"Mengapa jamnya bisa rusak seperti ini?" Chulsoo bertanya seraya bola matanya meneliti ke arah jam weaker berbentuk kepala rilakkuma yang kini berada di tangannya. Lalu, Chulsoo menoleh ke arah Jae Yeon yang duduk di sampingnya dan mendapati wanita itu tengah menatapnya dengan mata yang masih terlihat memerah.
Mereka kemudian saling memandang dalam diam. Membiarkan suasana hening menyelimuti seluruh sudut ruang kamar sampai beberapa waktu lamanya.
Dibagian tepi tempat tidur, Jae Yeon menggeser duduknya ke arah Chulsoo , tubuhnya pun semakin mendekat ke arah Chulsoo hingga lengannya kini bersentuhan dengan lengan pria itu. "Aku membanting jamnya." Jawab Jae Yeon atas pertanyaan Chulsoo yang pria itu lontarkan beberapa saat yang lalu. Ekspressi wajahnya terlihat tenang, nada bicaranya pun masih terdengar tenang saat Ia melanjutkan. "Aku kesal, aku sudah menunggumu berjam-jam tapi kau tidak juga pulang ke rumah. Jadi aku membanting jamnya."
Chulsoo mengerjap pelan. "Kau.. membantingnya?" Tanyanya setengah tak percaya.
"Kenapa?" Jae Yeon mulai menatap Chulsoo dengan sorot mata yang serius. "Kau tidak suka aku menghancurkan jam itu? Kau marah? Ini semua salahmu! Mengapa kau pulang hingga larut malam seperti ini? Jika kau menepati janjimu, jam jelek itu pasti masih berada di atas meja saat ini!"
Demi apapun, Chulsoo tidak ingin melihat Jae Yeon marah karena dirinya-untuk kesekian kali. Maka Chulsoo segera menghadapkan tubuhnya pada Jae Yeon lalu memberikan pelukan hangat untuk wanita itu.
"Maafkan aku." Gumam Chulsoo seraya mempererat pelukannya. "Saat aku ingin menemui Rose di rumah lamanya, Rose sedang menangis karena mendengar berita bahwa kedua orang tuanya kecelakaan. Jadi aku menemani Rose pergi ke rumah sakit untuk menunggu orang tuanya sadar kembali."
Jae Yeon hanya diam, pandangannya kini menunduk menunduk perlahan.
"Aku ingin menghubungimu tapi aku lupa membawa ponselku. Aku berniat pulang terlebih dahulu untuk memberitahumu, tapi Rose malah menangis sangat keras karena dia tidak memiliki siapapun yang menemaninya di rumah sakit. Jadi.. aku menemaninya. Saat kedua orang tua Rose sudah sadar, aku langsung pulang. Maaf." Chulsoo melepas pelukannya, membiarkan kedua tangannya tetap menyentuh tubuh Jae Yeon , Chulsoo kemudian melanjutkan dengan nada penuh penyesalan. "Maaf telah meninggalkanmu di rumah sendiri. Jae Yeon -ah, aku janji aku tidak akan mengulanginya lagi."
Jae Yeon menatap Chulsoo lekat-lekat. Menghembuskan napas yang terdengar jelas sebelum akhirnya menjawab. "Kau harus berjanji tidak akan mengulanginya lagi."
Chulsoo membetulkan letak kaca matanya sejenak, lalu mengangguk mantab. "Eum! Aku janji."
"Jika kau pergi, jangan sampai lupa lagi untuk membawa ponselmu. Kau mengerti? Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi padamu dan aku tidak tahu?"
Chulsoo tidak langsung menjawab, melainkan mendaratkan kecupan singkat di bibir Jae Yeon membuat kelopak mata wanita itu berkedip pelan setelahnya.
Setelah itu, Chulsoo menunjukkan senyuman mengembang. "Ya, aku mengerti. Kau tenang saja, karena aku ingin selalu berada di sampingmu, jadi aku harus menjaga diriku dengan baik." Ujarnya, lalu menunduk, kembali memperhatikan jam weaker di tangannya tanpa memperdulikan Jae Yeon yang kini menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. "Oya." Chulsoo kembali mendongak membuat Jae Yeon terkesiap.
Sebenarnya Jae Yeon tidak ingin seperti itu. Entahlah, Jae Yeon tidak mengerti, mengapa Ia selalu merasa pikirannya lumpuh seketika setelah bibir Park Chulsoo menyentuh bibirnya?
Jae Yeon memilih untuk tetap diam dan mendengarkan Chulsoo yang kembali bersuara.
"Tadi kau mengatakan bahwa jam ini jelek. Apa.. kau tidak menyukainya?" Chulsoo tersenyum tulus. "Tidak apa-apa jika kau tidak menyukainya. Lagi pula ini sudah rusak. Nanti.. aku akan membelikan yang baru untukmu. Jam yang lebih bagus dan yang terpenting.. kau bisa menyukainya. Mungkin aku harus membuang yang ini." Chulsoo berniat memasukkan jam itu kedalam laci meja nakas namun Jae Yeon tiba-tiba menahan lengannya. Chulsoo pun kemudian menoleh ke arah Jae Yeon dan menatap Jae Yeon tak mengerti. "Ada apa?"