Chapter (13)

180 20 10
                                    

Wanita itu merasa ada sepasang tangan yang sedang merengkuhnya, dekapan hangat yang selalu dia rindukan. Sentuhan yang hampir setiap malam dia mimpikan, tidak peduli seberapa tinggi angan itu menerbangkannya, Rani begitu mendambakan semua ini. Airmata nya terus mengalir, lagi-lagi sebuah usapan lembut menyapa kulit wajahnya. Rasa enggan membuka mata, Rani ingin terus menikmati detik demi detik yang dia lewati didalam lorong kegelapan tanpa setitik cahaya. Sudah sejauh ini dia bertahan hidup, menapaki setiap langkah bagaikan menginjak pedang yang menghabiskan seluruh tubuhnya, tetap saja dia akan kembali pada masa lalu yaitu Rega.

Sulit untuk menjelaskan bagaimana besarnya rasa kepercayaan ini pada sebuah takdir, mencintai dengan tulus hingga tak tersisa tempat bagi orang lain. Bahkan didalam lelapnya Rani tetap menyebutkan nama orang itu, pria yang selalu ia minta agar menjadi kekasih seumur hidup namun tak bisa didapatkannya.

Kecupan lembut kini menghampiri kening gadis itu, yang secara tak langsung memaksa Rani agar membuka mata. Ingin memastikan apa ini masih di dunia mimpi, atau justru telah kembali pada realita yang tragis.

"Rega." Suaranya serak, tenggorokan Rani perih ketika mengeluarkan suara dan lelaki itu membantunya membenarkan posisi. Dia masih berada dibutik namun tidak lagi tidur disofa, masih diruangan miliknya hanya saja berada dikasur yang dia sediakan untuk istirahat.

"Minum dulu". Gelas berisi air itu ia ambil, namun seolah belum sepenuhnya sadar Rani mengabaikan keberadaan lelaki itu disampingnya. Sinar kelembutan yang terpancar dimata Rega membuatnya ingin memeluk laki-laki itu, tapi seakan ada dinding tak kasat mata yang menghalangi pergerakkan nya.

"Kenapa kamu bisa ada disini?" Ia sudah merasa lebih baik saat air mengaliri tenggorokan, menghilangkan rasa pahit, menggantikannya dengan hambar. Sama seperti suasana saat sekarang yang melingkupi mereka berdua.

"Kamu gak akan mau dengar kejujuran aku, jadi biarin aku disini. Dimana rumah kamu?" Rani tidak bisa menjawab, memberitahu lelaki itu dimana tempat tinggalnya sama saja membuka peluang pada perasaan terlarang ini. Memilih diam adalah bijak, Rani tak mau memperpanjang urusan mereka dan seperti yang Rega bilang kalau dia tak akan mau mendengar kejujuran pria itu.

"Makasih udah jagain aku, tapi ini benar-benar gak perlu kamu lakuin". Dia hanya mengalihkan pembicaraan, tapj Rega sangat kesal.

"Aku nanya dimana rumah kamu, bukan minta ucapan terima kasih. Aku antar kamu pulang". Rega adalah Rega, dia akan selalu berbuat sesuka hati tanpa memikirkan perasaan orang lain. Lelaki itu bahkan tidak ingat jika tujuannya datang ke kota ini untuk urusan pekerjaan, tidak memberi kabar pada orang dirumah, melupakan semua nya seperti angin lalu.

"Aku capek, Rega. What do you want? We're done, kamu gak perlu tahu rumah aku, kamu gak perlu tahu lagi tentang aku, kita selesai dan itu sudah lama. Please, understand me, sir."

Rani membalas tatapan lelaki itu, membiarkan dia tahu jika apa yang tengah Rani rasakan saat ini benar menyiksanya. Dia ingin Rega mengerti jika berada didekat pria itu hanya semakin membuatnya tidak berdaya, ingin memeluk tapi tidak bisa, ingin sekali memiliki lelaki itu tapi disana juga adalah kubangan dosa yang mengerikan. Rega tak membantunya sembuh, pria itu semakin gencar menambah dosis kepedihan dalam jiwa Rani.

"I want you, queen. Apa kamu gak bisa rasain semua ini?" Rega mengambil tangan Rani kemudian menyentuhkannya ke dada pria itu, debaran yang dulu menjadi melodi terindah sekarang berubah menjadi lonceng kematian yang menjanjikan neraka bagi Rani. Ia tidak sanggup lagi.

"Dengarkan dia, masih sama, gak pernah berubah bahkan setelah bertahun-tahun." Batasan yang telah Rega buat, kini dia hancurkan sendiri. Semua janji yang di ikrarkan ketika meminang istrinya sirna bersamaan deburan egois didalam diri pria itu.

Rani hendak menjauhkan tangannya dari sana, tapi Rega jauh lebih cerdik karena mengeratkan genggaman. Mencium berulang kali tangan mungil milik Rani, membiarkan jari-jemari mereka menyatu dengan ukuran yang sangat pas. Mereka memang diciptakan untuk saling melengkapi. Gadis itu menahan laju airmata yang sebentar lagi akan keluar, kelopak matanya terasa perih dan hangat namun ia itu tidak akan bisa membuat Rega melepaskan dirinya.

Bisakah dia menganggap kalau sekarang mereka seperti dua orang gila yang mencoba waras, namun kenyataan membuat keduanya semakin tidak sehat.

Rani tidak bisa lagi mengatakan apapun, semua kata yang ingin dia ucapkan tertelan kembali dengan perlakuan Rega yang dulu dia anggap manis tapi tidak sekarang. Dia hanya mempertahankan harga diri sebagai perempuan baik-baik, tidak mau dicap sebagai perusak rumah tangga orang lain meski pintu disana terbuka dengan lebar menunggu dirinya. Ia menjanjikan pada diri sendiri lagi kalau kali ini, biarkan Rega membuatnya merasa dicintai walau tidak sepenuhnya membahagiakan tapi cukup mengobati kerinduan. Rani berjanji jika setelah ini, dia akan menghindar dari pria itu, bila perlu mereka akan pindah ke sudut bumi asalkan tidak bertemu pria ini lagi.

Perempuan itu membalas genggaman tangan Rega, tersenyum getir menyembunyikan sejuta luka dengan ribuan pisau yang menghunus, dia cinta sekali pada lelaki ini. Sangat memuja sampai tak peduli bahwa hidupnya hancur karena perasaan bodoh yang bernama cinta.

Antara obsesi dan cinta, Rani tahu kalau dia belum sampai ketahap sana untuk memiliki Rega. Dia memegang teguh keyakinan nya pada hari bahagia yang akan datang, meski pun lama tapi dia percaya suatu saat nanti perasaan nya akan hilang. Hanya butuh jalan untuk pergi dari sini, pergi untuk kedua kali dari lelaki yang sama.

Rani meminta maaf didalam hati atas perbuatan nya sekarang, entah kepada Tuhan apalagi Aisyah, dia ingin sekali saja merasakan bagaimana hangatnya memeluk orang tercinta. Dosanya mungkin tidak akan terampuni, namun hatinya sudah sangat tersiksa dan semoga saja, istri lelaki itu mau memaafkan nya.

Rega menarik gadisnya kedalam pelukan, seperti telepati yang tak perlu bicara melainkan hanya dengan saling memandang mereka bisa tahu apa keinginan orang tersebut. Mereka menghapus semua kenangan pahit, rasa sakit saat kesepian melanda, kehampaan kala tidak bisa saling menyapa.

Mereka benar-benar melakukan nya dengan segenap hati, sepenuh jiwa memberikan apa yang masih tersisa sebagai imbalan atas keperihan takdir. Rani memeluk lelaki itu sangat erat, menangis sepuas nya.

Dia bukan hanya kehilangan sosok kekasih, tapi juga seorang teman sejati. Rega memang menyebalkan, brengsek juga egois tapi lelaki itu sangat memahami apa yang Rani inginkan. Ketika ayahnya pergi untuk selamanya, Rega tidak pernah meninggalkannya hingga Rani berpikir kalau lelaki itu tak akan pergi seperti ayah. Menjadi sandaran disaat ia lelah, tempat bercerita, berdiskusi soal pekerjaan.

Mereka nyaman satu sama lain, dilengkapi cinta yang murni tanpa ada nya niat untuk saling menyakiti. Tapi Tuhan belum mengizinkan mereka bersama, Rani tidak seperti ini dulu. Dia tidak menutup tubuhnya memakai kain ketika berdoa, dia tidak membaca lantunan ayat suci al-quran ketika itu, dia belum bersaksi menjadi pengikut nabi akhir zaman.

Lalu semua berubah, benar-benar berubah ketika dia mulai menemukan apa itu cahaya kebenaran yang datang tanpa disengaja. Tidak ada paksaan, tidak ada hasutan, semua murni datang dari Tuhan sebagai penolongnya dalam rasa sedih yang tiada akhir. Hingga keputusan terbesar dalam hidupnya untuk menganut keyakinan yang sama dengan lelaki itu dia lakukan, tapi itu bukan alasan untuk dia meminta Rega kembali.

Rani hanya menemukan ketenangan ketika bersujud, dia melihat harapan baru saat menyebutkan alhamdulillah. Sampai hari dimalam mereka bertemu, tidak ada yang benar-benar mulus dalam menjalani sebuah kepercayaan. Bahkan jalan pun memiliki lika-likunya sendiri, kembali lagi kepada Tuhan yang sedang menguji cintanya.

Tuhan kembali menguji Rani dengan cinta yang besar, apakah makhluk seperti Rega lebih menjanjikan dibandingkan IA yang menguasai seluruh semesta.

Bukan hanya Rani, akan tetapi Rega juga harus tahu kemana dia pulang. Tujuan dari sebuah pencarian itu adalah, pulang kedalam hati dan menyatukannya bersama Tuhan.

Dan saat itu tiba, mereka akan tahu apakah hati benar-benar milik manusia, atau justru tidak ada yang benar-benar kita miliki kecuali keyakinan.

Rega & Rani ( Book - 2) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang