Gerakan perlahan dengan tubuh yang gemetar hebat itu muncul dari balik kerangka panggung. Jisoo yang terlihat sepucat hantu berusaha berjalan mendekat. "Oppa..." panggilnya lirih.
Sementara Cha Young tak melihat bagaimana keadaan Vincenzo, dia sibuk memperhatikan drama yang terjadi di hadapannya. Baru kali ini dia melihat pembunuhan membawa kebahagiaan. Hampir Cha Young tersenyum sebelum tubuhnya terasa melayang.
Bukan, Cha Young bukan jatuh pingsan karena melihat drama barusan, melainkan karena Vincenzo yang membopong tubuh wanita itu. Cha Young mengerutkan dahinya, hampir saja tangannya reflex memelintir leher Vincenzo.
"Turunkan aku." Perintah Cha Young dan sama sekali tak di respon oleh Vincenzo.
Pria itu terus berjalan menuju paramedis yang sebagian telah masuk menyisir ballroom. Wajah pria yang biasanya selalu terlihat menyenangkan itu berubah merah padam, tangannya mengeras dan tidak akan menerima satu penolakanpun dari Cha Young.
"Ada apa denganmu? Turunkan aku sekarang, Vin!"
Vincenzo menuruti perintah Cha Young untuk menurunkannya ketika mereka mencapai salah satu ambulance dimana terdapat Suzy dan Chang Wook yang bersiaga. Nampak Chang Wook tak menyukai sedikitpun kedatangan Cha Young.
"Kepala bagian belakang." Vincenzo membalik tubuh Cha Young hingga bagian kepala belakangnya menghadap Suzy. "Bius lokal. Apapun secepatnya." Perintah Vincenzo kedua kalinya karena darah yang mengalir dari balik rambut tersebut semakin menjadi.
"Aku mengerti, sabarlah, ini hanya luka bi... luar biasa." Suzy menelan ludahnya. Mana ada perempuan yang mampu menahan luka seperti ini dan mampu duduk dengan baik bahkan berdebat dengan Vincenzo. "Dengan apa mereka memukulmu? Mata pisau sebesar bonggol pohon?"
"Hanya papan biasa." Cha Young siap mengomel lagi ketika melihat Jisoo dan Eun Woo keluar dari ruangan dibantu paramedis.
Jisoo menolak untuk langsung kembali ke mobil. Dia berjalan menuju Cha Young yang menjadi satu-satunya orang yang mendapatkan perawatan medis. Tubuhnya gemetar hebat, pucat masih mendominasi warna wajah Jisoo yang manis.
"Terima kasih karena menyelamatkanku dan Ayden . Terima kasih." Jisoo menggengam tangan Cha Young, pelupuk matanya di penuhi dengan air mata.
"Ya, kembali ke rumah dan beristirahatlah." Merasa tak nyaman, Cha Young melepaskan jabat tangan Jisoo. Dia memperhatikan baik-baik kondisi kejiwaan Jisoo dari pupil serta cara Jisoo menjabat tangan Cha Young barusan. "Pupil mata yang tak stabli, psikologi yang lemah lembut, tangan gemetar hebat, suhu tubuh menurun dan ingatan yang baik. Dia baru akan mulai melupakan trauma setelah tiga minggu."
Saat itu Vincenzo menyampaikan rasa terima kasihnya dengan menggengam tangan Cha Young erat serta mengangguk. Berbeda dengan Vincenzo, reaksi Chang Wook justru kebalikan, pria itu mendengus merendahkan.
"Tentu saja, karena yang menangani adalah manusia rendahan macam dirimu, jika saja Polisi yang datang terlebih dahulu, maka Jisoo tidak akan setrauma itu."
Cha Young menoleh, matanya kembali di dominasi biru pucat nyaris kelabu. "Jika Polisi yang datang mungkin Jisoo memang tidak mengalami trauma sama sekali. Tapi dia sudah di temukan menjadi mayat, Ji Chang Wook." Seringai tantangan itu melintasi wajah Cha Young.
Vincenzo menyadari bahwa kali ini Hyde lah yang muncul. Dia mengalihkan pandangan Cha Young pada wajahnya. "Hentikan, dia temanku."
Cha Young masih tersenyum mengerikan ketika rasa sakit itu menyerang kepala bagian depannya. Rasa sakit berdenyut hebat seperti sesuatu di desakan paksa ke kepalanya melalui bola mata. Cha Young mengerang kesakitan. Sakit mencengkram ini bukan berasal dari luka benturan barusan, melainkan luka yang lain. Seolah sakit kepalanya mampu merobek selaput tipis ingatan Hong Cha Young yang terkunci jauh dari perumukaan.