"Dek, besok bisa ngga temenin Mama ke rumah sakit? Jenguk anaknya Tante Namira, anaknya udah lahiran."
Saat ini Lila, Kenza dan orang tuanya sedang makan malam, hari ini jadwal Lila libur kerja, sehingga Lila bisa makan malam bersama bareng keluarga.
"Si Tina, Ma?"
Vira mengangguk.
"Kok udah lahiran? Bukannya nikahnya baru bulan lalu ya Ma?"
"Biasalah, dek. Anak muda jaman sekarang, pasti udah nabung duluan." Jawab Vira sambil meletakkan lauk ke piring Wija.
Wija berdehem, yang membuat Vira dan Lila terdiam. "Punya anak gadis Ma, jangan bicara sembarangan."
"Kamu kapan sih nikah, dek? Temen Mama aja udah pada gendong cucu. Biar Mama ada temennya juga dirumah." Vira mengalihkan pembicaraan.
"Bang Kenza dulu lah, baru Lila."
"Ah Abangmu ini terlalu banyak milih, mangkanya jomblo terus. Mama udah capek ngenalin Abangmu ke anaknya temen-temen Mama. Tapi Abangmu engga mau, padahal cantik-cantik loh."
"Kenza bisa cari sendiri, Ma." Kenza menyikut lengan Lila. "Sono lu nikah Li. Duluan aja dah, Abang belakangan aja ga papa."
"Calonnya aja kagak ada." Jawab Lila sambil mengunyah ayam gorengnya.
"Sudah-sudah makan dulu, jangan banyak ngobrol." Ucap Wija. Tetapi Vira dan kedua anaknya tidak mendengarkan mereka terus saja mengobrol.
"Mau jenguk Tina jam berapa Ma? Kenapa engga tadi siang aja coba? padahal besok Lila kerja."
"Yeee orang lahirannya baru tadi sore."
"Ya udah minta temenin Abang atau Papa aja kalau gitu."
"Abang kamu mana mau nemenin Mama, lagian Papa sama Abang besok ada rapat sampe sore."
"Iyalah, orang Mama kalau udah ketemu temen engga inget waktu, mana Kenza dijodoh-jodohin lagi sama anak temennya Mama." Cibir Kenza yang diangguki oleh Papanya. Sepertinya Wija juga setuju dengan perkataan Kenza barusan.
"Orang cuma ngobrol bentar doang, Ken." Vira membela diri.
"Bentar apanya, Papa aja sampe bosen kok. Mana ngobrolnya isinya gibah mulu." Sahut Wija.
"Ooo jadi Papa sama Kenza selama ini ga ikhlas nemenin Mama. Ya udahlah ya cukup tau aja."
"Ya engga gitu, Ma." Wija menggaruk belakang kepalanya. Ia menyesal berkata seperti itu pada Vira. "Duh, Papa keceplosan Bang." Bisik Wija kepada Kenza. Kenza hanya terkekeh.
"Cieee bobok diluar." Ejek Kenza.
"Dek, liat Papa sama Abang jahat." Adu Vira ke Lila.
Lila memutar bola matanya malas. "Mulai deh sinetronnya."
"Ya udah besok Mama jemput Lila di Ngopi Lur, tapi Mama yang izinin Lila sama Bos ya. Bos Lila soalnya galak suka gigit orang."
"Huus kamu. Ya udah gampang itu, dek. Memang cuma kamu di rumah ini yang pengertian sama Mama." Vira memandang sinis kearah Wija dan Kenza. "Besok Mama beliin kamu baju baru ya, nanti Mama kenalin juga sama anaknya Tante Rita yang polisi itu loh, dek." Ucap Vira sembari merangkul lengan anak gadisnya.
Lila memutar bola matanya malas.
****
"Gani, Tante izin bawa Lila bentar ya ke rumah sakit, boleh kan?"
Gani mengernyitkan dahi. "Kamu sakit?" Bisik Gani kepada Lila yang duduk disampingnya. Lila menggeleng pelan.
"Oh iya Tante, boleh kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
GANINDRA (End)
ChickLitPunya Abang engga selamanya nyebelin gaes. Bagi Kalila Jasmin, ia malah merasa sangat beruntung mempunyai seorang Abang. Karena sang Abang memiliki teman-teman yang tampangnya diatas rata-rata. Lumayanlah bagi Kalila untuk cuci mata. Tapi, ada satu...