PART 1

6K 310 3
                                    

Berkabung

Suasana duka masih menyelimuti keluarga Sarah, mereka semua berkabung atas kematian kakak tunggal dari Sarah yang bernama Bumi Mahendra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana duka masih menyelimuti keluarga Sarah, mereka semua berkabung atas kematian kakak tunggal dari Sarah yang bernama Bumi Mahendra.

Siapa yang tak mengenal sosok Bumi Mahendra, lelaki tampan yang ramah dan humoris, Bumi terkenal suka membantu orang, tak tanggung-tanggung ia bahkan sering mengabaikan kepentingannya sendiri demi orang lain, hal itu membuatnya disukai dan disegani banyak orang.

Sejak kemarin pelayat datang silih berganti tak ada habis-habisnya, tak heran memang karena teman Bumi sangat banyak, Sarah dan keluarganya bersyukur bahwa banyak sekali orang yang mendo'akan almarhum Bumi.

Pagi ini Sarah melamun dikamarnya, sebelum kematian Bumi, ia sempat bertengkar hebat dengan pria itu, Sarah tak tau jika Bumi sedang menanggung beban yang sangat berat, perceraian dengan sang istri dan hutang yang melilit membuat Bumi sering mengkonsumsi alkohol sehingga ia di diagnosa mengidap penyakit infeksi otak.

Sarah berandai-andai, andai saja ia bisa memutar waktu, andai saja kakaknya lebih terbuka kepadanya dan sang ibu, andai saja kakaknya mau meminta bantuan mungkin kematian ini tak akan terjadi, tapi Sarah sadar kalau kematian adalah takdir yang tak mampu dirubah.

Sarah tak pernah menyangka bahwa kakak lelaki satu-satunya kembali ke sisi Tuhan diumur yang terbilang masih muda.
Sarah menangis dalam diam, ia tak ingin membuat sang ibu ikut menangis, wanita itu menekan dadanya kuat-kuat, sesak melanda dadanya, sangat sakit.

"Ya Allah bisakah engkau kembalikan mas Bumi kepadaku? Bahkan Sarah belum meminta maaf kepadanya, apakah engkau tega membiarkan hambamu ini hidup dalam penyesalan, Ya Allah" Sarah terus memohon seperti itu

Dalam hatinya Sarah terus menyalahkan kakak iparnya, bagaimana bisa wanita itu tega membiarkan suaminya kesusahan, dimana fikirannya, Sarah begitu membenci kakak iparnya sekarang, padahal ia yang paling mendukung hubungan mereka dulu.

Lagi-lagi Sarah berandai-andai "mungkin jika Sarah tidak memaksa mas Bumi menikah dengan mbak bunga pasti mas Bumi tidak akan menderita seperti ini"

"Ya Allah, mas Bumi maafkan Sarah, ini semua salah Sarah" tangis Sarah semakin menyesakkan

"Sarah" panggil wanita paruh baya yang merupakan ibu kandung dari Sarah Ayudia Prameswari

Mendengar panggilan dari sang ibu, membuat Sarah buru-buru mengusap air matanya

"Iya bu, ada apa?" Tanya Sarah

"Kamu menangis lagi, nak?"

"Maafkan Sarah bu" Sarah menundukkan kepala takut ibunya marah karena terus menangisi kematian sang kakak

Ibu tersenyum maklum, ia mengelus rambut Sarah lembut "biarkan mas mu tenang di alam sana bersama ayah, nak"

"Maaf bu, tapi Sarah gak bisa berhenti menangis, hati Sarah sakit"

"Istighfar sayang, do'akan saja semoga amal baik mas mu dan doa-doa kita dapat menuntunnya menuju Jannah"

"Aamin"

"Bu" panggil Sarah

"Hem?" Ibu tak berhenti mengelus kepala Sarah yang tidur dipangkuannya

"Andai saja Sarah menjadi adik yang pengertian untuk mas Bumi pasti mas Bumi gak akan menanggung beban sedemikian berat"

"Ibu pernah berkata bukan? Seorang muslim dilarang untuk berandai-andai, kita sebagai seorang muslim sudah semestinya memiliki keimanan kepada takdir, kematian adalah takdir yang tidak bisa dirubah, nak.
Apa Sarah ingat penggalan dari surah Ali Imran ayat 185?" Tanya sang ibu dan dibalas gelengan oleh Sarah

"Artinya seperti ini sayang "Setiap yang bernyawa pasti merasakan kematian. Dan sesungguhnya kalian akan dibayar dengan balasan penuh di hari kebangkitan. Maka barangsiapa yang telah dikeluarkan dari api neraka dan diizinkan untuk masuk surga, sungguh dia sangat beruntung. Dan kehidupan dunia ini tidak lain adalah suatu tipuan."" terang ibu

Sarah kembali terisak, kali ini bukan karena kematian sang kakak namun karena ia sadar kalau ia sedang meragukan ketetapan Allah, Sarah bertekad untuk tabah dan ikhlas melalui semua ini, semoga Allah selalu memberikannya kemudahan.

"Sudah nak jangan menangis" ucap ibu, Sarah melihat raut wajah sang ibu yang kelelahan, semburat kesedihan juga tak mampu ditutupinya, harus dengan apa Sarah membahagiakan ibunya ini.

"Bu, bagaimana kita dapat hidup berdua saja? Sarah bahkan belum mendapatkan pekerjaan, bagaimana kita mampu menjalani ini semua"

"Nanti kita fikirkan caranya ya sayang, rezeki sudah ada yang mengatur dan kita tidak boleh sekali-kali meragukan ketetapan Allah SWT"

"Iya bu"

"Sekarang kamu sarapan dulu ya sayang, dari kemarin kamu belum makan"

"Sarah tidak lapar, bu"

"Bersedih boleh tapi jangan lupakan kesehatan, Sarah mau ibu sedih karena Sarah sakit?"

"Jangan sedih, ya sudah Sarah mau makan"

-tbc-

Jangan lupa vote, comment, follow ya
Kasih saran juga boleh

ARAH LINTANG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang