Chulsoo dan Jae Yeon baru saja tiba di depan pintu apartemen mereka.
Adalah Chulsoo yang kemudian bergegas menakan tombol sandi di sisi pintu, lalu membuka pintu itu lebar-lebar dan menatap Jae Yeon dengan senyuman.
"Jae Yeon , masuklah." Kata Chulsoo.
Jae Yeon hanya menatapnya dalam diam. Bahkan selama perjalanan pulang dari bar, sedikitpun Jae Yeon tidak membuka suara meskipun saat mereka berada di dalam taxi, beberapa kali Chulsoo mencoba untuk mengajaknya bicara. Jae Yeon sama sekali tidak melirik Chulsoo, Ia terus melipat kedua tangan di depan dada dan terus menatap lurus ke depan dengan tatapan seperti biasanya; tatapan dingin.
Namun Chulsoo mengerti. Tidak apa-apa. Chulsoo sudah merasa cukup bahagia hanya dengan keberadaan Jae Yeon di sampingnya.
Jae Yeon mendengus pelan sebelum akhirnya mengambil langkah untuk masuk ke dalam apartemen. Chulsoo kemudian berjalan di belakangnya. Dan ketika mereka tiba di depan pintu kamar, Jae Yeon menghentikan langkah, membuat Chulsoo sedikit terkejut hingga Ia pun segera menghentikan langkahnya.
"Oya." Jae Yeon bergumam, lalu berbalik hingga tubuh mereka kini saling berhadapan. Ketika Chulsoo menatapnya bingung, Jae Yeon berkata. "Kau tahu 'kan kau harus tidur di mana?"
Chulsoo tersenyum dan mengangguk paham. "Eum!" Ia membetulkan letak kaca matanya sejenak. "Chulsoo tidur di sofa, dan Jae Yeon tidur di kamar. Tunggu sebentar, aku akan mengambil bantal dan selimut." Setelah itu, Chulsoo bergegas masuk ke dalam kamar. Ia mengambil satu bantal dari atas tempat tidur, kemudian berlari menuju lemari untuk mengambil satu selimut dari sana. Chulsoo mendekap kedua benda itu di depan dada lalu bergegas keluar kamar, kembali berdiri di hadapan Jae Yeon dan menatap Jae Yeon dengan senyuman lembut. "Aku sudah selesai, kau bisa masuk."
Jae Yeon terus diam, menatap Chulsoo dengan sorot mata yang sulit diartikan ketika kejadian beberapa saat yang lalu tiba-tiba melintas dalam benaknya. Rasanya aneh, Jae Yeon kembali merasakan sesuatu yang asing di dalam dadanya saat mengingat Chulsoo memeluknya. Jae Yeon bahkan bisa merasakan rasa hangat itu seolah kembali menjalar ke seluruh syaraf tubuhnya.
"Jae Yeon -ah, kau tidak masuk?"
Pertanyaan Chulsoo menyadarkan Jae Yeon dari lamunan.
"Sebaiknya cepat tidur, kau harus istirahat karena tubuhmu pasti sangat lelah." Kata Chulsoo. "Sekali lagi aku minta maaf atas kejadian tadi. Aku janji, aku tidak akan pergi ke tempat seperti itu lagi." Tambah Chulsoo, tersenyum lembut setelahnya.
Jae Yeon menghembuskan napas pelan. Kembali menunjukkan ekspressi wajah yang terkesan dingin karena tidak ingin Chulsoo menyadari sesuatu dalam dirinya. Entahlah, Jae Yeon bahkan tidak mengerti dengan dirinya sendiri saat ini. Entah mengapa Ia merasa harus menyembunyikan sesuatu yang asing itu dari hadapan Chulsoo apapun yang terjadi.
Jae Yeon berbalik, berniat masuk ke dalam kamar namun Chulsoo tiba-tiba menahan pergelangan tangannya.
"Jae Yeon tunggu!"
Jae Yeon mendengus, lalu kembali menghadapkan tubuhnya pada Chulsoo dan melayangkan tatapan jengkelnya pada pria itu. "Ya! Aku lelah. Bukankah kau sendiri yang menyuruhku agar segera masuk ke dalam kamar?" Tanya Jae Yeon dengan nada tidak suka.
Chulsoo cemas, satu tangannya yang masih memeluk bantal serta selimut itu tampak meremas sisi bantal erat-erat. "Ma-maaf, tapi.. aku lupa sesuatu."
Jae Yeon diam sejenak sebelum akhirnya menjawab. "Apa?" Sahutnya dengan nada yang masih terdengar tidak bersahabat.
Chulsoo menunduk, tiba-tiba mengulum senyuman sembari tangannya kini memilin-milin sisi bantal di depan dadanya. Ia kemudian kembali mendongak menatap Jae Yeon dan berkata dengan nada gumaman. "Jae Yeon -ah, seperti di pesta pernikahan. Aku.. aku ingin berciuman."