"Makasih sayang." Mata Gani terbelalak ketika ia merasakan sesuatu yang baru saja menempel di pipinya.
Gani refleks menyentuh pipinya, sebuah kecupan yang tak terduga. Sang pelaku dengan tampang tak berdosa dan dengan santainya sudah duduk didalam mobil. Ekspresi wajahnya bahkan biasa saja, sementara wajah Gani sudah memerah. Entah karena marah atau karena malu. Entahlah.
"Dia siapa?"
Astaga, akibat serangan tiba-tiba di pipinya barusan, Gani jadi lupa bahwa didepannya saat ini masih ada si gadis berkaki jenjang.
Gani tidak menjawab. Ia langsung membukakan pintu kursi belakang untuk gadis berkaki jenjang itu.
"Kamu kenapa bisa ada disini?" Tanya Gani begitu duduk dibalik kemudi. Tetapi yang ditanya malah tidak merespon.
"Cieeee terciduk." Sindir Lila.
"Hallo Kak, kenalin saya Lila." Lila mengulurkan tangannya. Ia harus bersikap seramah mungkin dengan wanita yang tadi ia lihat dengan lancangnya merangkul-rangkul lengan Gani.
Gani melajukan mobilnya, banyak pertanyaan muncul di kepalanya. Bagaimana bisa Lila ada disini? Bagaimana bisa Lila mengikutinya?
Dan bagaimana bisa Lila mencium pipinya didepan-"Karin." Karin terlihat cuek bahkan ia hanya menyentuh ujung jari Lila dan cepat-cepat melepaskan uluran tangannya.
'Dikira tangan gue najis apa ya? Sepertinya Karin lebih berbahaya dari beruang madu. Oke, gue harus ekstra merhatiin Bang Gani.
"Temen Bang Gani ya, Kak?"
"Sahabat."
"Ooo~oooo sahabat." Ucap Lila sambil melirik kearah Gani yang dari tadi fokus menyetir.
"Gan, aku ke Ngopi Lur aja ya. Aku capek banget, istirahat ditempat kamu boleh ya?"
"Emang Kak Karin tinggal dimana?" Lila tidak akan membiarkan Karin mengobrol dengan Gani, bagaimanapun caranya ia harus memotong ucapan Karin. Bodo amat jika engga sopan, ini demi masa depan, supaya terhindar dari pelakor berkedok sahabatan.
Karin pun menyebutkan alamat rumahnya dengan ogah-ogahan.
"Ya ampun Kak, kita langsung ke rumah Kak Karin aja kalau gitu. Kan dekat, soalnya kalau ke Ngopi Lur jauh lagi Kak. Belum lagi macet di lampu merah, ya kan Bang Gani?"
"Gue anter ke rumah lo aja ya, Rin. Bener kata Lila, lagian lo pasti capek banget kan. Mending istirahat aja di rumah."
1-0
"Terserah lo deh." Karin membuang muka kearah jendela mobil. Karin sangat penasaran siapa Lila sebenarnya? Pacar Gani? Oh tentu saja Karin pikir itu sangatlah tidak mungkin. Karena Lila masih sangat bocah dan Karin tau seperti apa wanita yang disukai Gani.
Setengah jam kemudian, mereka tiba di halaman rumah yang lumayan besar dengan cat putih gading.
"Gue sama Lila langsung balik. Lo istirahat ya."
'Perhatian bener, gue aja kagak pernah tuh di perhatiin begitu.' batin Lila.
"Kamu ga mau singgah dulu, Gan?"
"Gue masih ada urusan, Rin."
"Kapan-kapan aja ya Kak kita main kesini. Kakak kan masih capek, mending istirahat aja dulu ya. Bener kan Bang Gani?"
Gani hanya mengangguk.
2-0
Gani kembali melajukan mobilnya setelah Karin turun. Selama perjalanan menuju Ngopi Lur, Lila terus-terusan bersenandung ria namun terkesan sangat random bahkan sesekali menyebut nama Karin ditengah nyanyiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GANINDRA (End)
ChickLitPunya Abang engga selamanya nyebelin gaes. Bagi Kalila Jasmin, ia malah merasa sangat beruntung mempunyai seorang Abang. Karena sang Abang memiliki teman-teman yang tampangnya diatas rata-rata. Lumayanlah bagi Kalila untuk cuci mata. Tapi, ada satu...