Chapter (62)

136 17 10
                                    

Hari ini akan menjadi hari bersejarah sekaligus terburuk dalam kehidupan dua insan yang tengah duduk bersebelahan didepan semua orang dan hakim, Rega dan Aisyah menunduk dengan perasaan berkecamuk dalam diri masing-masing. Semua yang dijalani akan berakhir hari ini, mimpi dan harapan, cinta dan cita-cita untuk menua bersama akhirnya kandas karena takdir yang ternyata belum memihak mereka untuk hidup bersama. Aisyah menegakkan tubuh, menatap lurus kepada sang hakim yang melontarkan satu persatu pertanyaan lalu dua orang disebelah nya tak henti menulis jawaban mereka dilembar yang tersedia. Begitu juga Rega yang tidak gugup sama sekali ketika hakim tersebut menyindir soal kehidupan rumah tangga yang semesti nya menjadi peluan ibadah setiap orang. Kedua nya telah sepakat, Aisyah sudah melakukan hal yang benar dengan melepaskan diri dari pria yang telah menciptakan rasa sakit kemudian terbayar dengan kebahagiaan dalam satu minggu kebersamaan mereka. Dia telah mendapatkan apa yang selama ini diharapkan, setidaknya Rega benar-benar tulus kepadanya.

Para keluarga serta kerabat menyaksikan nya dengan keheningan yang khidmat, Rega menoleh kepada Aisyah ingin melihat bagaimana reaksi perempuan itu ketika hakim mulai mengangkat tangan kemudian mengetuk palu sebagai tanda bahwa persidangan mereka telah usai, dan kini mereka bukan lagi pasangan suami istri yang halal, melainkan orang asing yang tak mempunyai ikatan apapun. Aisyah mengelap sisa airmata yang keluar tanpa izin, tersenyum pedih karena sekarang dia telah resmi menjadi seorang janda. Banyak kabar miring yang akan menimpa nya karena sebuah status maka dari itu ia telah memilih menetap di Jakarta, mencari pekerjaan lagi disini sebagai pengganti kenangan yang dulu sempat ia kecap bersama Rega. Aisyah berbalik dan tak sengaja melihat wajah mantan suami yang memandang nya dengan sorot sedih, ia membalas Rega dengan senyuman yang lebih pasrah dan tersimpan ketenangan yang tak mampu ia tembus dengan kasat mata.

"Terima kasih untuk enam tahun yang akan selalu menjadi kenangan terindah dalam hidup aku. Mas, kamu mengajarkan aku semuanya". ia tidak bisa menyembunyikan getaran kesedihan dalamm suaranya, Aisyah bahkan mencoba menghalau airmata yang mau turun lagi tapi Rega menghapusnya memakai ibu jari. Menarik perempuan itu dalam pelukannya, mencium kening Aisyah untuk pertama dan terakhir kali.

Ya, selama ini pria itu tidak pernah mencium kening Aisyah melainkan hanya pipi. Karena hal itu selalu dia berikan kepada Rani, dan Aisyah baru menyadarinya sekarang. Tapi semua telah usai kan, jadi ia tak perlu lagi merasa tersakiti. Hatinya bebas mulai detik ini, dan itu merupakan hadiah terbaik dari Tuhan menjelang tahun baru yang akan terjadi seminggu lagi.

"Maaf untuk semua rasa sakit yang harus kamu terima selama hidup bersama ku, Aisyah. Dan terima kasih atas cinta, perhatian dan juga pengertian kamu selama menjadi istriku. Aku akan terus mendoakan kebahagiaan kamu, Aisyah nur Hanan, you're the best history in my life journey".

Aisyah melepaskan pelukan mereka lebih dulu, menyentuh rahang tegas milik Rega untuk terakhir kali lalu mengecup singkat.

"Aku yakin, Rani gak akan marah karena aku cium kamu disitu. Sekarang kamu milik dia seutuhnya". Rega beralih menggenggam tangan.

"Ya, aku juga yakin dia gak akan marah karena aku memeluk kamu." Keduanya pun tergelak bersama, melupakan kepedihan yang telah berlalu, akhirnya semua kisah sedih yang dipenuhi penderitaan ini berakhir. Semua akan menemukan tujuannya, termasuk Aisyah yang kini mulai melangkah meninggalkan Rega bersama kenangan mereka selama ini. Dia adalah perempuan kuat, seperti yang selalu ibunya katakan. Ia yakin jika diluar sana ada seseorang yang telah disiapkan Tuhan untuk menyembuhkan lukanya, Rega melepaskan mantan istrinya hilang dari pandangan. Menarik nafas lalu menghembuskannya, sekarang beban itu telah terangkat sepenuhnya. Dia tidak lagi berjalan menggandeng dua tangan, melainkan sudah berfokus pada satu orang saja yaitu Rani. Jiwa nya mendapatkan cahaya kehidupan lagi, tidak ada yang bisa merusak semua kesempurnaan cinta ini lagi kecuali Tuhan. Pria itu pun berjalan mencari kedua orangtuanya yang lebih dulu keluar, dari setiap kejadian yang dia alami Rega dapat menyimpulkan kalau berserah diri kepada Tuhan adalah cara terbaik menyelesaikan masalah. Sakit dan menderita hanyalah sebagian kecil dari ujian yang akan kita lalui, dalam perjalanan hidup manusia akan selalu ditemukan batu besar, jurang atau bahkan lautan yang luas bukan untuk dihindari melainkan dihadapi.

Rega & Rani ( Book - 2) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang