Chapter (27)

150 21 21
                                    

Winda merasa tidak ada yang salah disini, dia pikir jika hubungan antara Rega maupun Rani sudah selesai sangat lama tapi kenapa melihat sepasang netra gelap milik pria itu kini menatap sahabatnya seolah ingin menelan bulat-bulat membuat Winda berprasangka negatif. Dia juga melihat sinar tidak suka dari Aisyah yang memeluk erat lengan suaminya, Rani tidak melakukan apa-apa selain berdiam diri menunduk. Tubuhnya terasa sangat sejuk ketika mata Aisyah memandangnya dengan menilai, kepercayaan diri perempuan itu langsung terjun bebas kebawah. Arifin yang melihat dari jauh mendekati mereka mengajak Winda kembali berdansa, menyuruh agar Rega menikmati hidangan yang ada. Lalu Rani, dia tidak mengatakan apapun selain memberikan tatapan dingin yang begitu asing. Rani mencelos melihat sikap sahabatnya, apalagi ketika dia mendapati Susi bahkan tak menegurnya sama sekali seperti biasa. Rani sangat asing dan terkucilkan dari mereka semua, hanya Winda yang peduli padanya karena wanita itu tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Rani merasa bodoh, berdiri diantara banyaknya manusia yang hadir dengan rasa bersalah yang mencekik, dia tidak tahu apakah kesalahan yang sudah membuat orang-orang melihatnya begitu merendahkan. Dia berbalik meninggalkan Rega yang terdiam, saat lelaki itu hendak bergerak menyusul Rani genggaman Aisyah menghalangi langkahnya.

"Aisyah."

"Aku berhak melarang kamu mendekati dia, Rega. Gak peduli kamu lebih mencintai dia, atau tidak, yang jelas aku gak rela kamu mengejar perempuan lain disaat aku berdiri disebelah kamu". Wanita berhijab itu ingin menjadi egois, sudah cukup kenyataan menamparnya atas pernikahan suaminya bersama Rani, ia mau Rega tetap disini apapun yang terjadi.

"Tapi dia juga berhak sama diri aku." Rega melepaskan pegangan istri pertamanya, namun kali ini bukan Aisyah yang mencegah melainkan Ari.

"Berani lo kejar dia, berhadapan lagi sama gue". Pemuda itu menepiskan tangan kakaknya dari bahu, ada apa dengan mereka semua? Sial
Rega hanya ingin memastikan kalau Rani baik-baik saja, dia akui kalau permintaan maafnya baru saja dilakukan beberapa menit yang lalu kepada Aisyah, tapi ketika melihat wajah sedih Rani, dia jadi merasa sangat tidak baik. Rega kesal, menganggap bahwa ini adalah jebakan untuknya.

"Brengsek lo bang, dia juga istri gue." Rega menunjukkan raut marahnya pada Ari, tapi lelaki itu semakin menarik Rega agar jangan bergerak dari tempatnya.

"Gue gak akan mengulangi kata-kata untuk kedua kali, Rega. Pilih satu dari mereka, atau lo siap kehilangan segalanya. Termasuk kepercayaan mami, lo dengar? Mami bukan orang yang mudah memaafkan pengkhianatan". Susi tidak membela siapapun, kepalanya masih belum bisa berpikir jernih. Melihat Rani tadi membuatnya ingin sekali mendekati perempuan itu, bertanya apakah dia baik-baik saja. Meski dia juga paham kalau Aisyah sangat terluka dari kejadian ini, tapi Susi jelas sangat tahu penderitaan jenis apa yang dirasakan oleh Rani ketika tahu laki-laki yang dicintainya memilih menikahi orang lain, dari pada mencari tahu kabarnya. Rega menghentikan niatnya untuk mencari Rani, namun dia tidak lagi memandang wajah orang-orang yang kini melihatnya sebagai terdakwa. Bahkan ketika Aisyah ingin meraih tangan nya lagi, Rega menjauh. Dia tidak bisa melakukan semua ini disaat hati istrinya yang lain sedang terluka, tidak peduli apakah Ari akan memukulnya, atau Susi mau menampar lagi, Rega hanya tidak ingin berdekatan dengan mereka. Lelaki itu pergi keluar meninggalkan Aisyah yang mematung menyaksikan sendiri perubahan sikap suaminya, tidak pernah bisa di gapai meski ia berhasil menyeberangi lautan. Rega adalah mega yang tidak bisa didapatkan oleh Aisyah, mustahil baginya. Pria itu hanyalah sebuah cahaya pelita yang tidak bisa menerangi kehidupan nya seperti selama ini diharapkan.

Rani berlari menuju lift, hatinya sedih bukan main diperlakukan seperti itu oleh para orang terdekatnya. Baru kali ini dia diabaikan, tidak ada sapaan, atau hanya sebatas senyuman. Dia tidak tahu jika semua orang sudah mengetahui rahasianya bersama Rega, namun Rani masih berhak untuk bersuara. Dia tidak ingin disalahkan karena menjadi istri kedua, seharusnya teman-teman yang lain memahami jika itu lebih baik dari pada membuat Rega mengejarnya, mereka terjerumus dosa yang tak ter-ampuni. Ketika pintu besi itu terbuka, Rani langsung masuk tanpa melihat ada orang lain juga didalam nya. Perempuan itu berdiri dekat dinding menangis pelan tanpa suara, tidak sanggup membayangkan Rega bersikap manis pada istrinya. Ketidak relaan itu mulai merasuki hati Rani agar menjadi egois, tapi dia tahu jika hal itu hanya akan menambah kemarahan orang lain terhadap sikapnya.

Rega & Rani ( Book - 2) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang