17. Sayang

9.1K 426 9
                                    

Lila yang ketiduran pun dibangunkan oleh Gani. "Li, bangun." Gani menepuk-nepuk pipi Lila. Lila membuka matanya perlahan dan mengucek-ucek matanya beberapa kali.

"Dah sampai ya, Bang?"

Gani mengangguk. Lila menegakkan duduknya, ia mengikat asal rambutnya. "Ya udah Lila turun ya. Abang engga singgah dulu? Mama masak soto babat lho,"

Gani hanya terbahak. "Kok ketawa? Kenapa sih?"

"Ya udah turun gih."

"Iya-iya." Lila meraih tasnya yang ada di dashboard, lalu ia pun turun dari mobil Gani.

"Satu, dua, ti-"

"Bang Gani!"

"Ha? Apa?" Gani terbahak bahkan ia sempat mengusap sudut matanya. Ia ketawa hingga ingin menangis rasanya.

"Iiihh sumpah jail banget, ngapain kesini?"

"Lah, kan kamu tadi yang ngajak ke KUA."

"Ya kagak sekarang juga, Bambang!"

Lila senyum-senyum sendiri mengingat kejadian tadi siang. Dimana Gani dengan jahilnya ternyata beneran membawanya ke KUA, padahal Lila hanya asal bicara saja. Sampai-sampai Lila tidak bisa tidur malam ini, karena masih teringat dengan  kejadian tadi siang. Mereka berhasil membawa pulang beberapa lampu gantung antik, yang harganya sangatlah membagongkan walaupun sudah diberi diskon oleh Pak Surya.

"Maaaaa... Anak Mama kumat lagi nih. Daritadi senyum-senyum sama  ketawa-ketawa sendiri."

Ah sial, Kenza merusak momen ingatannya bersama Gani tadi siang. Dan sejak kapan Kenza sudah mengintip dirinya dibalik pintu? Astaga, karena terlalu fokusnya mengingat kejadian di KUA sampai-sampai Lila tidak menyadari bahwa Kenza sudah mengamatinya dari beberapa menit yang lalu.

"Abang gabut apa gimana sih?! Ngapain coba ngintip-ngintip Lila!" Protes Lila.

"Mangkanya dipanggil tuh nyahut."

"Emang Abang ada manggil?"

"Besok Abang anter kamu ke Dokter THT ya? Sepertinya pendengaranmu agak bermasalah."

Lila melempar salah satu bonekanya kearah pintu. "Abang!"

Kenza melenggang pergi sambil tertawa mengejek. "Abang syialan." Cibir Lila. "Malah engga ditutup lagi pintunya. Awas aja lu ya Kenza." Ucapnya sembari menutup kembali pintu kamarnya.

***

Lila memandang sinis ke pojok ruangan, disana ada Gani dan si beruang madu alias Hani. Mereka seperti sedang membahas sesuatu yang penting, terlihat dari ekspresi keduanya. Dengan tingkat keingintahuan alias kepo yang sudah meluap-luap, Lilapun mendekat sambil berpura-pura membersihkan meja.

"Kenapa engga lo aja sih, Han?"

"Gue sibuk, Gani!"

"Lo kira cuma lo doang yang sibuk? Gue juga, Han."

"Dia maunya lo!"

Hani meraih clutch blink blinknya. "Gue ga mau tau ya Gani, jam 10 pagi lo udah harus tiba di Bandara." Hani berdiri, lalu melangkah meninggalkan Gani yang masih memasang tampang bingung.

Lila masih berpura-pura membersihkan meja yang sebenarnya tidak kotor sama sekali, tetapi sorot matanya terus mengikuti Gani yang sedang menaiki tangga menuju ruangannya. Hani bisa melihat raut wajah Gani yang agak sedikit terlihat kesal.

"Kenapa tuh orang? Lagi datang bulan?"

"Bandara? Hani?"

"Mau liburan berdua? Omaigat, omaigat. Tidak bisa dibiarkan begitu saja."

GANINDRA (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang