Chapter (44)

143 23 18
                                    

Haloww!

Aku mau kasih info ya buat kalian, kemungkinan cerita ini bakal aku stop update setelah chapter 44.

Loh, kenapa?

Karena aku ingin meneruskannya di grup privat, yang ketika kalian ingin masuk harus menggunakan identitas asli agar menghindari penyusup ilegal. Dan info lainnya, aku akan unpublish semua cerita yang sudah completed secara acak.

Peraturan untuk gabung ke grup aku sangat gampang kok, kalian tinggal kirim foto dan nama asli, asal kota dan umur.

Ini aku lakuin karena banyaknya pembaca yang gak vote, dan komentar.

Aku update gak ada jadwal sama sekali, karena kalian pasti hafal aku orangnya gimana. Tiap hari pasti up, kalo gak berarti emang sibuk.

Aku bakal up di grup dalam bentuk ketikaan biasa, setelah tiga jam dari up akan aku hapus.

Ribet banget sih, kalo gue sibuk gimana?

Mudah kok, kalian tinggal chat aku pribadi. Aku akan kasih kalian baca, dengan peraturan yang sama. Tiga jam setelahnya akan aku hapus.

Aku menulis karena aku suka dan menikmatinya.

Kenapa maksa di vote dan komentar?

Hey sayang. Aku juga butuh support, dengan dua hal itu aku udah bahaagia sekali.

Sampai sini, kalo kalian gak paham. Silahkan tanya di kolom komentar.

Happy reading =)

Rani pulang kerumah sudah lewat pukul delapan malam, hal itu tak luput dari sepasang mata tajam Rega yang siap menerkamnya kapan saja saat istrinya memasuki rumah. Pria itu bersandar didepan pintu kamar dengan kedua tangan dilipat, ia menatap kesal wajah Rani. menelpon ratusan kali juga tidak berguna jika Rani meninggalkan ponselnya lagi, wanita itu suka sekali membuat Rega khawatir. Bukannya dia ingin terjadi sesuatu yang buruk kepada Rani tapi bukan kah benda sejenis itu memang sangat diperlukan jaman sekarang, setidak nya Rani bisa menggunakan nya sebagai alat komunikasi jika ada kendala. Rani berjalan tegap seolah tidak takut dengan pandangan suaminya yang menghunus, aura intimidasi dari Rega selalu terasa jika dia sedang diliputi kemarahan. Kali ini dia juga melakukan kesalahan yang sama.

"Ayang." Panggil nya pelan berusaha meredam segala emosi yang mungkin siap meledak jika Rani terus memberikan tatapan tak berdosa miliknya. Rega menarik lengan perempuan itu hingga tak ada jarak diantara mereka, memandang kedua mata Rani yang menunjukkan kelelahan.

"Dari mana aja udah semalem ini? Kata kakak, kamu pergi makan siang abis itu lama baru balik lagi. Kamu kemana? Pergi sama Betran kan, jawab Rani." Rentetan pertenyaan yang membuat Rani tidak bisa menjawab cepat, hanya mampu membungkamnya sambil berdoa agar Rega tidak melakukan hukuman aneh seperti kemarin. Setengah hari mereka habiskan untuk bercinta dengan segala jenis posisi, sensasi yang sangat nikmat tapi juga memalukan untuknya yang bahkan tidak pernah berpikir bahwa suaminya sangat mesum.

Perempuan itu menunduk, ekspresi bersalah yang Rani tunjukkan seperti anak kecil yang ketahuan berbohong menutupi kesalahan yang justru semakin membuat Rega frustasi tidak sabar.

"Rani, aku nanya sama kamu bukan lantainya. Kamu pergi sama Betran, iyakan? Dari mana aja kalian, jangan bilang dia nyentuh kamu lagi? Aku beneran bakal hajar dia habis-habisan!" Pria itu sekali lagi menarik masuk istrinya kedalam kamar, diikuti oleh Rani tanpa banyak perlawanan. Dari pada menambah besar api cemburu yang sudah ada sejak kemarin lebih baik dia menenangkan diri sebelum Rega menyemburnya dengan pertanyaan lain.

Rega & Rani ( Book - 2) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang