Hai,baru bisa up☀️💪
Jgn bosan buat kasih vote komennya yaa🐰
***
[Salah Berharap]"Makasih,udah ijinin gue buat meluk lo,"
***
"Sebenernya kita mau kemana?"
"Jangan banyak bicara,tetep sama gue pokoknya,"
Derana tersenyum, "iya ,gue bukan tukang ghosting kok,"
"Bacot,"
Derana memilih menunduk,masih berjalan dibelakang Jay dengan langkah yang lebih kecil.
"Kenapa?" Jay akhirnya berbalik untuk bertanya kepada Derana yang cemberut.
"Lo kasar." Jawab Derana jujur.
Menghela nafas pelan,dengan langkah lebar,Jay akhirnya berjalan mendekati Derana,dengan cepat ia meraih jemari tangan kiri gadis itu untuk digenggamnya. "Maaf,"
Sembari terus berjalan,Derana mendongak kepada Jay,dalam kepalanya sebuah pertanyaan terlintas.
'sejak kapan Jay bisa meminta maaf—kepadanya?'
Namun,Derana tidak mau terlalu percaya diri lebih tinggi mengenai perasaan Jay untuknya. Ia hanya mampu menahan senyum yang hendak mengembang itu.
"Kenapa lo senyum-senyum gitu?! "
"Iya! Gue nggak senyum lagi,"
Awan hitam mulai menyelimuti langit,rintik kecil hujan mulai berjatuhan pada trotoar jalan yang berwarna-warni itu.
"Hujan,Jay," ujar Derana.
Jay berdecak sebal, "Nggak usah dijelasin,gue juga tau!"
Dengan cepat,Derana menutupi kepalanya dengan kedua tangannya,sedangkan Jay mengusap rambutnya yang mulai basah terkena air hujan.
"Kita gimana? " Tanya Derana pada Jay yang masih diam ditempatnya berdiri.
Lelaki itu tiba-tiba melepas jaketnya.
Sontak hal tersebut membuat Derana terkejut.
"Ngapain lo lepas jaket? Lo suka hujan,ya udah—""Cepet pake!" Jay sedikit berteriak karena suaranya teredam oleh hujan yang semakin deras. "Pake! Lo tuli?!"
Derana mengerjap,rambutnya sudah setengah basah,begitu juga dengan bajunya. "Thanks,Jay."
Tidak ada sahutan lain,karena posisi Jay yang berlari mencari halte terdekat, Derana ikut berlari untuk mensejajarkan larinya dengan Jay yang sudah jauh didepan.
"Jay! Bareng aja biar nggak kehujanan!" Teriaknya."Jangan mimpi,kita nggak akan jalan sejajar apalagi sampe panggil sayang-sayangan!"
"Lo mau kemana?tunggu gue!"
Jay berbalik,untuk ketiga kalinya ia melihat gadis menyebalkan itu sedang memegangi area dadanya.
"Dasar fisik lemah!" Gumamnya pelan.Disisi lain,Derana kembali merasakan rasa sesak didadanya lagi,jantungnya berdegup kencang disertai nyeri yang seketika membuat otot-otot nya melemas. Kedua tangannya menumpu pada lutut,mengambil nafas melalui mulut karena terlalu sesak jika melalui hidung.
"NAIK KE PUNGGUNG GUE,BURU!"
Mendengar suara itu,Derana berusaha menumpu kembali tubuhnya agar dapat berdiri tegap kembali.
Dan terpaku saat Jay sudah berjongkok membelakanginya,"Dalam hitungan 3 lo nggak naik,gue tinggal."
"Satu,dua—"
KAMU SEDANG MEMBACA
PENA ASMARA | TAMAT✅
Teen FictionMisteri-roman Jayden,cowok tampan dengan hidung mancung yang khas, meskipun hanya beban sekolah, berkali-kali masuk BK,dan gemar mengambil tanpa permisi pena dari seorang gadis berbeda jurusan. Jay berbakat pada bidang non akademik. Ia harus tertol...