Selamat membaca❤️
Vote,komen yaa😠🌞
***
[01.30]"Tenang aja,apapun yang lo bilang tadi, gue nggak berhak buat gunain itu buat ngancem lo, privasi lo aman sama gue, dan gue nggak sepintar itu buat ngartiin semua racauan lo,tapi emang ada yang aneh,gue tau lo lagi nutupin sesuatu,"
***
"Assalamualaikum,pah,"
"Shaloom,"
Ini terlalu mengejutkan, 2 tahun tidak bertemu sekali bertemu Jayden mendapati ayahnya sudah berbeda keyakinan dengannya.
"Pah? Harusnya jawabnya Wa'alaikumsalam,bukan Shaloom,"Didepannya berdiri lelaki paruh baya dengan jas rapi, postur tubuhnya yang tegak dan penampilannya membuat Jay mengerti. Kini,Ayahnya sudah sukses dan bahagia dengan keluarga
barunya. Namun,yang ia tidak mengerti adalah mengapa ayahnya menjawab salamnya dengan berbeda?"Pah?" Jay menggoyangkan pria itu dengan tatapan bertanya.
Tanpa mau menatap Jay yang tak lain adalah anak kandungnya, ia melepas tangan Jay dengan halus.
"Saya dari gereja, harus pulang cepat,"
Alvaro menyodorkan sebuah amplop berwarna coklat muda pada Jay,
"Tolong terima ini,jangan mempersulit kewajiban saya buat terus nafkahin kamu,"Satu tetes air mata jatuh begitu saja menuju paving blok depan masjid Istiqlal dan Gereja katedral yang berdampingan. Jay bergerak menatap nanar sang Ayah dan mengusap air matanya kasar.
"Janji papa biar Jum'at an bareng masih aku tunggu,pah,kenapa gini?" Dalam ucapan itu terdapat luka yang menyakitkan dan kekecewaan yang begitu dalam.Masih tidak percaya,Jay menggeleng keras. "Pah! Aku masih berharap papah sama mamah bersatu lagi, bahagia kayak dulu lagi, aku janji nggak akan buat masalah lagi,aku janji!"
Tanpa mau mendengarkan Jay, pria itu menatap tajam Jay dengan kilatan tajam dari matanya.
"Hapus keinginan kamu, saya sudah dengan Tuhan saya dan kamu dengan Tuhan kamu-""Tapi-nggak,nggak papah sama mamah,kenapa papah pilih ini?"
"Jay, papah sudah punya istri baru,mamah kamu juga sudah berkeluarga,dan hari ini istri saya melahirkan, kami mendapat seorang putra, saya sudah menemukan pengganti kamu,jadi tolong jangan usik kebahagiaan kami,"
"Oh-kalo gitu selamat pah,udah nemuin pengganti Jay yang lebih baik dan bukan pembunuh,kan?" Tentu saja perkataan barusan merupakan sindiran terhadap Alvaro.
Pria itu menyorot Jay sedih,bukan berarti ia percaya bahwa Jay memang dulu terlibat bunuh diri siswi itu. Namun,ia lebih baik menghindar,tidak mau ikut-ikutan.
"Jay, bahkan sampai sekarang saya belum yakin kamu terlibat,tapi kamu pasti aman kasus itu tertutup,""Thanks omong kosongnya,pah, Jay pergi," Jay berbalik pergi, "Kebenaran pasti terungkap, gue tau. Tapi bukan kita bertiga yang menanggung,tapi cuma gue,mereka lepas gue,"
Sejujurnya Jay sangat paham, Ayahnya berusaha menghindar,namun dengan cara yang lebih halus ketimbang ibu nya yang lebih tegas memperingati Jay dengan sederet hukuman dan ancaman.
Dan, ini lebih sakit, Alvaro adalah ayah yang sedari dulu ia banggakan karena sering meluangkan waktu untuknya, berbeda dengan Rani,sang ibu. Namun, hari ini, ia seolah dibuang.
***
Setelah pamit pada Langit karena jam sudah menunjukan pukul 9 malam. Derana memilih menaiki taksi karena kedua orangtuanya pulang duluan.
Ia memandangi trotoar jalan yang dipenuhi oleh pejalan kaki dan tentu saja sepasang muda-mudi yang tengah kasmaran.
"Pak sopir, orang sakit fisik boleh jatuh cinta nggak sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PENA ASMARA | TAMAT✅
Teen FictionMisteri-roman Jayden,cowok tampan dengan hidung mancung yang khas, meskipun hanya beban sekolah, berkali-kali masuk BK,dan gemar mengambil tanpa permisi pena dari seorang gadis berbeda jurusan. Jay berbakat pada bidang non akademik. Ia harus tertol...