ARAH LINTANG [END]

PART 16

-kebetulan-

Happy reading ✨

Lintang memijat kepalanya, ia mengalami pusing akibat pekerjaan yang menumpuk, banyak berkas-berkas yang perlu ia periksa, nyatanya mengurus pondok pesantren dan menjalankan bisnis bukanlah hal mudah

Ia bersyukur melihat peningkatan pengunjung caffe dan resto miliknya, namun sepertinya ia perlu menambah pegawai lagi, para karyawannya mengeluh karena banyaknya pengunjung

Lalu ia menelfon Beni, manajer di caffe dan resto miliknya

"Hallo Ben, buat lowongan kerja bagian pelayan"

"Baik bos"

---

At caffe and Resto Lintang

Beni yang merupakan manajer disini sedang membuat pamflet menarik untuk pengumuman rekruitmen pegawai

Sebenarnya ini bukan tugasnya, tapi ia yang memiliki hobi membuat poster dengan senang hati mengusulkan akan membuat poster, padahal tanpa desain menarik pun sudah dipastikan akan banyak orang yang melamar

"Ah akhirnya jadi juga, emang bakat terpendam itu harus dipublikasikan" Beni bangga dengan desainnya, ia memiliki tingkah sangat aneh, sering memuji dirinya sendiri dan terkesan konyol

"Eh kemarin kan temen si bocil ada yang nyari kerja, mending gue telfon aja"

Beni memutuskan untuk menelfon adiknya, karena kemarin teman dari sang adik sedang mendapat musibah, Beni yang memiliki hati selembut kapas (menurut Beni) tak tega dan berjanji akan membantu

"Len, temen lu suruh bawa lamaran ke sini gih, ada lowongan nih"

"Kapan mas?"

"Tahun depan"

"Lah kok ngabarin sekarang kalau rekruitmennya masih tahun depan"

"Ya sekarang lah dodol, lemot banget sih adek gue"

Beni greget dengan adiknya yang kadang-kadang ngebug, untung sayang

---

At Lena's house

"Anaaaa" Lena berteriak memanggil Ana setelah mendapat telfon dari kakaknya, Beni

"what's wrong, Len?"

"Kata mas Beni, kamu disuruh bawa surat lamaran ke tempat mas Beni"