Chulsoo (9)

100 0 275
                                    

Ruangan yang tidak cukup luas itu bercat serba putih. Aroma obat-obatan yang khas yang menggelitik indra penciuman tidak lagi Jae Yeon hiraukan meskipun setengah mati sebenarnya Ia sangat membencinya. Ya, Jae Yeon benci semua hal yang berbau rumah sakit. Namun kali ini, Ia sama sekali tidak memikirkan hal itu karena Park Chulsoo terlanjur memenuhi isi kepala, bahkan jiwanya.

Di bagian tepi ranjang rawat, Jae Yeon duduk berdampingan bersama Chulsoo . Mereka membiarkan suasana hening terus menyelimuti dan membiarkan mata merah mereka terus bertemu, saling memandang dengan sorot mata yang dalam.

Jae Yeon mendapati bibir Chulsoo melengkung indah. Seperti biasa, pria itu tersenyum tulus padanya. Namun entah mengapa, kali ini Jae Yeon merasa senyuman itu begitu menyakitkan dihatinya. Jae Yeon pun memutuskan untuk menundukkan wajahnya, menghindari tatapan Chulsoo dan beralih memperhatikan punggung telapak tangan kanan Chulsoo yang dibalut perban putih. Jae Yeon meraihnya. Lalu dengan hati-hati Ia membawa tangan Chulsoo ke atas pangkuannya. Mengelusnya lembut.

"Chulsoo -ya mengapa kau membuat tanganmu terluka seperti ini?" Tanya Jae Yeon dengan nada gumaman. Masih mengarahkan fokusnya pada tangan Chulsoo , Jae Yeon melanjutkan. "Seharusnya kau tidak boleh melukai dirimu sendiri. Apapun alasannya, kau tetap tidak boleh melakukannya."

"Jae Yeon -ah."

Jae Yeon kembali mendongak menatap Chulsoo , mendapati pria itu masih tersenyum padanya.

"Tadi dokter sudah selesai memeriksamu. Dokter juga sudah selesai mengobati lukaku. Apa kita boleh pulang sekarang?" Tanya Chulsoo , seolah tak peduli dengan kata-kata Jae Yeon yang barusaja wanita itu lontarkan padanya. Jae Yeon menatap Chulsoo dengan mata semakin memerah sementara Chulsoo kembali bersuara. "Aku ingin pulang. Aku ingin memasakkan makanan yang enak untukmu. Kau harus makan yang banyak setelah ini. Jae Yeon tidak boleh sakit lagi." Senyum Chulsoo semakin mengembang di akhir kalimat. Ia bahkan memberikan kecupan hangat dikening Jae Yeon -cukup lama, membuat kelopak mata Jae Yeon kemudian tertutup perlahan.

Chulsoo menarik wajahnya kembali, Jae Yeon pun membuka mata perlahan. Dua detik kemudian pintu ruangan dibuka. Mereka berdua menoleh ke arah pintu dan mendapati Nyonya Shin kini berjalan mendekati mereka.

Setibanya di hadapan Jae Yeon dan Chulsoo , Nyonya Shin memandangi kedua orang itu bergantian. Kemudian Ia memfokuskan irisnya pada Chulsoo dan berkata. "Chulsoo -ya." Panggilnya dengan nada yang sarat akan amarah. "Apa kau tidak tahu bahwa tindakanmu mencelakai Kang Joon seperti tadi, itu sangat berbahaya? Kau seharusnya bersyukur karena Kang Joon hanya pingsan. Bagaimana jika Kang Joon sampai meninggal? Kau pasti bisa masuk penjara karena kejadian ini."

"Ibu." Tegur Jae Yeon . Nyonya Shin kemudian menatapnya. Jae Yeon barusaja akan melanjutkan bicaranya namun Chulsoo lebih dulu menyentuh tangannya.

"Jae Yeon -ah." Panggil Chulsoo . Saat Jae Yeon dan Nyonya Shin kini menatapnya, Chulsoo melanjutkan. "Aku ingin pulang. Aku ingin pulang ke rumah kita. Apa kita bisa pulang sekarang, heung?"

"Ya Tuhan.." Nyonya Shin menatap Chulsoo tak percaya. Mengapa Chulsoo bisa menunjukkan wajah setenang itu setelah apa yang Ia lakukan pada Kang Joon ? Nyonya Shin benar-benar bingung dibuatnya. "Ya! Park Chulsoo . Bagaimana kau bisa setenang ini setelah-"

"Ibu." Jae Yeon kembali menegur. Kali ini dengan nada yang lebih tegas begitupun dengan tatapan matanya. Nyonya Shin bahkan langsung terdiam menatapnya. "Sebaiknya Ibu keluar." Kata Jae Yeon . Ia menatap Ibunya semakin serius. "Tinggalkan kami berdua. Kumohon."

Nyonya Shin hanya diam. Ia kembali melirik Chulsoo dan kali ini Chulsoo membalas tatapannya. Nyonya Shin menatap Chulsoo dengan sorot mata terkesan meneliti hingga Chulsoo merasa tidak tenang dibuatnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 19, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

AngélWhere stories live. Discover now