Chapter (39)

121 18 26
                                    

Dalam setiap cinta yang terjalin, banyak mimpi dan harapan yang terucap. Tak semua orang beruntung mendapatkan kebahagiaan didalam kisah cinta, sebagian mendapatkan rasa sakit sehingga mengajarkan mereka agar menjadi lebih kuat dan tegar. Patah hati adalah hal yang paling lumrah jika seseorang berani bermain api asmara, tak sedikit yang terbakar cemburu menyakiti hati pasangan dengan cara yang tak terduga. Rani menyadari dirinya sudah tidak lagi berpijak dibumi yang penuh kebahagiaan selain berpura-pura kuat, hati nya juga rentan terhadap hinaan yang Aisyah berikan. Dia memang bukan perempuan murahan, namun posisi nya sebagai istri kedua selalu dicap buruk oleh sebagian orang. Apalagi ini adalah negeri dimana cinta tak sepenuhnya dipercayai, terlalu banyak nafsu bertebaran sehingga sulit bagi orang awam memahami arti pandangan nya terhadap Rega. dulu mereka sangat diharapkan untuk bersatu, kemudian sekarang semua orang ingin perpisahan antara dirinya dan Rega. Perputaran roda kehidupan kembali menitik beratkan Rani dibawah, tidak mudah menemukan jalan naik keatas.

Ia membutuhkan kesabaran yang banyak, kelapangan hati agar tidak mudah merasa tersakiti. Langkah kaki nya tidak tentu arah membawa tubuh mungil itu berjalan sejauh mungkin dari gedung pencakar langit dimana ada Rega yang masih menenangkan Aisyah, lelaki itu hendak mengantarkan istri pertaman nya pulang, melewati Rani yang berjalan ditrotoar membuat Rega menatap pilu susuk tubuh wanita yang dicintai nya. Pria itu mengepalkan tangan pada setir mobil, tak ingin menoleh padahal hati nya terus berteriak kesakitan menyaksikan bagaimana lemahnya pundak Rani diluar sana, terkena sinar terik matahari tengah hari. Beri dia satu jalan untuk memutuskan agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi, Rega tidak bisa mengabaikan Rani seperti ini, hatinya meledak dipenuhi kemarahan.

Aisyah memalingkan wajah kearah suaminya ketika menyadari ada Rani, ia melihat dari kaca spion bagaimana wajah perempuan itu terluka dipenuhi airmata. Aisyah memasang wajah dingin, membentengi diri agar tidak mudah terpengaruh dan menyesal telah mengecap Rani seperti itu. Dia masih dikuasai kemarahan, tidak mampu melihat kebaikan yang lain karena cemburu membutakan hati. Aisyah tak pernah merasa benar seperti ini, caranya meluapkan kemarahan seperti orang yang tak sadarkan diri pada takdir Tuhan. Manusia selalu merasa khilaf, mungkin sekarang giliran Aisyah yang memiliki rasa benci kepada kehidupan nya, ketidak adilan yang dirasakannya membuat perempuan itu menutup mata dari sebuah keikhlasan sejati.

Sebaik-baiknya manusia, dia yang tak pernah menyimpan penyakit hati kepada sesama nya. Sesalah-salah nya perbuatan seseorang, sebagai manusia biasa kita tidak bisa mengecap buruk orang tersebut karena kita tidak pernah tahu bagaimana hubungan hatinya bersama Tuhan. Se-sempurna apapun tampilan manusia dalam berpakaian tak akan pernah mencerminkan sebuah akhlak mulia, tertutup bukan berarti sempurna, berhijrah belum tentu tinggi ilmu dan iman.

Manusia selalu salah dalam memberikan pandangan, meski Rani adalah orang yang telah merusak kebahagiaan dalam hidup Aisyah. Namun dia menaburkan benih kehidupan dan harapan baru dalam dunia Rega, kita tak bisa menyalahkan dari satu sudut pandang saja. Menjadi istri kedua, selalu salah dimata masyarakat awam, mereka berpikir jika menikah berulang kali itu hanyalah sekedar nafsu dan ingin berpetualang saja terhadap kesempurnaan pasangan. Nyatanya tidak seperti itu, ada yang memang sudah menjadi takdir hidup sebagai pembelajaran, mereka juga tidak bisa melakukan itu semua bila bukan karena tangan Tuhan yang menggerakan nya.

Rega tidak akan pernah menemukan perempuan sesempurna Rani untuk dijadikan istri, lalu kenapa Tuhan menjadikan Aisyah sebagai pasangan pertama dalam hidup pria itu, karena Tuhan memberikan apa yang hambanya butuhkan. Jika saat itu Rega menikahi orang lain, bukan Aisyah mungkin hanya rasa sakit lagi yang akan lelaki itu dapatkan, perceraian pasti tak akan ter-elakkan bila Rega menikahi perempuan keraas kepala, egois. Terutama jika perempuan itu tahu suaminya masih mencintai masa lalu, namun disitu Aisyah jelas kuat menerima semua ketidak sempurnaan Rega. Dia kuat berjalan sendirian menerima kenyataan pahit tersebut, tanpa mengeluh dan menyinggung kehidupan Rega, berperan sebagai istri yang baik. Tuhan tahu dia adalah wanita yang kuat, karena itu lah disandingkan dengan Rega yang lemah akan cinta. Pria juga mempunyai kelemahan sendiri, Aisyah adalah penopang hidup yang masih dibutuhkan oleh Rega.

Rega & Rani ( Book - 2) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang