Pertengkaran

146 23 0
                                    

[Pertengkaran]

"Apa semuanya masih nerima gue?"

🥀🥀🥀

Menerima kenyataan terkadang tak semudah yang dibayangkan.

Derana berkali-kali menelfon Jay,bukan untuk menghakimi cowok itu, justru ingin menenangkannya.

Berita yang masih simpang-siur membuat Derana ragu,tidak,Derana sama sekali tidak percaya. Gadis itu hanya menganggap kejadian itu sebagai lelucon iseng yang kebetulan mengenal Luna,mungkin saja itu bagian dari prank ulang tahun Jay dan Sean.

Pasca kejadian ulang tahun Sean malam itu,Derana ditinggalkan sendiri oleh Jay dan berakhir dijemput.

Dan kini subuh dini hari,Derana masih mencoba menelfon Jayden,tidak ada jawaban.

Alam bawah sadarnya mulai berfikiran buruk,kalau memang Jay tidak bersalah mengapa tidak menjelaskan saja supaya selesai?

Derana menggeleng,memeluk erat guling dan mata yang masih setengah terbuka,ponselnya masih ditempelkan ditelinga kanan.

"Halo?"

"Iya Na," suara itu tampak familiar.

"Kak La?"

"Iya,ini gue Na,Jay masih dikamar,"

Derana mengangguk mengerti,
"Aku boleh ngomong sama Jay?"

Dibalik layar,Langit tersenyum kecut,
"Bentar,gue panggil,"

Dan keributan terjadi,terdengar gedoran pintu dari balik layar ponselnya.

Ponsel Derana bergetar,ternyata Langit meminta beralih ke Videocall,dengan sigap Derana mengkonfirmasi. Terlihat Langit masih berteriak didepan kamar Jayden yang masih tertutup rapat.
"Jay! Bangun! Jay,gue dobrak beneran nih pintunya!"

"Bentar Na—" Derana justru tertawa,Langit dengan segala tingkah lakunya membuat gadis itu mampu tertawa terbahak.

"Upshahaha,Kak La udah ih—nanti kakak yang cape,ngakak banget kek emak-emak aja. Hahaha."

Samar terdengar,namun gagang pintu kamar Jay bergerak memutar, mengisyaratkan orang didalam sana bersedia membuka pintu.

"Perlu apa?" Muka bantal beserta suara serak Jay membuat Derana seketika terkagum. "Kalo ngga,gue masuk,"

"EHHH—JAYYY! JANGAN DITUTUP!"
Berteriak begitu kencang,Derana sampai diperingati salah satu pembantu bahwa masih pagi dan gelap. "Hehe,iya maap mbak,"

"Gapapa non,permisi dulu." Pembantu tersebut keluar kamar dan kembali menutup pintu kamar Derana.

Langit tertawa dibalik sana,sementara setengah layar ponselnya menampilkan Jay yang terlihat bingung.
"Kak La,boleh tinggalin aku sama Jay ngobrol berdua?"

Langit yang awalnya masih tertawa mendadak diam,ia mengangguk mengerti kemudian keluar kamar.

"Mau tanya berita kemarin?" Ucapan Jay begitu dingin serta matanya yang baru saja bangun tidur menatap dingin Derana.

"Lo habis nangis?"
"Gue harap Lo baik-baik aja,tentang berita kemarin,gue—percaya kok sama lo Jay,semua orang nyimpulin cuma dengan liat Vidio yang nggak jelas itu."

"Lo—ck! Bener-bener bego, mau nolak kalo gue ini emang penjahat? Gue bully lo,palakin pulpen,dan—"

"Bunuh Luna?" Derana menatap sayu Jay yang memenuhi layar ponselnya.

Jay mengusap rambutnya kasar
"Itu kan yang orang-orang simpulin?"

"Jay..."
"Kalo emang lo merasa nggak melakukan itu,seenggaknya lo coba jelasin sama semua orang,bukan lo yang jadi penyebab Luna bunuh diri,bukan malah menghindar gini.."

PENA ASMARA | TAMAT✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang