Akhir Sandiwara?

91 8 0
                                    

Tepat didepan gerbang rumah besar Derana, Jay mengacak rambut Derana gemas dengan raut muka kesal yang cewek itu tampilkan.

"Licik lo, gue kan pengin mie ga doyan kacang,"

"Sekali lagi bilang ngga doyan, gue sebar vidio lo makan kacang mirip monyet,"

Lirikan tajam Derana sontak membuat Jay berbalik badan hendak pergi, "Udah lo masuk, gue pulang,"

"Jay," menahan Jay agar tidak pergi, Derana meraih tangan kiri Jay dan memeluk erat sosok tinggi itu dari belakang, seolah tak mau kehilangan. Ia meluapkan segala rasa cemas yang selalu menghantuinya kala mengingat Luna disaat ia dengan Jay.

"Bel—"

"Biarin gini, satu menit aja. Gue tau lo cuma kasian sama gue, tapi makasih buat semuanya Jay. Gue merasa dicintai sama lo. Meskipun gue tau lo pura-pura,lo kasian karena sebentar lagi gue mati. Oiya, nanti kalo gue udah ngga ada, lo pasti kangen gue. Jangan lupa bawa bunga tiap gue ulang tahun. Pasti disana gue bahagia,Jay dapat bunga dari lo."

Mendengar itu,hati Jay seperti diiris-iris, perih. Setetes air mata sudah berada diujung,hendak jatuh. Jay berbalik dan memeluk Derana erat, gadis itu ikut terkejut dengan tindakan yang Jay lakukan.
"No, lo ga bakal pergi dari sisi gue. Atau mungkin lo sama gue sama-sama pergi."

Mereka mengurai pelukan. Jay terus menatap serius Derana.
"Na, gue yang udah suruh Luna buat bun—."

Derana berjinjit untuk menyentuhkan bibirnya dengan Jay yang masih berbicara, cowok itu seketika terdiam dan memejamkan mata, tak pernah sekalipun Jay berpikir Derana berani mencium bibirnya seperti sekarang.

Derana tak mau Jay mengatakan apapun. Derana tau apa yang akan Jay katakan. Pengakuan yang seharusnya ia dapatkan. Harusnya ia marah pada Jay, tapi sekeras apapun ia tidak bisa membenci cowok berkaos hitam itu. Mungkin ia telah berkhianat pada Luna. Namun, rasa cinta yang begitu besar terhadap sosok Jay menjadikan gadis itu tak peduli lagi.

***
Tengah malam ini, Jay sudah bersiap dengan moge berwarna hitamnya menuju tempat yang Keyra bagikan padanya. Mengenakan helm full-face, mata elang Jay menatap fokus jalanan yang hendak ia lewati.

Sepi dan senyap. Cahaya lampu jalan kuning remang. Ruko dan pusat pembelanjaan sudah tutup dan hanya satu dua orang saja yang sama mengendara ditengah malam yang hening.

Entah apa yang akan terjadi malam ini. Bisa saja nyawa cowok itu akan melayang karena Keyra pasti tidak akan sendiri, ada orang-orang dibalik layar dan Jay yakin semua ini direncanakan.

Entah oleh siapa. Jay tidak tau.

Tiba dirinya didepan sebuah gedung tua yang ternyata terletak tak jauh dari taman yang malam tadi ia lewati bersama Derana. Tak berlama-lama Jay meletakan motornya dan berjalan gontai tanpa rasa takut. Mata elangnya menelisik setiap sudut gedung yang sangat sepi.

Bunyi notifikasi menarik perhatian Jay, akhirnya ia berhenti dan membuka pesan tersebut.

Sebuah pesan suara.

Jay memutarnya segera,menaikan oktaf suara sehingga ia dapat jelas mendengar rintihan seseorang dibalik layar ponsel.

Jay mematikan ponselnya. Hendak melangkah pergi namun terhenti karena samar-samar mendengar suara seseorang seperti sedang menghajar orang lalu mengumpati orang tersebut. Kanan dan kiri tidak ada satu orang pun.

Tes..tes..tes...

Jay menatap cairan yang baru saja jatuh dari atas dan mengenai lengannya, menyentuhnya dengan jari telunjuk tangan satunya. Warna merah kental serta berbau anyir.

Langit Nareswara terancam!

"Anjing!" Umpat Jay

Setelahnya ia berlari seperti orang kesetanan. Mencari jalan kesembarang arah, berharap menemukan tangga untuk segera naik ke rooftop.

PENA ASMARA | TAMAT✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang