Chapter (41)

123 18 16
                                    

Betran berdiri didepan sebuah bangunan baru yang sepertinya belum lama dibuka, pria itu mengamati beberapa saat sebelum masuk kesana. Dia mendatangi tempat ini karena nama butiknya sangat menarik, sedikit aneh tapi berhasil mencuri minat Betran untuk tahu siapa pemiliknya. Semalaman dia sakit kepala karena Loren ingin segera diselesaikan gaun itu, bahkan perempuan cerewet itu sudah mengirimkan lengkap ukuran tubuhnya. Kalau tahu begitu kenapa tidak dia saja yang langsung mengerjakan sendiri, perempuan sangat suka sekali menyusahkan. Jadinya Betran pun mencari butik terdekat melalui mbah gugel yang ternyata menunjuk butik ini sebagai yang paling tinggi rating. Tanpa banyak pertimbangan, ia mendorong pintu masuk yang terbuat dari kaca transparan tersebut. Mengedarkan pandangan kemudian disuguhi oleh banyak gaun-gaun cantik, ada yang dipajang depan, beberapa belum selesai dijahit lalu kain-kain bertumpuk disudut ruangan. Sangat tidak rapi namun Betran sangat suka hawa sejuk yang menguarkan wangi greentea, ia tidak mampu mengingat kalau hanya ada satu orang yang mencintai aroma teh hijau selain Rani.

"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu pak?" Betran tersenyum melihat perempuan bertudung itu muncul dari balik rak kain, dia memakai seragam yang bertuliskan nama butik.

"Iya, apa saya bisa bertemu langsung dengan perancang baju nya? Maaf karena tidak mempunyai janji dulu, tapi ini sangat penting untuk kelangsungan hidup saya". Betran memang sangat suka bercanda, tidak hanya tampan dan wangi namun ia juga memiliki pesona sendiri. Anting berbentuk salib, tato naga kecil yang terlukis dileher nya merupakan ciri khas yang sangat identik dengan dirinya. Lelaki itu berkharisma, dan para gadis tak akan melewatkan ciptaan Tuhan satu ini begitu saja.

Gadis itu tersenyum, kemudian mengatakan jika sang empunya butik masih belum kembali dari makan siang makanya sekarang Betran harus menunggu. Karena memang tidak memiliki pekerjaan lain, Betran pun mengelilingi tempat luas ini dengan melihat-lihat apakah ada sesuatu yang istimewa lainnya. Selain karena ruangan ini begitu familiar dalam bayangan nya, Betran juga seperti dejavu kala melihat begitu banyak buku-buku lama yang dulu pernah ia berikan pada seorang gadis kutu buku yang sangat mencintai fashion. Ia menyentuh salah satu koleksi buku desainer ternama, tidak yakin pada ingatan dan rasa hatinya yang bergejolak tapi entah kenapa jemari tangan nya terus bergerak membalik halaman buku hingga ke pertengahan.

Betran tertegun mendapati namanya, emot hati yang ditulis langsung olehnya kepada seseorang. Dan bersamaan itu juga, suara yang sudah hampir dia lupakan memasuki telinga.

"Selamat siang. Maaf membuat anda menunggu tuan, ada yang bisa saya bantu?"

Detik berikutnya, Rani yang tidak pernah menyangka jika lelaki dihadapannya adalah Betran sangat terkejut. Sehingga secara tidak sadar ia memeluk pria itu sangat erat, kebiasaan lama yang sudah lama tidak ia lakukan.

"Rani. ." Bisik lelaki itu sangat dekat dengan telinga Rani, sentuhan fisik yang kembali menggetarkan jiwa rapuhnya serta keinginan untuk membalas dekapan mungil itu pun membuat Betran lancang mengelus punggung gadis itu.

"Ini beneran lo ya? Astaga, gue kayak mimpi bisa peluk lo lagi."Rani senang bukan main, dia tidak mungkin salah orang apalagi sekarang aroma kayu manis itu berhasil memenuhi hidungnya. Lelaki itu selalu memakai parfume yang sama, bahkan setelah bertahun-tahun terlewati. Pria itu masih tidak bisa bersuara, ini terlalu mendadak namun debaran yang pernah mati itu kembali bergema seakan menemukan kembali harapan untuk hidup.

"Setelah sekian lama, kenapa gue masih ketemu sama lo lagi Ms. Crab! Apa sekarang lo udah bahagia?" Rani semakin mengeratkan pelukannya, lupa akan kenyataan bahwa ia sekarang sudah istri orang. Rani melepaskan pelukan lalu mencubit lengan keras milik sahabatnya itu, gemas dan melotot karena tidak menyangka bahwa Betran akan berubah setampan ini.

"Lo gak akan pernah mau tahu, apakah gue udah bahagia atau belom. Bei, lo terlalu tampan gue jadi sangsi apakah ini beneran sahabat gue atau artis china yang kesasar".

"Gak berubah sama sekali, tetap cerewet. Kalo waktu itu lo gak menolak gue, mungkin sekarang gue udah jadi suami yang kerja keras banting tulang demi ngidupin anak istri".

Mereka tertawa, tidak tahu untuk apa jelasnya namun Rani bahagia karena Betran masih belum berubah. Sikap dan tatapannya tetap sama, Rani hanya tidak sadar jika pria itu belum move on sepenuhnya.

"Sayang banget lo gak jadi laki gue ya, keruangan gue yuk. Udah lama kita gak ngobrol, lo ngilang terlalu lama Bei. Lo membuat hidup gue suram karena pergi gitu aja, lo nyebelin!" Perempuan itu merajuk namun tak disangka hal itu justru membuat Betran gemas dan mencubit ujung hidung nya, sayang sekali tawa mereka berdua harus terhenti ketika melihat ada bayangan orang lain yang sepertinya sudah terbakar api cemburu. Setengah mati Rega menahan umpatan kasar diujung lidah karena menyaksikan istrinya memeluk laki-laki lain, dan respon yang bagus orang itu berikan dengan menyentuh wajah Rani.

"Brengsek! Jauhkan tangan lo dari bini gue, sialan". Rani membeku ditempatnya, kilasan bagaimana masa lalu yang pernah mereka lewati membuat perempuan itu menoleh secepat kilat menatap wajah suaminya yang marah.

Pria pemarah ini pasti akan membuat ulah yang bisa mengacaukan momen pertemuan pertamanya bersama Betran. Berbeda dengan Rega yang siap melayangkan tinju kearah Betran, lelaki itu sudah sangat siap menghabisi siapapun yang berani menyentuh milik nya.

"Masih hidup lo? Gue kira udah mati". Tak perlu menghitung sampai tiga, karena ketika Rani mengerjapkan mata Betran sudah tertunduk karena terjangan yang diberikan suaminya.

"SETAN!"

Beberapa saat lalu, Rega baru saja menghubungi istrinya untuk bertanya apakah sudah makan siang namun perempuan itu tidak mengangkat telpon jadilah ia menyusul kesini membawa banyak makanan. Tapi tak disangka, pemandangan mengerikan ini menjadi suguhan yang luar biasa membangkitkan iblis dalam diri Rega. Sudah lama sekali tidak berada diposisi ini, dimana cemburu dan takut kehilangan menguasai diri Rega. Betran bukan saingan yang bisa dianggap ringan, lelaki itu terlalu sempurna sampai ia sangat ketakutan melihat interaksi keduanya.

Mendapat serangan mendadak tak membuat Betran mengalah, ia membalas Rega dengan tinjuan yang tepat mengenai rahangnya. Mereka berdua berkelahi melampiaskan perasaan masing-masing, sungguh bukan momen yang bagus untuk dicap sebagai peluang berbaikan. Rani sampai kebingungan harus memisahkan mereka, tapi ide cemerlang membuat nya melakukan sesuatu yang konyol. Ia mengambil kain yang cukup lebar, lalu menyelimuti kedua pria dewasa yang sedang beradu kekuatan tersebut dengan kesal. Rega berteriak kesal, begitu juga Betran yang mengumpat kasar karena mendadak kesulitan membuka penutup yang diselimutkan Rani. Mereka dua orang bodoh yang belum juga dewasa.

"Bangsat!"

"Lo yang bangsat! Sialan".

Rega membentak balik Betran yang masih berusaha membuka kain pada kepala mereka, namun karena kesal akhirnya kedua lelaki itu berhenti melakukan hal yang sia-sia.

"Gue bukan ngomongin lo, setan! Kenapa sih harus ada lo juga disini?" Betran mendengus kesal, tadinya harapan untuk menghabiskan waktu bersama Rani dengan banyak bercerita menjadi khayalan terbaik tapi ternyata tidak, ada pria gila ini juga datang tiba-tiba. Dulu juga seperti ini, Rega memiliki kebiasaan buruk suka menghajar orang tanpa sebab, brengsek sialan yang mengakui bahwa Rani istrinya. Ck

Dia jelas tahu bagaimana keadaan terakhir Rani waktu itu, sudah berapa abad dia meninggalkan Jakarta sampai tidak tahu apapun. Sial

"Lo berharap ketemu Rani tanpa ada gue? Bangun bangsat, lo terlalu banyak mimpi".

"Gue gak mimpi, tadi pelukannya nyata". Balas Betran tak mau kalah semakin menambah kesal Rega.

"Mati aja lo sialan!"

Perdebatan yang tidak akan berhenti, sampai guyuran air mengenai kepala mereka bersamaan ember terjatuh membuat keduanya menarik kain berwarna biru tua itu bersamaan.

"RANI!!!" teriak dua pria itu bersama.

"Kalian gak akan berenti bertengkar, kayak kucing. Mami suka siram pakek air kalo ada kucing ribut". Wajah polos yang menyebalkan membuat mereka bertiga seperti teman lama yang sedang reuni, Rega harus menghukum Rani setelah ini karena sudah lancang memeluk lelaki lain. Betran, dia tahu harus menuntut apa dari sahabat nya itu.

Ada yang terlewatkan?

Banyak, terlalu banyak hingga tidak akan sanggup kalian hadapi dalam waktu bersamaan.

Rega & Rani ( Book - 2) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang