Chapter (63)

179 21 12
                                    

"Sayang".

Rengekan pria itu sama sekali tidak digubris oleh istrinya, bukan tanpa alasan karena cemburu buta yang membuat Rega memukul Betran pun sekarang Rani enggan menyahut, menoleh dan menatapnya. Wanita itu duduk tenang dikursi kerjanya, membolak-balik halaman buku tempat ia menggambar tanpa mencoret apapun. Ia memang sengaja membuat Rega kesal, pria itu perlu dihajar tapi bukan dengan cara kasar. Ngomong-ngomong soal sidang, dia tidak tahu jika suaminya kini telah resmi bercerai dari Aisyah. Rani yang memang tidak peduli, masih segan bertanya setelah apa yang terjadi diantara mereka.

"Sayang, please jangan abaikan aku kayak gini. Ayo kita pulang kerumah".

"Rumah mana? Ini rumah aku mulai sekarang, adek-adek aku juga tinggal disini. Aku gak mau ikut kamu". Jawabnya ketus masih tidak mau membalas tatapan Rega yang mulai putus asa.

"Jangan kek gini lah yang, masa kita harus tidur bareng mereka."

"Aku gak mau iKut kamu, kalo mau pulang ya silahkan. Kamu nyebelin banget".

Pria itu menyerah, menyugar rambutnya menambah berantakan surai gelap itu tapi semakin tampan dan seksi diwaktu bersamaan, Rega berkacak pinggang dan mencoba membujuk sekali lagi istrinya. Hari sudah sore dan mereka masih belum ada tanda-tanda akan meninggalkan tempat ini.
Raquel muncul dengan pakaian tidurnya, Zia sedang tidak diatas, gadis itu ada pertemuan bersama teman-teman lamanya. Sejak kepergian ibunya, Raquel tidak pernah lagi berkata sarkas atau mengamati sesuatu sangat teliti seperti sebelumnya. Dia masih berkabung atas kepergian sang mama.

"Cece." Suara serak milik perempuan itu membawanya mendekat kepada Rani, memeluk kakaknya tanpa ragu.

"Kenapa? Kamu laper?" Tanya Rani mengelus punggung adik penuh sayang, Rega tak mau mengganggu jadi dia hanya diam kemudian duduk di sofa sambil memperhatikan. Raquel menggeleng tanda bahwa ia sedang tak mau makan, perutnya terasa kenyang setiap waktu, entah pergi kemana selera makannya yang selalu menggebu itu.

"Kapan kita pindah dari sini? Barang-barang dirumah mau diambilkan, kuliahku gimana Ce?"

Rani menoleh sebentar kepada suaminya, Rega tidak menjawab apapun namun sorot matanya mengatakan jika ia akan secepatnya mengurus perihal tersebut.

"Tunggu koko beli rumah baru, kita pindah dari sini. Soal barang-barang kita dirumah, itu juga urusan koko, nanti secepatnya dipindahkan kesini. Untuk kuliah, cece gak mau dengar alasan apapun soal ketidakmampuan kamu menyelesaikan nya. Mei-ah, mama sama papa pengen banget lihat anak-anak mereka jadi sarjana. Gak peduli nanti kerja jadi apa, yang penting pendidikannya dulu. Oke?" Raquel tidak menjawab, gadis itu semakin menenggelamkan wajahnya kedalam dekapan kakaknya sambil menahan tangis. Mereka sudah tidak punya rumah lagi, dalam artian yang lain yaitu orangtua.

Raquel melepaskan pelukan, menoleh kepada kakak iparnya kemudian bertanya kapan pria itu akan mengurus semua nya.

"Aku mau ngambil foto-foto keluarga kita, nanti kalo koko izinkan aku mau ikut ke Surabaya. Biar nanti beresin sendiri barangku".

Rega mengangguk, dia tidak mungkin menolak permintaan itu. Lagipula sekarang ia adalah kepala keluarga bagi Rani dan ketiga adiknya. Adik bungsu istrinya memang jarang terlihat, tapi remaja lelaki itu selalu menghubungi Rega jika ingin tahu kabar sang kakak.

"Kamu tanya Zia juga, mau ikut apa enggak ke Surabaya. Nanti kita pergi sama-sama".
Teringat dengan masalah mereka tadi, Rega pun tak mau membuang kesempatan untuk mengajak Raquel pergi dari sini.

"Gimana kalo kita balik kerumah aja, lagian disini gak ada kamar. Kalian gak akan betah lama-lama disini, mau ya?"

Rani melotot tidak suka pada Rega yang mengeluarkan jurus rayuan kepada adiknya, tapi ya, Rani harus sadar bahwa Raquel sangat dekat dengan suaminya tersebut. Dibandingkan Zia, gadis ini jauh lebih manja.

Rega & Rani ( Book - 2) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang