Vincenzo melempar pisau yang berada diperutnya kemudian mengangkat tubuh Cha Young yang tak sadarkan diri. Darah mengalir dari bekas luka operasi di dada kanan Cha Young, membasahi kemeja merah muda yang Cha Young pakai, warnanya kini tak lagi selembut warna merah muda kebanyakan, warnanya kini berubah pekat dengan aroma amis. Tubuh Cha Young pucat, bahkan Vincenzo ragu gadis itu masih memiliki darah ditubuhnya atau tidak. Tubuhnya mengigil dengan keringat yang terus keluar dari pori-pori gadis itu.
Dia kesakitan, Sialan! Semenjak tadi dia kesakitan dan aku tidak menyadarinya.
Vincenzo mendobrak kamar tamu yang disulap menjadi kamar rawat untuk Cha Young kemudian menidurkan gadis itu. Vincenzo meraih tombol intercom dikamar Cha Young, menghubungi staf dokter yang masih berjaga dilantai satu rumahnya yang megah.
"Cha Young mengalami pendarahan!" teriaknya dan tanpa menunggu perintah Vincenzo lainnya, 4 orang dokter jaga dengan spesifikasi khusus itu berlari menuju lift dan menekan tombol angka 5 untuk mencapai kamar Cha Young.
"Oh, sialan." Vincenzo merobek kemeja yang dikenakan Cha Young, meraih sebuah handuk dan menekannya pelan kebagian luka robek bekas jahitan tapat di bawah dada kanan Cha Young. "Kenapa kau keras kepala?" gumamnya kesal sambil terus menekan dan terus memikirkan jika gadis itu tidak selamat.
Suara derap kaki semakin mendekat dan pintu kamar terbuka lebar. 4 orang dokter dengan 3 orang perempuan asisstantnya masuk ke dalam kamar, mengambil alih tubuh Cha Young yang mengalami pendarahan hebat serta hypothermia. Chang Wook masuk tak lama kemudian dan merasa lega bukan temannya yang sedang dalam perawatan dokter, melainkan Perempuan Iblis itu.
Sedangkan Vincenzo, laki-laki itu berdiri disudut ruangan, melihat dengan bodohnya keadaan Cha Young yang bertelanjang dada, tubuh gadis itu masih penuh luka, namun entah kenapa tetap terlihat begitu mempesona dengan warna putih pucat dan kemerahan pada goresannya. Tangan-tangan dokter kembali membuka jahitan yang robek, memeriksa apa ada luka dalam lagi menggunakan alat tiga dimensi. Rusuknya baik-baik saja, hanya kembali sedikit retak, tulang punggungnya kembali mengalami memar karena pergulatan barusan dan hypothermia yang dialami Cha Young tidak lebih dari penurunan imun dan suhu udara yang mengigit pagi ini.
Tak sadar Vincenzo mengepalkan tangannya kuat-kuat, raut wajahnya mengeras, hampir bisa dibilang ketakutan. Bayangan akan kehilangan gadis itu untuk kedua kalinya ternyata lebih buruk dari apapun saat ini. Dia menghabiskan waktunya bertahun-tahun hanya untuk melihatnya lagi, menghabiskan masa mudanya dengan bekerja keras hanya untuk menyusulnya ke Amerika, atau negeri manapun yang menjadi tempat singgah kapalnya saat itu, dia menghabiskan waktu 15 tahunnya hanya untuk merindukan gadis tersebut.
"Sir, Anda terluka." Hentakan seorang perawat yang menariknya keluar ruangan menghamburkan pemikiran Vincenzo. Tubuhnya ditarik mendekati pintu.
"Yak! Kau berdarah! Apa Perempuan iblis itu yang melakukannya?" suara Chang Wook meninggi dan berusaha menarik tubuh Vincenzo yang tetap melawan dalam diamnya.
"Sialan! Aku baik-baik saja! Lakukan apapun untuk Hong Cha Young!" Vincenzo menyentak tangan keduanya dan kembali pada posisi sebelumnya, berdiri mengawasi tubuh Cha Young yang mulai dipasangi berbagai alat pengecek ditubuhnya.
"Tapi Anda terluka, Sir. Anda bisa mati kehabisan darah jika terus dibiarkan."
Vincenzo melihat perutnya yang terus mengalirkan darah segar, membasahi celana panjangnya bahkan hingga lantai kayu. Tidak lucu jika Cha Young selamat dan justru dia yang mati kehabisan darah bukan?
"Baiklah, tapi tetap diruangan ini."
"Keras kepala! Kenapa tidak kau biarkan saja wanita itu mati? Untuk apa masih menolongnya?" Chang Wook kembali meninggi sementara dokter masih berusaha fokus pada pendarahan Cha Young yang perlahan berhenti.