Chapter (25)

141 20 24
                                    

Regina keluar dari kamarnya dan tak mendengar suara apapun, terasa hampa dan kosong. Dia menuruni anak tangga dan melihat dapur juga sepi, biasanya jam seperti ini sudah ada dua menantunya yang memasak untuk sarapan suami mereka masing-masing. Tidak ada siapapun, wanita itu kelihatan bingung karena ini pertama kalinya rumah menjadi sangat sunyi setelah kedua putranya menikah. Dia membuka lemari pendingin bahan makanan, mungkin anak-anaknya sedang melepas rindu terutama Rega, lelaki itu baru saja pulang dan mendapatkan kabar bahagia istrinya mengandung. Regina diam-diam mengulum senyumnya karena hal itu, anggota keluarga mereka akan segera bertambah. Bahagia memenuhi rongga dadanya membayangkan sebentar lagi akan ada tangisan bayi, dulu saat kelahiran cucu pertamanya dari Ari dan Susi, Regina bahagia bukan main. Sampai Andin lahir, dia tidak bisa berhenti bersyukur. Rega adalah anak kesayangannya, bahkan bila orang-orang bertanya kenapa Regina lebih mementingkan pria itu dibandingkan Ari yang anak kandung. Regina hanya menjawab kalau Rega lebih membutuhkan cintanya, dia begitu menyayangi anak iparnya karena apa yang dia alami membuat hati Regina seperti diremukkan. Dia tak bisa memiliki anak lagi selain Ari, maka dari itu ketika mengetahui Rega ditelantarkan oleh orangtuanya sendiri dia langsung memaksa suami untuk mengadopsi anak itu secara sah dan legal. Kini dia hanya menikmati masa-masa tua dengan keramaian yang tercipta, tidak ada apapun lagi yang Regina inginkan selain kebahagiaan dalam rumahnya.

Ibu adalah jantung didalam rumahnya, bila jantung itu berhenti berdetak maka rumah akan mati, Regina adalah sosok ibu yang sangat diinginkan oleh seluruh anak yang kekurangan kasih sayang. Dia gambaran ibu sempurna untuk Rega yang memang tak pernah mendapatkan perhatian dari orangtua sendiri, meski dulu Rainee sangat menyayanginya namun tak sebanding dengan apa yang sudah Regina berikan padanya. Ari, pria itu bahkan tidak bisa membayangkan hidup tanpa seorang ibu.

Regina memasukkan penyedap rasa dalam masakannya, wangi makanan sudah menyebar ke seluruh rumah. Kalian tahu apa yang terbaik dari kasih sayang ibu? Buah tangannya yang berbentuk masakkan.

Tanyakan pada seluruh anak bahwa masakan ibu adalah yang terbaik, tidak ada yang mampu mengalahkan kasih sayang didalamnya, kesederhanaan dan cinta yang tersaji dalam sebuah makanan tak akan bisa dikalahkan oleh chef terbaik dunia. Regina selalu membuat kebiasaan ketika hendak memasak, dia tidak pernah lupa membacakan al-fatihah, ayat yang mengandung makna seluruh kehidupan dan tujuan kita sebagai manusia terdapat didalamnya. Dia berharap jika anak-anak nya akan mendapatkan jalan yang lurus, memahami apa kehendak Tuhan atas hidup mereka, tidak ada ibu yang mau melihat anaknya terjerat neraka dunia yang pedih.

Samar-samar dia mulai mendengar suara anak kecil merengek minta diajak turun kebawah, dia tahu kalau itu cucu pertamanya Athif, lalu tak lama kemudian Andin menangis, bocah itu pasti lapar. Untunglah dia sudah menyiapkan sarapan juga untuk si kecil, Regina menyelesaikan masakan terakhirnya kemudian menghidangkan diatas meja.

Makan dan minum adalah kewajiban seorang suami untuk memenuhi, tapi tidak ada salahnya jika seorang istri mau menggali pahala dengan membantu suami melayani siapapun yang tinggal didalam rumah. Ari turun bersama Athif, sedangkan si kecil Andin dalam pelukan ibunya. Mereka ber-empat tersenyum melihat ibu mereka sudah selesai memasak, bukannya Susi mau bersikap kurang ajar membiarkan mertuanya memasak sendirian tapi subuh tadi ia baru tertidur karena bertengkar dengan Ari tentang masalah Rega, sedikit banyak mereka juga bersalah disini.

"Selamat pagi cucu oma yang ganteng, minum dulu sayang." Athif menerima gelas air putihnya kemudian meminum sampai setengah gelas, Ari juga melakukan hal yang sama. Andin merengek minta digendong Regina, Susi merasa tidak enak karena permintaan sang putri.

"Oma cuci tangan dulu ya, baru gendong Andin." Susi menatap wajah suaminya yang masih terlihat cuek, dia benar-benar kesal dengan lelaki disebelahnya. Kenapa setiap kali mereka berdebat, Ari akan selalu bersikap seperti bos yang menyebalkan. Dia merasa dejavu dengan perilaku Ari bila sedang marah. Ck
Susi berusaha mendiamkan Andin namun anak itu tidak berhenti menangis, Regina melepaskan celemek dibadannya kemudian memeluk cucu perempuan membawanya duduk bersama di salah satu kursi. Athif sangat fokus dengan sarapannya, dia sangat menyukai udang goreng yang dibumbui kecap oleh oma, makanan favoritnya sejak mengerti apa itu lezat. Ari pun tampak tenang menghabiskan sepiring nasi goreng yang terdapat banyak hati dan ampela ayam, dia bahkan tidak peduli dengan wajah merengut istrinya. Mereka sedang menikmati makan pagi yang enak ketika Rendra turun dengan penampilan segar.

Rega & Rani ( Book - 2) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang