[Sebelum Pesta]"Sekalipun gue ini pembunuh ?"
🌻🌻🌻
24 Juni 2021
Pada teriknya cuaca pagi ini,atau tentang para siswi yang berbisik menyebut Sean didalamnya. Di sepanjang koridor kantor yang tersambung ke kelas 10 MIPA.
Awalnya Jayden merasa bingung, tetapi tidak lagi saat seorang siswi terang-terangan menunjukkan sebuah kotak kecil berisi sebuah kertas kepada temannya disuatu koridor sekolah.
Ia sudah menebak tentang Sean—dan kotak berisi kertas tersebut,tidak salah lagi, ulang tahun Sean memang sudah pasti dirayakan.
Pagi ini Jay sedikit pilek karena dua hari lalu kehujanan,saat ia rela menerobos hujan demi Nanda meskipun nyatanya hanya bualan Ricky dan teman-temannya.
Jay berjalan santai seperti biasa. Melewati para siswi yang dengan bangga memamerkan undangan Sean kepada teman sebelahnya. Seolah mereka tahu,Jay iri akan hal itu. Pada undangan ataupun pesta yang dirayakan.
Lalu tiba-tiba Juan datang,ada bola basket ditangannya, para siswi seketika menyapa pada Juan dan gaya kerennya yang menyebalkan.
"Whassap broo," Jay menjabat tos Juan."Yeah,kenapa lo manggil gue?"
Juan tersenyum kikuk sebelum berbisik pelan, "gue sebenernya juga agak ngeri,tapi—gue disuruh Bu Rani panggil Lo buat bayar uang gedung."
Tanpa mengeluarkan ekspresi apapun, Jay hendak pergi. Namun,seragamnya ditarik mundur oleh Juan,lalu laki-laki,itu kembali berbisik, "Belum dikirimin uang juga? Mau pinjam uang gue dulu?"
"Kalo ada apa-apa bilang sama gue."
Juan memang paling royal sebagai sahabat,tapi Jay tidak perlu,karena jelas-jelas uang gedung setiap bulan sudah ditanggung ayahnya.Jay bahkan ragu untuk dipanggil hanya sebatas belum bayar uang gedung.
Lelaki itu mengangguk,mendorong Juan menjauh, "Thanks,sana main lagi,gue ke Bu Rani dulu."
***
Buku yang bertumpuk,komputer dengan kabel-kabelnya serta tulisan cukup besar dengan nama 'Arani Sundari' tertempel disisi meja kayu itu.
Didalam kantor BK yang lumayan luas karena hanya beberapa guru yang menempati ruang BK.Di kursi tersebut, seorang guru tangah duduk diam,mengamati jarum jam yang semakin bergeser.
"Gimana mah kabarnya? Katanya uang gedung aku belum dibayar?""Saya panggil kamu kesini mau kasih ini," enggan menatap Jayden,Bu Rani membuang muka sembari menyerahkan tas mocca kecil yang berisi sesuatu didalamnya.
"Oh, ternyata masih inget juga ya anak kandungnya ulang tahun hari ini,haha."
"Sean yang bujuk,kalo engga mana mau saya kasih seorang pembunuh kaya kamu hadiah."
"Kamu pantesnya diberi hukuman ketimbang hadiah. Mati kalo perlu,jadi kamu nggak terus membayang-bayangi saya tentang kebodohan yang dulu saya pernah lakukan." Jedanya,menarik napas panjang sembari menatap mata Jay dengan sorot kebencian. "Nyembunyiin anak nggak tau diri kaya kamu,harusnya kamu emang membusuk di penjara! Saya mati-matian belain kamu,malah kamu rusak hubungan saya dengan papah kamu!"
"Mah,selingkuh dengan alasan apapun nggak dibenarkan. Aku cuma mau nggak ada perusak di keluarga kita."
"Segitunya kamu belain papah kamu? Liat sekarang,mau nggak dia rawat kamu? Mau nggak dia jenguk kamu? Mau nggak dia kenalin kamu ke keluarga barunya?" Guru itu lantas tertawa meremehkan "Enggak,Jay. Karena apa? Kamu tau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PENA ASMARA | TAMAT✅
Teen FictionMisteri-roman Jayden,cowok tampan dengan hidung mancung yang khas, meskipun hanya beban sekolah, berkali-kali masuk BK,dan gemar mengambil tanpa permisi pena dari seorang gadis berbeda jurusan. Jay berbakat pada bidang non akademik. Ia harus tertol...