PART 2

4.4K 258 0
                                    

-self harm-

Setelah kepergian Bumi Mahendra, Sarah berubah menjadi sosok pendiam, ibunya menjadi khawatir dengan kesehatan mental Sarah, sang ibu tau jika Sarah begitu menyayangi Bumi, kepergian Bumi memberikan dampak kesedihan yang mendalam kepada mereka semua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah kepergian Bumi Mahendra, Sarah berubah menjadi sosok pendiam, ibunya menjadi khawatir dengan kesehatan mental Sarah, sang ibu tau jika Sarah begitu menyayangi Bumi, kepergian Bumi memberikan dampak kesedihan yang mendalam kepada mereka semua.

Sarah memandangi album foto masa kecilnya bersama Bumi, kelebatan memori bersama Bumi selalu muncul difikiran Sarah, dari mulai mereka yang bermain bersama lalu bertengkar, Bumi yang jahil dan Sarah situkang pengadu.

Bumi adalah sosok pelindung Sarah, kedepannya mungkin Sarah akan merindukan keposesifan dan perhatian Bumi.

sedari dulu banyak lelaki yang menaruh perhatian lebih terhadap Sarah karena Sarah adalah gadis cantik, periang dan sopan, bahkan teman-teman tongkrongan Bumi selalu bercerita mengenai Sarah dan bahkan ada yang berani meminta izin untuk berpacaran dengan Sarah, namun tentu saja semua itu ditolak oleh Bumi, menurutnya Sarah hanya miliknya, ia tak rela membagi Sarah dengan pria lain.

Sarah tertawa ketika mengingat raut wajah marah Bumi ketika ada seseorang yang berani mengirim pesan kepada Sarah, entah darimana lelaki itu bisa mendapatkan nomor Sarah, setelah kejadian itu Sarah tidak diizinkan memiliki ponsel sendiri oleh Bumi, namun seiring berjalannya waktu.. Bumi akhirnya mampu mengerti jika Sarah juga memerlukan seseorang yang akan menemaninya ketika Bumi sudah sibuk dengan rumah tangganya sendiri.

Sarah mengelus foto Bumi dan berujar

"Mas Bumi, Sarah benar-benar rindu, malam ini datang ke mimpi Sarah ya"

Setelah mengucapkan permintaan itu, Sarah merebahkan dirinya, ia lelah menangis dan ingin tidur, ia berharap bisa bertemu dengan Bumi meski dalam mimpi

Dengkuran halus terdengar dari mulut Sarah, sang ibu melangkah mendekati ranjang Sarah, dielusnya rambut hitam legam milik Sarah dan dikecupnya kening gadis itu lalu berbisik "semoga Allah selalu menguatkan hatimu dan senantiasa menuntunmu dalam jalan yang benar" sang ibu memiliki kebiasaan membisikkan kalimat-kalimat positif kepada anaknya ketika tidur.

---

5 bulan kemudian

"Astaghfirullahaladzim Sarah..." Pekik wanita paruh baya yang merupakan ibu dari Sarah.

"Apa yang kamu lakukan, Istighfar nak" sang ibu merebut secara paksa cutter yang berada dalam genggaman Sarah, ya.. Sarah mengidap self harm, Sarah depresi karena semua tekanan yang ia dapat, ekonomi yang semakin memburuk, pekerjaan juga belum didapatnya, ia merasa tidak becus menjadi anak.

Sarah menangis, bukan karena luka ditangannya melainkan karena ia sudah membuat sang ibu menangis
"Hiks.. jangan menangis Bu, jangan menangis karena Sarah, maafkan Sarah yang tidak berguna, Sarah belum bisa membahagiakan ibu"

"Apa yang kamu katakan nak?! kamu itu sangat berarti bagi ibu, jangan seperti ini ibu mohon, Sarah.. ya Allah" tangis ibu Sarah semakin menjadi, anaknya mengidap sakit mental dan ia baru tau sekarang.

Ibu Sarah langsung menghubungi Raihan, kakak sepupu Sarah, umur Raihan dan umur ibu Sarah sebenarnya hanya terpaut 6 tahun saja, namun Raihan tetap saja memanggil bibi kepada ibu Sarah

"Assalamualaikum Raihan"

"Waalaikumsalam, ada apa, bi?"

"Raihan, bibi minta tolong, kamu sekarang juga kesini"

"Ada apa bi? Jangan buat Raihan khawatir"

"Cepatlah Raihan"

"Baik bi, assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

15 menit kemudian

"Assalamualaikum" salam Raihan dengan nafas tak beraturan, ia berlari dari luar karena sangat khawatir jika terjadi sesuatu.

Ibu yang sedang membalut tangan Sarah dengan perban sontak menoleh
"Waalaikumsalam"

"Sarah kenapa, bi?" Tanya Raihan khawatir

"Raihan, tolong rahasiakan ini, biarkan masalah ini hanya kita saja yang tau, boleh bibi minta tolong nak?"

"Katakan saja bi, jangan sungkan"

"Bisa tolong antarkan kita ke psikiater?" Tanya ibu, Raihan langsung berfikir buruk, pasti ada hal buruk yang menimpa Sarah

"Begini saja bi, Raihan punya kenalan dokter biar Raihan suruh kesini sekarang" Raihan dan Bumi adalah sosok yang memiliki sifat hampir sama, mereka berdua sama-sama baik dan tidak pernah perhitungan dalam menolong, bahkan hutang Bumi yang belum lunas sudah ditutupi semua oleh Raihan, Alhamdulillah-nya Raihan ini merupakan pengusaha yang terbilang cukup sukses.

"Terima kasih banyak nak, bibi gak tau harus meminta bantuan kepada siapa"

"Anggap Raihan sebagai anak bibi, jangan pernah sungkan meminta tolong kepada Raihan"

"Bibi bersyukur karena hidup dikelilingi orang-orang baik"

Kedua orang itu mengobrol mengenai Sarah namun yang diobrolkan hanya menunduk sembari menatap perban yang melilit tangannya, ditekannya luka itu hingga menimbulkan bercak darah pada perban.

Merutnya ada kesenangan tersendiri saat melukai dirinya, sulit dijelaskan namun seperti itu yang dirasakan oleh Sarah.

"Ya Allah Sarah" Raihan kaget melihat kelakuan Sarah

"Ya Allah... Sarah apa yang kamu lakukan, sesungguhnya Allah membenci hal-hal seperti ini, Sarah"

"T-tapi Sarah udah gak kuat Bu, Sarah ingin menyusul mas Bumi"

"Apa yang kamu katakan Sarah, bersyukurlah Allah masih memberikanmu kehidupan, kamu tega meninggalkan ibu sendiri didunia ini?" Sang ibu terisak pelan direngkuhnya tubuh kurus Sarah, Sekarang tidak ada lagi Sarah yang gembul hanya ada sarah bertubuh kurus dengan mata hitam dan wajah pucat

Tok tok tok
"Assalamualaikum"

-tbc-

Jangan lupa vote, comment, follow
Terimakasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca ceritaku

ARAH LINTANG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang