Cha Young berjalan dengan langkah lebar-lebar tidak mempedulikan tatapan kagum beberapa pria yang tertuju padanya. Dia tidak menyempatkan dirinya untuk memesan kopi di kedai maupun di kamar apartmennya. Saat memasuki lift, seorang wanita berumur 30 mendesak lift yang pintunya hampir tertutup.
"Jeosonghamnida." Ucapnya. Mendengar bahasa yang digunakan gadis itu kembali menimbulkan rasa mual di perutnya. "Penghuni baru, ya? Aku baru lihat." Ucapnya santai kemudian mengibaskan rambut hitamnya yang diikat kebelakang.
Cha Young hanya mengangguk dengan sopan tanpa senyuman.
"Tinggal di lantai berapa? Aku dengar unit ini hampir penuh. Kau tinggal dimana?" wanita itu terus bicara menggunakan bahasa Korea yang membuat mual di perut Cha Young semakin menjadi.
"25." Cha Young masih mengucapkannya dengan bahasa Inggris yang berlogat mengalun.
"Aku pikir kau orang Korea." Kali ini dia mengubah bahasanya menggunakan bahasa Inggris. Beruntung wanita itu turun di lantai 17. "Mampir ke kamarku ya kalau senggang." Cha Young hanya tersenyum simpul dan mengangguk. Percayalah, satu-satunya waktu untuk mengunjungi tetangga baru adalah ketika tetangga itu menjadi target buruannya. Dan kau pasti tidak menginginkannya, bukan?
Begitu mencapai kamarnya, Cha Young langsung bergegas ke kamar mandi menyiapkan alat bedahnya, memastikan semua steril, Cha Young membawa tiga dosis tinggi obat bius, dia menyiapkan semuanya seperti dokter menyiapkan peralatan oprasi mereka. Dengan menggunakan sarung tangan, Cha Young memasukan peralatan operasi lengkap itu ke dalam tas pinggang yang sangat efisien. Memasukannya kedalam tas-tas kecil sesuai urutan pakai.
Cha Young mengganti bajunya dengan suit khusus yang dirancang untuk memudahkannya bergerak kemudian melapisinya dengan jaket jeans. Cha Young mengikat rambutnya. Dan sekarang saatnya menghabisi Vincenzo. Cha Young sudah memakai peralatannya, dia keluar dari kamar, menuju kamar Vincenzo. Membuka suite Vincenzo dengan alat pengacak sinyal hingga alarm keamanan pintu Vincenzo tidak berbunyi dan CCTV yang berada di lorong tidak merekam apapun selama yang Cha Young inginkan.
***
Di seberang gedung, Chris memegang binokular miliknya, dia bersembunyi di balik selimut tebal dan mengawasi gerak-gerik Cha Young. Chris tahu bagaimana kerja Cha Young, dia akan sangat teliti dalam menghadapi detailed, apa lagi yang dibunuhnya sekarang adalah seseorang yang sangat berpengaruh pada dunia.
Biarpun Cha Young tidak pernah peduli ada atau tidak adanya saksi mata ketika dia beraksi, tapi Chris harus berhati-hati. Keberadaannya disini bisa sangat mencurigakan. Ponsel Chris berdering.
"Dia sudah bergerak?" tanya seseorang diseberang sana. Orang itu menginginkan Cha Young mati.
"Ya, baru saja. Setelah membunuh Vincenzo, aku akan menghabisinya."
"Pastikan kau menghabisinya, bawa mayatnya kehadapanku."
***
Vincenzo memilih untuk menggunakan lift pribadinya untuk mencapai suite milliknya yang berada di puncak menara. Sudah pukul 11 malam saat Vincenzo memutuskan untuk keluar dari pesta berkedok amal itu. Berbincang dengan lebih dari selusin perempuan yang menjegatnya. Itu terdengar seperti keluhan lainnya. Vincenzo menempelkan telapak tangannya pada pemindai palm print untuk membuka kunci suite miliknya yang menghabiskan hampir 4 kamar.
Saat pintu terbuka Vincenzo tahu ada yang menyelinap ke suitenya. Ada serpihan yang sebelumnya tidak ada di depan pintu. Serpihan elektronik, itu pasti pengacak sinyal. Gadis itu cukup pintar. Vincenzo masih berjalan santai memasuki ruangan besar yang disebut dengan ruang kerja.
Dan gadis itu duduk di kursi milik Vincenzo, melipat tangannya angkuh. Jika gadis itu berharap bisa mengejutkanku, itu salah besar.
"Hallo, Angel. Sudah lama menungguku?" ucap Vincenzo seraya berjalan ke arah etalase tempatnya menyimpan wiski tua. "Mau minum sebentar?"Vincenzo mengambil dua buah gelas, menuangkan wiski itu dan menambahkan balok-balok es.