Aku,Kamu,dan Sahabatku

383 36 5
                                    

Hi, update
Makasih udh baca sampai sini
Langsung aja baca)

***

[Aku,Kamu,dan Sahabatku]

"Kenapa rasanya sakit banget,liat lo belain sahabat gue sendiri didepan umum,Jay?"
***

Sampai saat ini,Jayden belum lagi menemui sang ayah.

Meskipun dua hari lalu,sang Ayah kembali menghubunginya untuk memerintahkan untuk mengambil sejumlah uang. Jayden masih enggan untuk bertemu.

Luka itu belum sembuh dan masih sama basahnya.

Meskipun begitu,Alvaro tidak lepas tanggung jawab ,Jayden tetap anaknya meskipun ia tak menginginkan. Ia adalah seorang pengusaha cukup terkenal,wajar bila sampai Jayden buka suara ditelantarkan olehnya,maka karirnya akan hancur.

Duduk merenung dibalkon apartemen adalah hal yang dilakukan cowok itu sekarang. Subuh pagi,dan cahaya bulan masih terpancar,angin pagi yang dingin juga begitu terasa karena hanya kaos hitam polos yang dipakainya sekarang.

"Mah,pah, Jay kangen kalian,maaf emang akar permasalahan ini Jay yang buat." Ujarnya lirih.

"Aku cemburu liat mamah perlakuin Sean begitu baik dan hangat,harusnya gue ikut seneng...tapi rasanya susah,dada gue sesek ,gue iri sama Sean..."
Jay mengusap wajahnya lalu terkekeh pelan. Terkekeh karena kecewa berat pada sosok kedua orangtuanya juga pada dirinya sendiri.

Mamah kandungnya sekarang menjadi ibu tiri sahabatnya,bukankah dunia terlalu bermain-main? Terlebih lagi, mamahnya lebih menginginkan Sean daripada Jay, anak kandungnya sendiri.

"Kalo bang Langit jadi rebutan dua orangtuanya sekaligus,bahkan dari kecil gue nggak pernah tau rasanya direbutin,hidup gue cuman tentang luka,dan uang, orangtua yang selalu maki gue karena anaknya berandalan tanpa kasih arahan,"

"Sorry,balkon gue jadi curhat sama lo. Soalnya bang Langit belum bangun."

***

Pagi ini,Derana harus menggantikan piket salah satu siswa karena ia sebagai saksi kebersihan.

"Naufal,sialan. Dia kenapa nggak berangkat?"

Nanda menoleh dari bangkunya,kelas masih sepi dan sebagian yang berangkat memilih ke kantin untuk sarapan pagi.
"Jangan gitu Na,dia juga ketua kelas kita. Kayaknya ada sedikit problem,biasanya kan rajin."

"Pura-pura rajin dia mah,alesannya banyak,piketnya juga 3 Minggu sekali."

Gadis itu menyapu dengan telaten setiap meja hingga ke kolong-kolong nya. Menghela napas lega ketika salah satu tim piket hari ini datang.
"Kya,lanjutin,dada gue mulai sakit nih, gue mau duduk." Ia memegangi dada kirinya.

Tidak berbohong,bibirnya bahkan lebih pucat dari biasanya meskipun sudah menggunakan liptin.
"Na, kebiasaan,belum minum obat lagi?"

"Udah sarapan?" Kya ikut duduk dimeja yang Derana duduki.

"Ish! Kya turun! Kalo Bu Rani keliling,mampus lo." Potong Nanda cepat.

Derana semakin meremat dadanya,menyadari itu Nanda tidak tinggal diam,dengan lincah ia mulai mengobrak-abrik tas ungu Derana.

Padahal Nanda yakin,biasanya sekantung obat ada dibagian depan tas
,namun kali ini berbeda.

"Nda...obat gue habis," ucapnya sangat pelan. Kya yang berdiri disamping Derana menatap bingung keduanya.
"Emang lo sakit apa Na? Kontrol terus ya?"

"Ky,diem dulu,lanjutin piket aja sana," Nanda beralih menghadap Derana "Mending lo sarapan dulu,Na. Mau gue beliin?" Tawarnya,

Namun,Derana menggeleng lemah.
"Gue aja yang ke kantin. Mau liat Jay sekalian."

PENA ASMARA | TAMAT✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang