Gani mengendarai mobilnya dengan senyum yang terus mengembang. Gani tidak bisa menahan rasa gembiranya saat ini, tangan kirinya bahkan tak lepas untuk terus menggenggam tangan Lila. Padahal Lila sudah protes, kalau Gani bisa memegang tangannya kapan saja tapi tidak kalau sedang menyetir mobil.
Sekarang mereka menuju rumah orang tua Gani, Gani sengaja tidak memberitahu orang tuanya kalau ia hari ini akan kembali ke rumah bersama Lila. Gani ingin memberi kejutan kepada Madja dan Giana. Apalagi Giana, dia pasti akan senang sekali kalau Lila akhirnya mau dibawa pulang oleh Gani ke rumahnya.
Setengah jam kemudian, mereka sampai di rumah Madja. Gani membuka pintu mobil dan meraih tangan Lila. Tentu saja ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.
"Abang gila ya?"
"Hah? Engga."
"Terus kenapa senyum-senyum sendiri dari tadi?"
Gani menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. "Ya lagi seneng aja, akhirnya Abang engga tidur sendirian lagi nanti malem, udah ada yang dipeluk."
Mendengar Gani menjawab itu, Lila refleks memukul lengan Gani, namun Gani malah tertawa.
Gani membuka pintu rumahnya dan mengucap salam. Namun, ia tidak melihat siapa-siapa di rumahnya. Padahal, biasanya Giana akan menonton televisi hingga sore hari sambil menunggu Madja pulang.
"Apa di dapur ya, Li?"
Lila hanya mengedikkan bahunya.
"SURPRIIIISEEEEE........."
Gani dan Lila langsung terkejut melihat orang-orang didepannya sekarang.
"Selamat datang, menantu Mama yang paling cantik." Giana merentangkan tangannya dan langsung memeluk Lila, padahal Lila masih belum mengerti sebenarnya apa yang sedang terjadi sekarang? Mengapa Giana dan Madja memakai topi ulang tahun dan tadi sempat meniup-niup terompet yang biasanya ditiup pas tahun baru. Bahkan ada Karin juga dan suaminya yang ikut bersorak-sorak kegirangan sambil membawa balon.
"Abang ulang tahun?" Dengan polosnya Lila bertanya pada Gani. Sontak semua orang tertawa.
"Ini perayaan kembalinya kamu ke rumah Papa, Li." Madja mengelus rambut Lila dengan sayang.
Lila masih bingung. Namun Giana langsung menggiring menantunya itu ke meja makan. Hari ini Giana masak banyak banget, untuk merayakan kembalinya Lila. Dan mereka semua melupakan Gani. Gani hanya menggeleng dan kembali menutup pintu rumahnya.
"Perasaan Gani engga ada bilang mau pulang bareng Lila deh." Gani menarik kursi di samping Zulmi, suami Karin. Gani curiga, siapa yang memberi tahu mereka semua kalau Lila akan kemari, padahal kan rencana awalnya Gani yang ingin memberi kejutan. Lah, malah dia dan Lila yang dibikin terkejut semua orang.
"Mama dan Vira kan sekarang bukan cuma besan, tapi juga bestie." Ucap Giana bangga. Viralah yang memberitahunya, kalau Lila akan dibawa pulang Gani hari ini. Mendengar itu, Giana langsung antusias memberitahu suaminya dan juga Karin. Dibantu Karin, Madja dan juga Zulmi maka jadilah perayaan kecil-kecilan ini.
Sebenarnya Gani suka dengan mereka semua yang menyambut Lila, itu artinya mereka semua sayang sama istrinya. Tapi ya Lilanya jangan di tempelin terus juga kali. Bahkan sekarang Lila sudah diapit oleh Giana dan Karin, jadilah Gani harus duduk disebelah Zulmi.
Padahal ya, dulu Karin sepertinya tidak menyukai Lila. Tapi, lihatlah sekarang Karin sudah ketularan Giana. Untuk makan saja, Karin langsung meletakkan piring dan sendok kehadapan Lila. Sementara suaminya sendiri tidak dilayani. Bahkan Giana membantu menuangkan nasi beserta lauk pauknya ke piring Lila. Madja, Gani dan juga Zulmi hanya mampu memandangi interaksi ketiga orang tersebut dalam diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
GANINDRA (End)
ChickLitPunya Abang engga selamanya nyebelin gaes. Bagi Kalila Jasmin, ia malah merasa sangat beruntung mempunyai seorang Abang. Karena sang Abang memiliki teman-teman yang tampangnya diatas rata-rata. Lumayanlah bagi Kalila untuk cuci mata. Tapi, ada satu...