Chapter (16)

168 19 8
                                    

Rega termenung untuk beberapa saat, memandangi wanita yang baru saja melontarkan sebuah granat bagi mereka berdua. Jika Rani hanya menggertaknya maka dia tidak akan mengulang dua kali melakukan kesalahan yang sama, pria itu menelan saliva dengan rasa perih luar biasa. Rega bukan orang yang bisa ditantang, sekali pun semua orang melarang dan mencegahnya untuk berbuat sesuatu yang nekad maka pria itu tidak akan peduli. Baginya, kebahagiaan itu harus dicari. Tidak ada yang mampu memberikannya kebahagiaan selain Rani, cinta itu terlalu besar untuk perempuan yang kini masih terisak.

Sekarang apa yang harus dia lakukan? Melihat Rega hanya termenung saja rasanya sudah menyakiti hati gadi itu untuk sekian kali, pria itu tidak akan pernah bisa membagi rumah untuknya dan Aisyah. Rega tidak akan mampu memilihnya disaat ada orang yang lebih pantas bersanding dengannya, Rani ingin pergi dari hadapan lelaki itu namun dia tidak mampu melepaskan diri saat Rega menghempaskannya dalam pelukan erat.

"Kalo kamu berpikir aku gak sanggup melakukan nya, ubah pemikiran itu sekarang juga karena aku akan menikahi kamu."

Tangisan Rani berhenti, ia mendorong sedikit tubuh lelaki itu untuk melihat wajah Rega.

"Kamu lagi mainin aku ya?" Tangan besar milik lelaki itu menyingkirkan rambut yang menutupi sebagian wajah Rani, tersenyum penuh kejujuran. Memang nya siapa yang mau membuang kesempatan besar seperti ini? Kali ini, biarkan Rega melakukannya demi dirinya dan bukan untuk orang lain. Sejak awal dirinya telah memilih Rani sebagai sandaran hati, meski harus melewati fase terburuk sepanjang hidupnya Rega tidak mudah berpaling. Menjadi pemburu gadis-gadis dari usia remaja membuat Rega sadar kalau tidak ada yang setulus Rani, bahkan Aisyah sekalipun tak mampu menepiskan bayang wanita ini dari pikiran Rega.

"Aku gak pernah main-main soal cinta ke kamu, jadi persiapkan diri kamu besok karena kita akan menikah."

Belum pernah ada yang berani bermain api seperti yang mereka lakukan seperti sekarang, dan memang tidak akan ada yang mampu membakar diri mereka sendiri seperti kedua insan yang dimabuk asmara tersebut. Rega menyatukan kening mereka sambil memegang kedua sisi wajah Rani, berharap dia mampu merasakan manisnya bibir Rani namun dia tahu kalau menyentuh perempuan itu sekarang hanya akan menambah daftar dosa dalam dirinya. Rani tidak bisa tersenyum, dia juga tidak merasa lega seperti yang tadi dia harapkan, dia hanya tidak tahu apakah keputusan ini sudah benar. Yang ada didalam kepalanya cuma wajah Regina, apakah wanita itu akan menerima nya sebagai menantu disaat sudah ada yang mendahuluinya?

Rani akan menjadi istri kedua dari pria yang telah mencampakkan nya, apapun yang akan dia rasakan nanti sudah lebih dulu dirasakan oleh orang lain. Pemikiran sempit ini justru membuat Rani semakin egois untuk mendapatkan apa yang memang sudah menjadi kepunyaan nya. Rega mencintainya, kesungguhan pria itu cukup membuatnya yakin melangkah kedalam tungku api yang membara. Mereka akan menelan kerikil tajam yang panas akibat melanggar sumpah setia pada pasangan, Rani hanya ingin meraih mimpinya yaitu membahagiakan diri sendiri dan ternyata kebahagiaan nya terletak pada Rega.

"Semudah itu? Aku pikir kita perlu persiapan yang jauh lebih baik dari sekedar akad nikah". Rega tertawa, guratan kebahagiaan itu mulai bermunculan.

"Kamu mau pesta pernikahan yang meriah? Aku bisa lamar kamu kayak orang-orang di video tiktok, tapi gak sekarang. Kamu mau tahu kenapa?"

"Apa?"

Pria itu mencuil ujung hidung Rani yang masih merah, efek menangis memang sedahsyat itu apalagi Rani memiliki kulit putih pucat yang akan menunjukkan perubahan signifikan.

"Karena aku beneran gak sabar buat malam pertama kita. Enam tahun menghabiskan waktu untuk kesia-siaan, pada akhirnya kita akan dipertemukan kembali. Kamu pikir aku akan melupakan malam dimana aku harus menahan tegangnya dia akibat kebakaran didapur waktu itu?"

Rega & Rani ( Book - 2) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang