Chapter (64)

153 23 9
                                    

Penyesalan tidak pernah datang diawal seseorang baru saja selesai melakukan kesalahan, tapi yang Rega sesali saat ini meninggalkan sejuta keputus asaan dan juga kemarahan terhadap dirinya. Satu jam berlalu dan dia masih setia duduk ditengah keramaian kafe, menanti kedatangan seseorang yang telah membuat janji kepadanya. Bukan orang itu yang datang terlambat melainkan memang Rega yang terlalu cepat kesini, pria itu menatap orang-orang yang hilir mudik diluar sana sambil memikirkan apakah prasangka nya salah atau benar, kepalanya tidak bisa diajak kerja sama lagi. Rani selalu berhasil membuatnya dihimpit rasa bersalah, dan sekarang memastikan bahwa firasatnya salah adalah tujuannya disini.

Selang beberapa waktu kemudian, dia melihat sosok itu turun dari sebuah kendaraan, sengaja memilih tempat didekat jendela agar ia bisa menyaksikan pemandangan diluar. Setiap langkahnya Rega tak melepaskan sedikitpun tatapannya, menelisik lebih dalam lagi soal kejanggalan yang membuatnya tidak bisa tidur nyenyak. Hingga ia benar-benar menemukan apa yang dia cari, Rega bangkit dari kursi mencegah perempuan itu masuk kedalam kafe. Berjalan tergesa-gesa menghampirinya, menarik tangan Aisyah keluar lagi dan bicara.

"Jawab aku dengan jujur, Aisyah. Apa yang terjadi dengan kalian? Aku tidak tahu kenapa tapi rasanya disini kosong, aku gak bisa rasain apa-apa lagi".

Aisyah tercenung sesaat sebelum akhirnya sadar jika Rega menanyakan anak mereka, karena kata kalian ditujukan untuk lebih dari satu orang. Setelah sekian lama akhirnya pria itu mulai menyadarinya, Aisyah belum ingin menjawab karena bingung harus mengatakan nya dari apa. Tapi kesadaran nya tertarik lagi akibat hentakan Rega pada pergelangan tangannya.

"Dia sudah lama gak ada, maaf karena gak kasih tahu kamu lebih awal. Tadinya emang gak akan pernah kasih tahu kamu, maafin aku mas".

"Apa?"

Tubuh Rega seperti tersiram air es, membeku dan menggigil bersamaan dengan pandangan tidak percaya dia terus mencari kebohongan dalam mata mantan istrinya tapi tak ada, yang ada hanyalah kejujuran yang menyakitkan.

"Kamu bohong? Kenapa bisa? Jadi ini alasan kenapa sidang kita bahkan hanya satu kali tanpa pertimbangan untuk mediasi, kamu udah gak hamil lagi, iya Aisyah?"

Wanita berkerudung itu tersenyum getir, masih sakit didalam sana tapi dia bisa menguatkan diri.

"Dan saat kita di hotel, apa dia juga sudah enggak ada? JAWAB AKU AISYAH!" Aisyah berjengit kaget melihat kemarahan diwajah Rega, marah yang belum pernah dia lihat sebelumnya, lebih kepada diri sendiri dan kebodohannya sendiri.

Ya Tuhan, Rega ingin meledakkan diri nya sendiri sekarang. Ada apa dengan dirinya sampai tidak sadar hal itu dari lama? Dan kenapa harus Rani yang lagi-lagi membuatnya sadar dari kebodohan ini, astaga!

"Maafin aku mas". Tunduknya sambil menatap sepasang kaki milik sendiri, bingung kenapa reaksi Rega justru tak seperti yang pernah dia bayangkan. Aisyah pikir lelaki itu tidak akan apa-apa kehilangan anak yang bahkan belum pernah ia perhatikan sepenuhnya, tapi sekarang Rega marah, hal itu cukup membuat hati Aisyah kembali berharap.

"Ya Tuhan! Kamu membuat aku jadi ayah yang kejam untuk dia, Aisyah. Harusnya kamu bilang dari awal, seenggak nya aku tahu kalau dia udah gak ada. Aku bahkan bertingkah seperti orang bodoh karena berpikir dia masih disini, ya allah Aisyah!"

Kesalnya hati Rega sampai dia ingin memukuli sesuatu sampai hancur agar rasa bersalah dan penyesalan ini tidak lagi menggerogoti dirinya. Rega sialan!

"Kalo aku kasih tahu kamu dari awal, apa kita gak akan bercerai mas? Kalo dia masih ada disini, aku akan terus jadikan dia alasan untuk pertahanin kamu tapi ternyata Tuhan ingin aku lepas dari semua rasa sakit ini, dia mengambil kalian berdua dari hidup aku."

Rega & Rani ( Book - 2) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang