Luka Dibalik Ceria

239 25 1
                                    

Hai,jgn lupa vote,komen<3

***
[ Luka Dibalik Ceria]

"Kak,gue itu capek! Makan ini itu nggak boleh? Emang kalo gitu bisa rubah keadaan gue biar nggak penyakitan lagi? Bisa buat dia suka sama gue kak? Jawab?!"

***

Selepas Langit mengambil obat dan melakukan serangkaian terapi perilaku kognitif bersama psikiater Doyi.

Ternyata dalam ruangan Derana sudah ada dokter Jeffrey dan Alvano, mereka sedang berbincang mengenai kondisi Derana yang ternyata baik-baik saja.

Didepan pintu kaca yang buram dan sedikit terbuka,Langit menghela napas lega. Ikut tersenyum tipis saat Derana sudah bisa tertawa kembali didalam sana. Asumsi takut kehilangan Nana telah menguasai dirinya sejak awal.

Menenteng sebuah kantung kresek putih, Langit duduk dikursi tunggu depan ruangan Derana dirawat. Menunggu gadis itu dan ayahnya keluar ruangan untuk pulang.
"Nana nakal,selalu bikin gue khawatir tiba-tiba masuk rumah sakit kayak sekarang,tapi gue sayang,"
"Tunggu aja,Na. Suatu saat gantian gue yang bikin lo khawatir,gue juga bisa,"

***

Mencintai Jayden Alvaro memang sesakit itu. Apalagi ketika cowok itu menuduhnya merebut nomor Nanda.

Padahal dulu,Derana sudah menolak, karena tanpa itupun yakin dirinya akan bisa mendapatkan Jay. Tapi ternyata salah, Derana terlalu ragu untuk menyatakan cinta lebih awal karena gengsinya sebagai seorang perempuan.

Kalian tau,mengapa Jay tidak dimasukan dalam wishlist cowok idaman Derana?
Ada dua kemungkinan,yang pertama karena terlalu mudah didapat atau terlalu mustahil untuk digapai.

Ketua futsal peraih kejuaraan futsal tiap tahun, wajah tampan, baik hati dan kadang sombong siapa yang tidak mau?

Derana hanya membuang napas letih. Ia sedang badmood sekarang, ditambah didepannya sekarang, Alvano sedang memarahinya habis-habisan.

"Siapa yang ngajarin kamu makan roti manis kayak gitu?!" Ucap Alvano dengan nada yang meninggi.

"Cuman satu kali,lagian siapa sih yang ngadu,ish—ngaduan banget!"

"Derana!" Sentak Alvano.

"Iya,pa, maaf,"
Mendapat respon yang sedikit mengerikan, Derana akhirnya memilih menunduk, memainkan jari-jarinya agar tidak terlalu gugup.

Bunyi knop pintu mengalihkan atensi Alvano dari putrinya. Diambang pintu Langit muncul dengan senyum lebar.
"Permisi, Om. Biar saya aja yang bilangan Nana—biar nggak ngulangin lagi,boleh?"

Wajah Alvano yang awalnya terlihat marah berlahan luluh oleh pemuda 21 tahun itu. "Kamu Langit— ya sudah tolong ya bilangin Nana buat nggak aneh-aneh lagi, saya khawatir sama dia..."

Bergantian masuk,Alvano bergegas keluar,sementara Langit memasuki kamar dengan langkah lebar, tatapan teduhnya masih menatap Derana yang masih menunduk.

"Na..."

Derana membalik tubuhnya membelakangi Langit.
"Iya,kak La, gue salah,gue tau kok, tapi makan atau enggak juga sama-sama bakal mati kan?"

PENA ASMARA | TAMAT✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang