Chapter (45)

134 16 10
                                    

Malam yang sangat dingin dan sial nya Rega tidak memakai pakaian yang lebih tebal untuk menghalau kedinginan, pria itu duduk bersandar dikursi yang bersebelahan dengan tempat tidur istrinya. Wajah pucat wanita itu menunjukkan betapa lemahnya kondisi Aisyah, dia mengusap wajah beberapa kali masih tidak percaya bahwa hampir saja mereka kehilangan buah hati. Rega pasti bisa gila jika anaknya tidak bertahan, terlambat sedikit saja maka Aisyah bisa saja tidak tertolong juga karena pendarahan yang dialami nya sudah terlalu lama didiamkan. Pria itu memandang keatas, langit ruangan yang berwarna putih kosong menggambarkan bagaimana dirinya saat ini. Setelah mendapatkan syok terapi melemahnya keadaan Aisyah, Rega jadi berpikir ulang bahwa peran seorang suami sangat dibutuhkan.

Dokter mengatakan jika dari awal kehamilan Aisyah memang sudah rentan keguguran, apalagi stress yang dialami nya semakin mengancam keberadaan si anak. Kali ini Aisyah membutuhkan istirahat total, dokter tidak mengizinkan dia bergerak terlalu banyak dan menganjurkan untuk berbaring sampai kondisi fisiknya memungkinkan untuk beraktifitas seperti biasa.

Rasa kantuk yang mulai menyerang menyuruh Rega membaringkan kepala disisi Aisyah, ia meraih tangan dingin istrinya memberikan kehangatan tanpa henti membisikkan kata maaf. Matanya hampir terpejam saat merasakan tangan Aisyah bergerak, Rega menunggu dengan sabar sepasang mata itu terbuka. Kelopak matanya bergerak, kemudian perlahan Aisyah mulai membuka mata. Pandangan mata nya menyiratkan kekosongan yang dipenuhi ketakutan.

"Sayang." Panggil Rega lembut, tak mau menyuruh perempuan itu melamun sekaligus menyadari kehadirannya. Aisyah beralih menatapnya, sorot kesedihan tergambar jelas diwajah sendu itu. Setetes air mata mengalir, Rega segera menghapusnya.

"Aku kehilangan dia". Katanya lemah, gelengan kepala Rega membuat Aisyah tidak percaya. Darah itu jelas keluar dari tubuhnya, kemungkinan jika bayinya akan selamat sangat sedikit.

"Enggak, dia masih disini. Maafkan aku karena gak pernah perhatiin kalian, sayang aku menyesal ini harus terjadi sama kamu dan dia, aku . .

Akan lebih perhatiin kalian mulai sekarang, maaf". Rega mengusap perut yang mulai menunjukkan tonjolan sebesar telapak tangan, begitu dekat dan nyata. Kenapa dia baru sadar rasanya sangat mendebarkan pertama kali mengusap perut wanita itu, didalam nya terdapat kehidupan lain yang memiliki darah sama dengannya. Rega menatap penuh penyesalan, Aisyah tahu jika hanya ini lah satu-satu nya yang bisa membuat Rega kembali padanya. Wanita itu memalingkan muka tidak mau membiarkan suaminya mendapatkan maaf dengan mudah.

"Aku gak mau lihat kamu disini, pergi mas. Kasih aku waktu sendirian untuk memikirkan ulang semuanya". Aisyah berbalik membelakangi suaminya, ketakutannya masih belum reda apalagi nyeri didalam hati membuatnya semakin tidak baik-baik saja. Aisyah tidak tahu jika seandainya kehilangan anak mereka, mungkin kah dia sudah tidak mempunyai alasan lagi bertahan dikehidupan Rega yang memang tak ada tempat untuk dirinya. Bahunya bergetar karena menangis, Rega semakin diterpa rasa penyesalan yang amat besar sampai tak kuasa untuk tidak memeluk tubuh itu.

"Aisyah, seribu kata maaf ku gak akan menyembuhkan luka kamu. Tapi aku mohon jangan menjauh, aku gak bisa melepaskan kamu gitu aja." Rega berkata jujur, tahun-tahun yang mereka lalui bersama penuh cerita meski tak semua hal mampu mereka wujudkan tapi Rega berterima kasih pada wanita sebaik ini sudah mau membantunya bangkit dari kehilangan Rani.

"Izinkan aku membantu kamu merawat luka ini bersama, maafkan aku Aisyah". Rega tidak peduli jika nanti dokter masuk untuk melihat kondisi Aisyah, sekarang dia hanya ingin memeluk perempuan itu. Rega ikut berbaring dibelakangnya, bersyukurlah karena ukuran ranjang yang besar jadi tidak perlu takut kalau salah satu dari mereka akan terjatuh. Pria itu memegang bahu istri yang belum juga berhenti menangis, dia pikir ketika melihat Rani menangis hatinya akan ikut merasakan kepedihan itu tapi sekarang, rintihan pilu Aisyah bahkan lebih menyakitkan dari yang pernah dia lihat dan rasakan. Rega tahu dalam tangisan itu, tersimpan ketakutan yang amat besar dan juga kekecewaan yang sulit disembuhkan.

Rega & Rani ( Book - 2) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang