan pernah sakit,gue khawatir,gue mau lo bahagia,tolong, gue lakuin apapun yang buat Lo bahagia,Na,Nana-nya gue..."
Seperti orang yang tengah mabuk,Langit bergumam tak jelas dengan kedua tangan yang terkepal kencang.

***
Masih dalam ruang UKS,Nanda berusaha bangkit untuk pergi namun Jay yang duduk disamping brankar selalu merentangkan tangannya agar Nanda tidak bisa kabur.

"Ck. Nda,lo lagi sakit,mau kemana sih?"

Nanda memutar bola matanya malas,ia menepis kedua tangan Jay yang nekat melebar hendak memeluk dirinya seenak jidat.

"Awwhhh,Nda! Jahat banget sama gue," ujarnya mendramatisir,mengelus pelan pundak kanan dan kiri yang menjadi korban.

"Jay,lo pergi deh,bawa juga nih Hoodie lo!"

Jay melirik pada hoodie coklat itu, lalu menatap Nanda teduh,tersenyum tipis. "Buat lo aja,Nda."

"Jauh-jauh,Jay,gue nggak mau,makasih!" Nanda menyerahkan Hoodie itu dengan paksa,namun ia enggan menatap Jay yang sengaja memajukan wajahnya.

"Lo beda banget,gue mau Nanda yang baik dan lembut kayak dulu,"

"Jay, jangan gini, gue udah ikhlas lepas Lo buat Rana, jangan buat gue bingung..." Lirihnya pelan.

PENA ASMARA | TAMAT✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang