[Pemecahan masalah 2]
"Sean tulus nganggep lo figur seorang kakak,hargai,"
***
Kembalinya Satya setelah beberapa Minggu lalu selalu disibukkan dengan berbagai kegiatan membuatnya dapat berkumpul kembali seperti biasanya. Tepat pada rumah panggung dari kayu sederhana yang disebut gazebo, letaknya membelakangi 12 MIPA 5.
"Alah hiling-hiling tai anjeng!" Semprot Riki menyela pembicaraan Juan dan Satya mengenai destinasi wisata yang sudah dikunjungi oleh Satya saat lomba belum lama ini.
"Tingkat ke-irian lo emang tanpa batas, ati-ati kena azab," balas Juan.
Riki menepuk pundak Juan hingga Juan meringis kesakitan,"Ngapain juga gue iri,kalo destinasi wisatanya ke Disney land baru gue iri!"
"Kadal Afrika satu ini sangat halal untuk dicekek,"
"Emang salah? Gue mau melamar putri Elsa projen," balas Riki tak kalah sengit.
Ditengah pembicaraan tersebut, Juan menangkap keberadaan Derana bersama seorang gadis seumurannya didekat gazebo yang letaknya membelakangi IPA 1, Juan pernah sesekali bertegur sapa dulu dengan cewek tersebut saat diparkiran. Anaknya memang ramah dan easy going, jadi ia tidak heran saat Derana begitu akrab dengannya sekarang,mengingat semua orang memang sedang manjauhi Derana.
Jay datang tiba-tiba, tawa mereka seketika lenyap dan berganti hening tanpa suara, Jay duduk dipinggiran gazebo.
"Kalian jauhin gue?"Mereka justru sibuk dengan kegiatannya masing-masing, "kalian percaya gue pelakunya?"
Juan benci melihat semua orang hanya diam, berlahan ia menatap Jay dan meletakkan ponselnya dilantai kayu gazebo.
"Lo salah paham Jay—""Oke. Jelasin kalo lo bilang itu salah paham," potong Jay cepat.
Sean tiba-tiba saja berdiri membelakangi Jay dan menghadap Juan, ia merentangkan kedua tangannya seolah ingin melindungi Jay.
"Udah!" Sean menatap tajam Juan dan Jay bergantian,
"Jay,maaf maksud gue—bang—""Panggil gue Jay aja," potong Jay cepat.
Sean menatap bingung Jayden,seolah cowok itu ingin menangis saja karena perlakuan Jayden padanya.
"Tapi lo kakak gue,"Mereka semua tidak terkejut lagi akan fakta tersebut karena setelah kejadian malam itu, Sean membeberkan yang sebenarnya kepada mereka,termasuk ia dan Jay yang berstatus saudara tiri.
"Oh—jadi lo yang pengaruhi mereka buat benci gue?" Jay tersenyum kecewa,hatinya kembali tergores dengan fakta yang Sean ucapkan.Sedangkan Sean justru menangis dalam diam disana,hati cowok itu memang dikenal sangat lembut dan perasa,
"Bang...plis,jangan gini..."Kepalan tangan disisi tubuhnya sudah siap dilayangkan kepada Jay jika saja Riki tidak bisa menahan amarahnya,ia memejamkan mata untuk lebih tenang dan bergerak maju untuk membela Sean.
"Sean tulus nganggep lo figur seorang kakak,hargai,""Buat apa? Dia ambil semua yang gue punya,Sean sama papanya udah ambil mamah dari gue!" Ucap Jay pelan namun penuh penekanan.
"Lo inget? Dulu siapa yang sering ajak lo buat rayain pesta kecil-kecilan? "
"Lo juga harus inget,gue nggak pernah bahagia,kebahagiaan gue udah mati 3 tahun lalu...gue nggak suka senyum saat itu,gue benci liat rumah Sean gue benci liat papah lo," netra Jay tengah berkaca-kaca,
"Nggak seharusnya lo bela orang nggak tau diri—" Riki sengaja berucap dengan keras kepada Sean,menyindir Jayden.
"Karena—gue tau,mamah sering kerumah lo diam-diam,sebelum cerai sama bokap gue—dan lo tau semua itu bahkan lo manggil mamah gue dengan sebutan 'bunda' waktu itu,bodohnya dia nggak cerita apapun sama gue, tentang perselingkuhan mamah gue dan bokapnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
PENA ASMARA | TAMAT✅
Teen FictionMisteri-roman Jayden,cowok tampan dengan hidung mancung yang khas, meskipun hanya beban sekolah, berkali-kali masuk BK,dan gemar mengambil tanpa permisi pena dari seorang gadis berbeda jurusan. Jay berbakat pada bidang non akademik. Ia harus tertol...