22. Eyang

8K 425 11
                                    

Gani saat ini sedang berada di apartemen milik Karin. Setelah menerima pesan dari Karin, ia langsung bergegas membelikan seblak yang diminta Karin. Ia bergegas menuju pantry lalu menuangkan seblak itu ke dalam mangkuk dan menghantarkannya pada Karin yang sedang menonton televisi.

"Buruan dimakan seblaknya, selagi masih hangat. Udah berjuang banget gue buat dapetin seblak sepagi ini."

"Iya-iya, bawel banget." Karin menyuapkan seblak itu ke dalam mulutnya. "Kok kurang pedes sih?"

"Lo lagi hamil muda, dan ini masih pagi. Seharusnya lo makan buah bukan makan seblak."

"Ya gimana, aku tiba-tiba pengen seblak."

"Susu yang gue beliin kemaren juga diminum."

"Hmm..."

"Ya udah gue balik ya, jangan banyak gerak. Jangan angkat yang berat-berat. Inget pesan dokter kemarin. Kalau butuh apa-apa bilang aja sama Hani."

"Kok langsung balik sih?" Tanya Karin dengan nada manja.

"Gue mau keluar kota beberapa hari." Ucap Gani sambil mengelus pelan perut Karin yang masih rata.

"Iya bawel." Karin tersenyum manis.

Gani mengacak rambut Karin kemudian pergi dari apartemen itu.

****

"Tumben anak Mama pagi-pagi datang kemari. Kangen sama Mama ya?" Goda Giana pada anak semata wayangnya.

"Iya kangen." Jawab Gani sambil mengecup pipi Mamanya.

"Karin gimana kabarnya? Mama sempat kaget dan khawatir waktu baca chatt dari kamu, Gan. Papa juga sempat marah karena kamu engga jagain Karin dengan benar."

"Baik, Ma. Barusan Gani dari apartemennya. Gimana lagi Ma, namanya khilaf."

"Itumah namanya nafsu bukan khilaf. Jadi mau langsung nikah?"

"Masih diproses berkasnya sama orang KUA nya. Entar Gani kabarin."

"Semoga lancar."

"Aamin, Ma. Papa mana?"

"Ada dibelakang, lagi ngasih makan ikan koi kesayangannya."

"Ada apa nih cari-cari Papa?" Madja muncul dari pintu belakang. "Loh, anak manja Papa ada dirumah?" Ucap Madja dengan kekehan kecil, sementara Gani menatap Papanya dengan wajah datar. Ia kesal sekali disebut anak manja disaat usianya yang sudah mau mencapai kepala tiga.

"Tumben dia kemari," Bisik Madja pada isterinya.

"Ga tau." Giana ikut berbisik.

"Ga usah bisik-bisik, Gani denger loh. Gani mau ambil koper."

"Mau kemana?" Tanya Madja dan Giana berbarengan.

"Keluar kota."

"Ngapain?" Tanya Giana.

"Cari Lila. Hmm.. jemput Lila." Gani meralat ucapannya.

"Emang Lila kemana? Kok kamu yang jemput-jemput dia?"

"Kerumah Eyangnya."

"Ya biarin aja dong, kan Lila cuma kerumah Eyangnya. Palingan juga bentar lagi pulang. Mungkin dia lagi refreshing, nenangin diri akibat punya bos macam kamu, Gan."

"Panjang Pa ceritanya. Gani juga ada yang mau ditanyain sama Lila, kenapa dia tiba-tiba mau resign?"

"Pasti kamu udah buat Lila sakit hati. Kadang kan kamu kalau ngomong engga disaring."

"Engga ada, Pa. Gani baik-baik aja kok sama Lila."

"Mama perlu ikut gak?"

"Ngapain? Urusan anak muda engga usah ikut campur deh Ma. Biarin Gani sendiri yang menyelesaikan. Kalau Mama ikut yang ada makin ribet."

GANINDRA (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang