Chapter (31)

132 19 9
                                    

Tidak ada yang ingin di abaikan ketika mereka merasa perlu diperhatikan, kondisi dimana perempuan sedang hamil maka cinta dan kasih sayang dia butuhkan demi berdiri tegak melawan rasa tidak enak saat mual, mengalami kram pada bagian perut, usapan lembut tentu saja jadi penenang bagi seorang wanita berbadan dua. Begitu pun yang dirasakan oleh Aisyah, disaat wanita lain mendapatkan curahan cinta yang penuh dari sang suami maka disini dia menangis sendirian menahan gejolak diperut karena terlalu banyak memikirkan apa yang dilakukan suaminya diluar sana sehingga tak ingat untuk pulang. Kehadiran Rani yang langsung mengalihkan perhatian lelaki itu dari nya sungguh menyakiti, Aisyah tak pernah merasa kalah seperti ini namun dia masih punya kekuatan untuk terus memaksa Rega berada disampingnya karena anak mereka. Tidak peduli bila nanti Rega akan marah atau benci dengan nya, Aisyah hanya mau dicintai dan ditatap penuh kasih sayang.
Perempuan itu membelai perutnya, wajahnya sayu karena airmata tak kunjung berhenti mengalir. Hatinya pedih namun dia tak bisa bercerita pada siapapun, Aisyah ingin mengadukan perbuatan Rega kepada orangtuanya namun dia tidak sanggup jika nanti hal itu justru membuatnya harus memilih. Aisyah berharap hubungan rumah tangga nya masih bisa dipertahankan, tali suci yang mereka ikat dihari pernikahan dulu akan terus ia genggam meski sakit. Cinta nya tak pernah bersambut kepada lelaki itu, perasaan nya yang menginginkan Rega tak bisa pria itu lihat. Bayangan Rani terlalu besar untuk dia kalahkan, kenyataan itu sudah berulang kali menyakiti nya.

Aisyah merenungi apa saja hal yang membuat Rega bisa mengkhianati nya, seingat Aisyah dia telah melakukan apa yang sudah menjadi kewajiban seorang istri sepenuhnya dan tak ada alasan bagi pria itu untuk menikah lagi. Tapi renungan itu berakhir pada kisah masa lalu, dimana dia melihat pancaran cinta yang besar dari kedua mata Rega untuk Rani. Dan ya, dia sadar jika Aisyah tak pernah memiliki cinta itu didalam hati Rega. Tak peduli seberapa setia dan berbakti nya seorang istri kepada suami, bila cinta sudah memilih orang lain maka dia juga harus rela. Namun Aisyah tidak ingin berbagi, dia ingin Rega hanya untuknya seorang. Egois akan timbul dengan sendirinya jika kepemilikan itu mulai terganggu, dia hanya perempuan biasa yang mencoba mempertahankan hak sebagai istri.

Sebuah ketukan terdengar dari luar, Aisyah tidak tahu siapa disana tapi ia sangat enggan membuka pintu. Tubuhnya kehilangan banyak tenaga, pikiran nya jelas tertekan sedangkan rasa mual yang dari tadi ditahan kini semakin tidak enak, sudah diujung tenggorokan dan Aisyah bisa saja muntah disini. Tangisnya perlahan mereda, dia mendengar suara pintu dibuka dan menampilkan sosok Regina. Wanita itu semakin sedih ketika mendapatkan wajah ibu mertua yang selama ini tampak tak peduli dengan nya, sejak mendengar berita kehamilan Regina sedikit luluh padanya. Wanita sangat memperhatikan Aisyah, dia tidak lupa seberapa keras dulu Regina menentang perjodohannya bersama Rega, perempuan paruh baya itu sangat tegas menolak adanya pernikahan paksa antara Aisyah dan Rega sampai hari dimana lelaki itu sendiri mengambil keputusan.

"Kamu kok nangis, ada yang sakit ya?" Dia mendekat membawa sepiring buah dan susu ibu hamil, lihat betapa tulusnya Regina memperhatikan Aisyah. Bagaimana bisa Aisyah berhasil menyentuh hati ibu mertuanya disaat sang suami justru membawa masa lalu bersama kehidupan mereka, harusnya sekarang dia sedang merayakan dua kebahagiaan sekaligus. Mengandung benih dari lelaki yang dicintainya, kemudian berhasil mencuri perhatian Regina tapi hatinya tak merasa bahagia. Dia sedang terluka sendirian.

"Iya mi, dari tadi perut aku rasanya gak enak. Kram sama mual, udah aku kasih minyak angin tapi belum hilang juga".

"Rega belum ada kabar? Kerumah sakit sama mami aja kalo gitu, takut nya nanti ada apa-apa. Masih kuat jalan kan?"

Aisyah tidak menjawab, tidak berani menatap Regina merasa bersalah sudah menyembunyikan masalah rumah tangganya, sentuhan yang dia rasakan ditelapak tangan semakin meluruhkan pertahanan nya. Dia membutuhkan pengertian, perhatian agar kuat menerima kenyataan, dan sampai saat ini masih belum ada yang melakukannya. Baik itu kakak iparnya yang jelas sudah mengetahui lebih awal, Aisyah merasa tidak dianggap sama sekali. Tangis nya semakin pecah melihat rasa peduli didalam mata mertuanya, dia tidak bisa lagi menyembunyikan betapa hidup sangat tidak adil terhadapnya. Aisyah tak sebaik seperti penampilannya dari luar, dia juga rapuh membutuhkan cinta dari seorang suami seperti Rega.

Rega & Rani ( Book - 2) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang